Kolaborasi China-Rusia Kembangkan Vaksin Virus Corona Alami Kemajuan

Ada kemajuan pengembangan obat-obatan dan vaksin dari para ahli China dan Rusia untuk Virus Corona COVID-19.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Feb 2020, 16:27 WIB
Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

Liputan6.com, Moskow - Para ahli China dan Rusia melaporkan kemajuan dalam pengembangan obat-obatan dan vaksin untuk Virus Corona COVID-19, yang terus berdampak pada China dan dunia.

Zhang Hanhui, Duta Besar China untuk Rusia, mengatakan Moskow mengirim tim ahli ke China pada awal bulan ini untuk bekerja sama dengan rekan-rekan mereka di Tiongkok mengembangkan obat-obatan untuk virus tersebut. Pekerjaan itu dikatakan "membuat kemajuan awal". 

Otoritas Kesehatan China pada 24 Februari 2020 melaporkan 77.658 kasus terjadinya terinfeksi, yang sebagian besar berada di Provinsi Hubei, yang merupakan pusat penyebaran penyakit tersebut. Angka kematian akibat Virus Corona COVID-19 meningkat menjadi tujuh orang di Italia, juga terjadi infeksi pertama di beberapa negara di Timur Tengah.

Dikatakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terjadi percepatan kasus-kasus Virus Corona COVID-19 dari 3 di Italia pada 23 Februari menjadi 220 pada 24 Februari. Pimpinan WHO, Dirjen Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa dunia perlu fokus pada pengendalian virus sambil mempersiapkan diri terhadap pandemi, seperti dikutip dari CGTN, Selasa, (25/2/20220).

 

Saksikan Video Berikut Ini:


COVID-19 Sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat Terbesar

Petugas memeriksa penumpang yang turun dari kapal pesiar Diamond Princess yang dikarantina di Yokohama, Jepang, Jumat (21/2/2020). Dua orang Jepang dari kapal pesiar Diamond Princess dilaporkan meninggal dunia. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Dubes Zhang Hanhui mengatakan kasus baru Virus Corona COVID-19 di luar Hubei telah menurun selama 21 hari berturut-turut. 3 provinsi melaporkan tidak ada infeksi baru selama 18 hari berturut-turut.

Dubes Zhang Hanhui mengakui bahwa epidemi adalah "darurat kesehatan masyarakat terbesar" sejak berdirinya Republik Rakyat China pada tahun 1949. 

"Angka-angka ini menunjukkan bahwa penyakit akibat Virus Corona COVID-19 dapat disembuhkan dan dapat dikendalikan," kata Dubes Zhang Hanhui.

Dengan memfokuskan pada beberapa obat dalam perawatan pasien yang terinfeksi, Dubes Zhang Hanhui mengatakan uji klinis menunjukkan beberapa pasien merespons positif terhadap obat bernama Abidol yang dikembangkan oleh para ilmuan Rusia, dan beberapa pengobatan tradisional China (TCM) dapat secara efektif menghambat infeksi. 


Penyampaian Terima Kasih Atas Bantuan Rusia

Pekerja medis tidur siang saat merawat pasien virus corona atau COVID-19 di sebuah rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Minggu (16/2/2020). Enam pekerja medis, termasuk dokter, dinyatakan meninggal dunia akibat virus corona. (Chinatopix via AP)

Dubes Zhang Hanhui juga menyampaikan terima kasihnya atas bantuan Rusia dan menambahkan bahwa pemerintah Rusia telah mengirim berton-ton pasokan medis ke China.

"Presiden Rusia, Vladimir Putin juga mengirim pesan simpati kepada Presiden China, Xi Jinping, dan secara terbuka menyatakan dukungan tegasnya untuk Tiongkok," katanya. 

Duta Besar tersebut juga mengatakan bahwa China mengucapkan terima kasih yang tulus, atas bantuan Rusia dan yakin bahwa kepercayaan dan persatuan politik akan semakin menguat setelah epidemi.

Dubes Zhang Hanhui mengatakan efek negatif akibat kegiatan ekonomi yang terhenti di China, bersifat sementara karena provinsi-provinsi berisiko rendah telah memulihkan output ekonomi mereka secara teratur.

Dubes Zhang Hanhui juga menambahkan pekerjaan yang paling mendesak adalah melanjutkan kegiatan bisnis dan ekonomi. Selain meningkatkan kepercayaan dunia pada China, dimulainya kembali pekerjaan dan bisnis juga memberikan dorongan baru ke dalam ekonomi dunia. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya