Terungkap, Mark Zuckerberg Pernah Retas dan Ambil Foto Orang Tanpa Izin

Mark Zuckerberg pernah meretas sistem komputer kampus untuk mengunduh foto-foto temannya tanpa persetujuan dari satu pun mahasiswa di sana.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 26 Feb 2020, 16:00 WIB
Tawa Mark Zuckerberg sebelum dirundung masalah pencurian data pengguna Facebook. (AFP/JUSTIN SILLIVAN)

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu masalah terbesar yang dihadapi Facebook adalah soal privasi. Gara-gara masalah privasi, sampai ada skandal Cambridge Analytica, pelanggaran terhadap aturan App Store, hingga upaya Facebook membayar orang agar datanya bisa diambil alih.

Kesalahan-kesalahan langkah privasi ini membuat jejaring sosial terbesar di dunia ini kena denda USD 5 miliar oleh Komisi Perdagangan Federas AS.

Dalam sebuah buku baru berjudul Facebook: The Inside Story karya penulis Wired Steven Levy, dibahas mengenai CEO sekaligus pendiri Facebook Mark Zuckerberg terkait privasi. Terutama mengenai hari-hari awal Facebook.

Namun, buku ini juga menyiratkan satu hal, yakni pandangan Zuckerberg tentang privasi yang dianggap tidak jujur.

Mengutip Business Insider Singapore, Rabu (26/2/2020), pada 2003, saat Mark Zuckerberg masih berkuliah di Harvard dan bereksperimen dengan jejaring sosial, dia pernah membuat sebuah website prank bernama Facemash.

Website itu memperlihatkan foto teman kelasnya dan meminta mahasiswa lain untuk memilih, mana yang paling menarik.

Yang ada, Zuckerberg malah meretas sistem komputer kampus untuk mengunduh foto-foto temannya tanpa persetujuan dari satu pun mahasiswa di sana.

Petugas pun langsung memutus akses internet Zuckerberg dan mengancam untuk mengeluarkannya dari kampus. Demikian yang dilaporkan oleh koran The Harvard Crimson waktu itu.

Setelah itu, the Crimson juga menulis, Mark Zuckerberg kurang peduli dengan privasi para mahasiswa.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Retas Email Mahasiswa Lain

CEO Facebook Mark Zuckerberg (AP Photo/Jeff Chiu)(AP Photo/Paul Sakuma, File)

"Mark Zuckerberg pun memperhatikan kritikan tersebut dan berjanji untuk membuat privasi sebagai sebuah komponen inti dari layanannya," tulis Levy dalam bukunya.

Namun, baru satu tahun berjalan, Mark Zuckerberg malah meretas email milik para siswa anggota redaksi The Crimson. Caranya dengan mengakses informasi login Facebook mereka.

Segera setelah meluncurkan The Facebook dari kamar asramanya, Mark Zuckerberg mengirimkan email ke temannya.

Mark Zuckerberg: Yah, jadi ketika kamu membutuhkan informasi tentang siapa pun di Harvard, tinggal minta. Saya punya 4.000 email, foto, alamat, dan jejaring sosial.

Seorang teman: Apa? Bagaimana kamu mendapatkannya?

Zuckerberg: Orang langsung saja memasukkannya (ke The Facebook). Saya tidak tahu kenapa. Mereka 'percaya saya'. Bodoh.

 


Obrolan dengan Teman

CEO Facebook Mark Zuckerberg. Dok: marketwatch.com

Lewat sambungan telepon, Levy, menceritakan kejadian tersebut waktu Zuck masih berusia 19 tahun. Sementara di tahun 2020 Zuck harusnya sudah berubah.

Levy mengatakan, contoh-contoh peretasan email mahasiswa anggota the Crimson merupakan sebuah ilustrasi dari pendekatan Zuckerberg terhadap privasi.

Mark Zuckerberg sendiri mengatakan ke Levy bahwa dia menyesali apa yang dilakukannya pada masa lalu dan menganggapnya sebagai tindakan yang tidak dewasa.

Zuck juga sempat frustasi. "Pesan instan dan email lama dari sejak saya remaja terus muncul di luar konteks," kata Zuck.

(Tin/Isk)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya