Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah titik di Jakarta kembali terendam banjir pasca hujan deras sejak Senin (24/2/2020) malam hingga Selasa (25/2) pagi. Calon Wakil Gubernur DKI Nurmansjah Lubis menyoroti fungsi drainase yang menjadi akar persoalan Jakarta kembali terendam banjir.
Nurmansjah atau akrab disapa Anca ini menilai beberapa pihak terlena dengan masa akhir musim hujan. Sehingga kontrol terhadap fungsi drainase tidak maksimal. Padahal merujuk data Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) puncak musim hujan terjadi pada Maret.
Advertisement
"Setidak-tidaknya memang harusnya kita jangan terlena dengan hujan yang seolah-olah selesai, kan menurut BMKG itu kan sampai Maret kan, jadi kite tetap seluruh aparat turun mengawasi saluran-saluran apalagi yang di bawah pedestarian yang baru dilebarkan itu kan harus dicek juga," kata Anca di DPD Demokrat, Selasa (25/2).
Dia mengapresiasi program Pemerintah Provinsi DKI memperlebar jalur pedestrian. Hanya saja program baik tersebut harus selaras dengan pengawasan drainase di bawahnya. Menurutnya, tanpa ada pengawasan fungsi drainase tidak akan efektif menampung debit air yang menggenang di jalan jalan ibu kota.
"Kita bersyukur pedestarian ada, tapi kan saluran drainase bawah perlu dicek kan, ada bak kontrolnya, kadang-kadang bak kontrol dibuka ada ganjalan-ganjalan apa bekas galian yang tertutup itu kan persoalan juga," tandasnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pantau Seluruh Drainase
Selagi terus memantau seluruh drainase, Anca juga berpesan pompa yang ada tidak boleh gagal berfungsi. Sebab, pompa-pompa itu efektif menjadi solusi jangka pendek mengatasi banjir Jakarta.
"Nah mau tidak mau itu hal-hal yang sebetulnya sepele tapi major kan. Pekerjaan ini tidak bisa pekerjaan mendadak di lapangan tapi periodik gitu kan, jadi memang ya ini kerja keras kita semua," tukasnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) BPBD DKI Jakarta, Muhammad Insyaf mencatat lebih dari tiga ribu warga telah mengungsi akibat banjir pada Selasa (25/2).
Banjir melanda 294 RW dengan ketinggian paling tinggi 200 meter di Kelurahan Cawang, Jakarta Timur. "Total Pengungsi 973 KK (kepala keluarga), 3.565 jiwa, yang berada di 40 lokasi pengungsi," kata Insyaf dalam keterangan tertulisnya.
Selain Jakarta sejumlah wilayah di Bekasi, Jawa Barat, juga terendam banjir. Seperti di Perumahan Jatimulya Regency dengan ketinggian air mencapai 60 cm. Banjir juga terjadi di Perumahan Mutiara Gading Timur, Bekasi Timur.
Advertisement
Penyebab Banjir
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengatakan, penyebab banjir karena cuaca ekstrem di sejumlah titik. Hal ini mengakibatkan sungai meluap dan sejumlah pintu air siaga.
"Curah hujan sangat lebat hingga ekstrem yang terjadi di wilayah Dki Jakarta dengan curah hujan tertinggi yang terukur oleh stasiun BMKG sebesar 278 mm/hari di Stasiun Meteorologi Kemayoran, sehingga menyebabkan beberapa pintu air mengalami kenaikan status siaga dan sungai meluap," tulis BNPB DKI Jakarta dalam rilis resminya.
Pemprov DKI Jakarta mengerahkan tim gabungan dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta, BPBD Provinsi DKI Jakarta, Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Disgulkarmat) Provinsi DKI Jakarta hingga PPSU Kelurahan untuk menangani banjir dan genangan.
Disgulkarmat Provinsi DKI Jakarta dibantu SAR Jakarta telah mengevakuasi warga yang terdampak banjir dan genangan ke lokasi pengungsian, sedangkan BPBD Provinsi DKI Jakarta bersama Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta telah mendistribusikan bantuan kepada warga yang mengungsi dan mendirikan posko.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memilih fokus menangani korban banjir. Para korban banjir akan diperhatikan kebutuhannya.
"Semua sumber daya kita fokuskan ke sana, kita siapkan untuk terjun. Semua kegiatan pemprov difokuskan ke lapangan, pertemuan rapat semua batal semua turun ke lapangan," jelas Anies di Pintu Air Manggarai, Jakarta.
Reporter: Yunita Amalia/Merdeka.com