Liputan6.com, Palembang - Mimpi menjadi seorang peneliti ilmu eksakta menjadi angan-angan Berlin Fitrah Alkausar (17). Di tengah keterbatasan perekonomian keluarganya, Berlin berusaha untuk mewujudkannya dengan meraih prestasi akademik di sekolahnya di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan (Sumsel).
Meskipun berasal dari keluarga menengah ke bawah, anak penjual bensin eceran ini tetap optimistis bisa mewujudkan mimpinya.
Baca Juga
Advertisement
Keinginan yang kuat akhirnya bisa membuatnya lolos seleksi masuk SMA Negeri (SMAN) Sumatera Selatan (Sumsel) di Palembang satu tahun lalu. Di sekolah ini, dia mulai menggeluti ilmu eksak yang disukainya.
Bersama teman sekelasnya Khairul Apandi (16), Berlin akhirnya mencoba untuk menciptakan karya ilmiah yang beda dari yang lain. Mereka berdua akhirnya menciptakan alas kaki anti bakteri yang ramah lingkungan.
Alas kaki anti bakteri ini diracik dari bahan alami eceng gondok dan pelepah palem. Bahkan, mereka berdua berhasil membuat alas kaki ini bisa menghilangkan bau kaki.
Menurut anak bungsu dari tiga bersaudara ini, produknya ini terinspirasi dari banyaknya Enceng Gondok yang mengganggu aliran drainase di depan sekolahnya. Mereka lalu berinisiatif untuk mengolah limbah ini menjadi barang yang bernilai.
“Banyak eceng gondok sering menghalangi aktifitas warga setempat. Kami sebagai agen perubahan ingin mencari solusinya. Terlebih di asrama (SMAN Sumsel), masalah krusial yang terjadi yaitu bau kaki,” ucapnya, Selasa (25/2/2020).
Mereka lalu mencari tahu bagaimana caranya mengolah eceng gondok, untuk mengatasi dua persoalan tersebut. Akhirnya mereka mengetahui ada senyawa kimia Flavanoid yang terkandung dari eceng gondok. Senyawa kimia inimampu mereduksi bakteri Staphylococcus Aureus yang menyebabkan bau kaki.
Didampingi guru Kimia SMAN Sumsel Nur Patmi, mereka melakukan penelitian dari bulan November 2019 hingga Januari 2020. Akhirnya mereka berhasil menemukan solusi dari penanggulangan limbah Enceng Gondok, serta menghilangkan bakteri penyebab bau kaki.
Berlin dan Khairul lalu mengolah enceng gondok, pelepah Palem, Tepung Tapioka yang dicampur dengan zat kimia Natrium Hidroksida.
“Eceng gondok dan pelepah Palem dihaluskan, lalu dicampur Tepung Tapioka dan Natrium Hidroksida secara merata. Bahan tersebut disaring dan diambil seratnya dengan metode pulping, yang dibuat menjadi alas kaki anti bakteri,” ucapnya.
Selain mengandung zat kimia menghancur bakteri bau kaki, enceng gondok juga berfungsi menyerap air dan mudah dibentuk. Alas kaki anti bakteri yang dibuatnya tersebut, sudah diuji coba oleh puluhan siswa, baik yang jarang beraktifitas maupun yang aktif di SMAN Sumsel.
Raih Medali Perunggu
Dari hasil observasinya, alas kaki anti bakteri ini terbukti awet digunakan selama 1 bulan, untuk pengguna yang jarang beraktifitas. Namun untuk yang sering beraktifitas, kemampuan mereduksi bau kaki hanya bisa bertahan selama 14 hari saja.
“Alas kaki ini bisa dikeringkan dan dipakai lagi. Jika sudah tidak bisa digunakan, alas kaki ini mudah diurai, karena mengandung bahan alami.
Khairul Apandi menambahkan, penemuan ini akan terus dikembangkannya hingga bisa diproduksi secara massal. Mereka akan melakukan penelitian lebih lanjut, agar produknya bisa tercipta dengan sempurna.
Anak pasangan Aguswandi dan Panca Yuliana ini, berkeinginan bisa bekerjasama dengan produsen sepatu, agar alas kakinya bisa dipasarkan secara komersil.
“Rencana ke depan akan dipasarkan melalui kerjasama dengan pemilik perusahaan sepatu, itu keinginan kita. Meskipun sekarang belum ada target perusahaan mana, tapi akan kita buat proposal kerjasama agar bisa dipasarkan,” katanya.
Karya ilmiah mereka pun diikutsertakan dalam kompetisi Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2020 di Jakarta, pada tanggal 21-23 Februari 2020 lalu.
Lebih dari 3.000 proposal karya ilmiah yang ikut seleksi awal ISPO 2020 tersebut. Namun hanya 152 proposal karya ilmiah, yang dipertandingkan di event ini. Karya ilmiah mereka pun terpilih dari ribuan peserta.
Setelah memaparkan karya ilmiah dan produknya, pelajar kelas XI SMAN Sumsel ini berhasil keluar sebagai Juara 3 yang mendapatkan medali perunggu.
Advertisement
Karya Tulis Berprestasi
Nur Patmi, guru Kimia SMAN Sumsel mengungkapkan, sekolahnya memiliki program besar yaitu penelitian, yang dimanfaatkan untuk membuat inovasi.
“Ketika melihat fenomena di sekitar yang banyak Enceng Gondok, mereka berinisatif memanfaatkan tumbuhan ini untuk mencaritahu manfaatnya. Setelah berhasil menciptakan produk ini, karya ilmiahnya dikirim ke kompetisi ISPO 2020, didukung oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel dan PT Bukit Asam,” katanya.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala SMAN Sumsel Devi Mardhiyanti mengungkapkan, karya tulis ilmiah menjadi program unggulan sekolahnya, dan diwajibkan bagi seluruh siswa kelas X dan XI SMAN Sumsel.
Para siswanya diberi kebebasan untuk memilih tema, baik di bidang science, bahasa, budaya, agama, sosial dan lainnya. Melalui tim akademik, karya tulisnya dinilai dan dilombakan secara internal.
“Karya tulis mereka masuk sebagai paper terbaik, lalu kita ikutsertakan dalam berbagai kompetisi. Akhirnya di event ISPO 2020 di Jakarta, mereka meraih penghargaan,” ujarnya.
Untuk karya ilmiah alas kaki anti bakteri tersebut, mereka juga bekerjasama dengan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Sriwijaya (Unsri), untuk meneliti zat kimia yang terkandung di bahan utama produk penelitian siswanya.
Sebelumnya, para siswa SMAN Sumsel juga sering menyabet beragam penghargaan. Seperti meraih medali perunggu di bidang ilmu sosial dari LIPI tahun 2018 di Tangerang, dengan tema Stress Academic.
Siswanya meraih medali perak kompetisi Matematika di Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2018 di Semarang. Lalu, Juara 1 bidang fashion di acara Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI), dengan produk bando dari koran bekas yang tahan air.
Tonton Video di Bawah Ini :