Strategi Pelindo II Jadi Mata Rantai Logistik Regional

Pelindo II berkomitmen untuk memperkuat peran sentralnya sebagai trade facilitator, yang memberikan energi pada mata rantai logistik nasional dan regional.

oleh Arthur Gideon diperbarui 26 Feb 2020, 20:45 WIB
Suasana Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/2). PT Pelindo II mulai menerapkan pelayanan aplikasi MOS sehingga berhasil menekan biaya dan waktu operasional menjadi lebih cepat hemat dan mudah. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)  atau Pelindo II terbuka untuk berkolaborasi dengan para mitra di bidang logistik, pelayaran dan kepelabuhanan, guna mengeksplorasi peluang-peluang baru demi mencapai keuntungan bersama. Dengan kerja sama yang terintegrasi dan terkoordinasi, pelabuhan dan pelayaran di kawasan regional bisa memainkan peran kunci dalam perdagangan dunia.

Direktur Utama Pelindo II Elvyn G. Masassya menjelaskan, perusahaan mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah ASEAN Ports & Shipping 2020, yang merupakan konferensi maritim tahunan terbesar di ASEAN. Dalam kesempatan tersebut, hadir Direktur Logistik, Multimoda, dan Keselamatan Perhubungan Kementerian Perhubungan Cris Kuntadi dan Managing Director of Transport Event, Rory Doyle.

Elvyn mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Sebagai salah satu operator pelabuhan terbesar di Indonesia dan kawasan regional, Pelindo II berkomitmen untuk memperkuat peran sentralnya sebagai trade facilitator, yang memberikan energi pada mata rantai logistik nasional dan regional.

“Sejak tahun 2017, Pelindo II mendedikasikan Tanjung Priok sebagai pelabuhan transhipment. Di Pelabuhan Tanjung Priok, kami mengkonsolidasikan kargo di kawasan, untuk dikirim langsung ke berbagai benua, antara lain Amerika, Eropa, Australia, serta China dan beberapa negara Asia Timur,” katanya dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (26/2/2020).

Layanan direct call, lanjut Elvyn, menunjukkan bahwa Pelabuhan Tanjung Priok mampu beroperasi dengan standar pelayanan dunia, yang didukung infrastruktur modern dan digitalisasi yang sistematis. Untuk memperkuat kapasitas layanan, Pelindo II mengoperasikan terminal baru, yaitu NPCT-1 di Kalibaru, Tanjung Priok. Pelindo II juga sedang mengembangkan Terminal Kijing di Kalimantan Barat, yang akan memperbesar akses perdagangan regional dan global.

“Konferensi ASEAN Ports & Shipping 2020 sangat penting, mengingat banyak hal yang bisa didiskusikan untuk meningkatkan kapasitas operasional dan pelayanan. Konferensi ini menjadi forum untuk bertukar informasi serta berbagi pengalaman dan praktik terbaik di bidang logistik, pelabuhan dan pelayaran dari berbagai belahan dunia,” ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


400 Perwakilan dari Berbagai Negara

Sebuah Kapal container bersandar di pelabuhan JICT, Jakarta Utara, Rabu (25/3/2015).Pelindo II mencatat waktu tunggu pelayanan kapal dan barang sudah mendekati target pemerintah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Setidaknya ada 35 pembicara dari kalangan pelaku bisnis transportasi dan logistik dunia yang akan mendiskusikan isu-isu perdagangan dan investasi. Selama tiga hari, sekitar 400 perwakilan pemerintah dari berbagai negara, para pengambil keputusan, pelaku bisnis transportasi dan logistik, serta tenaga profesional kepelabuhanan dan pelayaran berkumpul dan membahas penguatan konektivitas global.

“Konferensi ini tentu juga akan membuka berbagai peluang kerja sama di bidang maritim, logistik, dan perdagangan,” jelasnya.

Elvyn menambahkan, dunia semakin kecil dengan adanya lompatan teknologi informasi. “Industri pelayaran dan bisnis kepelabuhanan tentu terdampak, dan lompatan industri 4.0 harus dimanfaatkan agar operasional semakin efektif dan efisien,” ujarnya.

Kemarin, sebelum konferensi dibuka secara resmi, para delegasi dan tamu undangan mengunjungi Kantor Pusat Pelindo II dan melakukan kunjungan lapangan ke Pelabuhan NPCT-1 Kalibaru dan Pelabuhan Indonesia Kendaraan Terminal (IKT).

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya