Abrasi Pantai Merusak Rumah, Warga Cilacap Cemas

Dugaan pun meruap bahwa abrasi parah itu disebabkan aktivitas Pembangkit Listrik tenaga Uap (PLTU) Cilacap.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 25 Feb 2020, 19:01 WIB
Abrasi di Pantai Karangwinong, kawasan muara Sungai Serayu, Cilacap sudah mencapai pekarangan dan merusak rumah warga. (Foto: Liputan6.com/JPL Cilacap/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Abrasi di kawasan pantai muara Sungai Serayu, Cilacap, Jawa Tengah semakin parah. Terkini, jarak bibir pantai dengan permukiman warga Winong, Desa Slarang, Kecamatan Kesugihan tinggal antara 20-25 meter.

Abrasi bahkan telah menyebabkan satu rumah rusak karena terkikisnya pondasi. Dua tahun terakhir, abrasi telah menghabisi sekitar 20 meter pantai dan semakin mendekat ke permukiman penduduk.

Kecepatan laju abrasi itu tentu saja membuat warga cemas. Mereka khawatir, laut terus menggerus daratan dan semakin membuat permukiman langsung berhadapan dengan laut.

Seorang warga, Fandi Ramadhan mengatakan, pantai begitu cepat mendekat ke pekarangan warga. Dan itu benar-benar terasa dalam jangka dua tahun terakhir.

Dia mengakui, sebagian warga berprofesi sebagai penambang pasir di sekitaran muara Sungai Serayu. Sedikit banyak itu berpengaruh terhadap abrasi. Hanya saja, melihat kecepatan abrasi akhir-akhir ini, warga juga menduga ada penyebab lain yang membuat abrasi jadi begitu parah.

"Lagi pula warga kan menambang secara tradisional dan menggunakan alat sederhana," katanya, dikutip dari keterangan tertulis Jaringan Pemerduli Lingkungan (JPL) Cilacap, Selasa, 25 Februari 2020.

 

Simak video pilihan berikut ini:


Abrasi Berkaitan dengan Aktivitas PLTU Cilacap?

Abrasi di Pantai Karangwinong, kawasan muara Sungai Serayu, Cilacap, dilihat dari udara. (Foto: Liputan6.com/JPL Cilacap/Muhamad Ridlo)

Dugaan pun meruap bahwa abrasi parah itu disebabkan aktivitas Pembangkit Listrik tenaga Uap (PLTU) Cilacap. Pengerukan di kawasan pantai diduga juga memicu abrasi yang semakin mengancam permukiman warga.

"Dengan adanya pembangunan PLTU sampai PLTU melakukan ekspansi saat ini justru memperparah kondisi kami warga dan lingkungan kami," ucapnya.

Koordinator JPL Cilacap, Bagus Ginanjar menilai abrasi memang lazim terjadi di sekitar pantai. Akan tetapi, menilik kecepatannya, dia menduga abrasi yang terjadi di Pantai Karangwinong juga diperparah faktor lain.

Salah satu penyebab parahnya abrasi adalah penambangan pasir. Yang kedua, dan dinilai paling signifikan adalah pembangunan breakwater (pemecah ombak) dan aktivitas pengerukan atau dredging dalam proses pembangunan PLTU Cilacap.

“Sebelumnya di tahun 2018, jarak antara bibir pantai dengan wilayah lahan atau permukiman rumah penduduk, masih sekitar 200 meter. Dan hari ini tinggal tersisa 20-25 meter,” ucap Bagus.

Menurut dia, abrasi di sisi kanan atau barat aliran Sungai Serayu juga disebabkan perpindahan aliran sungai karena sedimentasi di jalur keluar Serayu. Sedimen tersebut menyebabkan air berkelok ke arah kanan dan mengikis lahan di permukiman warga dan kawasan PLTU Karangkandri.

Dia berharap agar Pemerintah Daerah Cilacap, TNI (sebagai pemilik kawasan pantai) dan pihak terkait lainnya melakukan mitigasi untuk mencegah kerugian lebih besar ke masyarakat.

"Sinergitas pemerintah Kabupaten Cilacap melalui Bupati Cilacap, TNI, Masyarakat, pelaku usaha dapat bersama sama turun tangan untuk mengembalikan fungsi kawasan pesisir dan melakukan upaya mitigasi agar kedepan terhindar dari hal hal yang dapat merugikan banyak pihak," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya