Liputan6.com, Jakarta Presiden China Xi Jinpingmeminta kepada warganya untuk kembali bekerja. Seruan tersebut dikeluarkan saat negara terus berjuang dengan wabah virus Corona.
“Ini adalah krisis sekaligus ujian besar bagi kami,” kata Xi Jinping seperti dikutip dari CNBC, Senin (24/2/2020).
Advertisement
Xi Jinping mengatakan, pemerintah China terus berupaya untuk kesembuhan warga yang terjangkit Corona, mengurangi angka kematian, menjaga stabilitas sosial, dan memperkuat pasokan medis China dan kebutuhan sehari-hari.
Sejak akhir Januari, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah menutup pabrik, bisnis dan sekolah sebagai upaya untuk membatasi penyebaran virus Corona, yang telah menewaskan hampir 2.600 jiwa.
Xi Jinping juga mengungkapkan dampak epidemi pada pembangunan ekonomi dan sosial China bersifat sementara dan umumnya dapat dikelola, namun hal tersebut tetap akan memukul perekonomian China secara signifikan dalam jangka pendek.
Dalam pidatonya, Xi Jinping membuat seruan agar bisnis kembali berjalan dan menekankan pada kelanjutan yang tertib, dengan masing-masing daerah mengadopsi “pendekatan yang tepat” berdasarkan risiko kesehatan setempat.
Pejabat Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China mengatakan pada hari Senin (24/02/2020), bahwa dampak virus corona terhadap ekonomi cukup besar dan dampaknya terhadap lapangan kerja juga tidak kecil.
China juga akan meluncurkan kebijakan fiskal dan moneter proaktif, serta langkah-langkah yang ditargetkan untuk dapat membantu perusahaan.
People’s Bank of China mengatakan Jumat (21/02/2020) lalu, bahwa pihaknya dapat menyesuaikan suku bunga deposito acuan, hal tersebut tidak lain adalah sebagai upaya untuk mendukung perekonomian China.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gara-gara Virus Corona, China Kehilangan Rp 2.685 Triliun dalam 2 Bulan
Covid-19 atau Virus Corona membuat China kehilangan lebih dari 1,3 triliun yuan (USD 196 miliar setara Rp 2.685 triliun) dalam dua bulan pertama 2020. Kondisi ini akibat penurunan besar pada sektor konsumsi dan pariwisata, menurut mantan Eksekutif Senior IMF.
Melansir South China Morning Post, Senin (24/2/2020), Deputi Managing Director IMF periode 2011 sampai 2016, Zhu Min, mengatakan Covid-19 membuat industri pariwisata kehilangan sekitar 900 miliar yuan (USD 128 miliar setara Rp 1.753 triliun) pada bulan Januari dan Februari dibandingkan dengan tahun lalu.
BACA JUGA
Sementara pengeluaran konsumen pada makanan dan minuman turun sekitar 420 miliar yuan (USD 59,7 miliar setara Rp 817,8 triliun.
Dari sinilah, total kehilangan China dari sisi ekonomi imbas Virus Corona selama dua bulan diprediksi mencapai 1,3 triliun yuan atau setara Rp 2.685 triliun.
Berdasarkan angka dari Biro Statistik Nasional China, nilai tersebut mewakili sekitar 3,3 persen dari total penjualan retail negara Tirai Bambu sepanjang 2019.
Meski belanja online terutama untuk layanan pendidikan dan masih bisa mengimbangi kerugian tersebut.
Advertisement