CT: Indonesia Dapat Virus Baru, Namanya Jiwasraya

Permasalahan dari kasus gagal bayar Jiwasraya menimbulkan permasalahan-permasalahan baru lainnya.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 27 Feb 2020, 09:49 WIB
Konferensi pers ini guna mengklarifikasi sejumlah pemberitaan mengenai pengunduran diri Karen Agustiawan sebagai Direktur Utama PT Pertamina. (Liputan6.com/Faisal R Syam)

Liputan6.com, Jakarta - Di tengah upaya pemulihan ekonomi global akivat Virus Corona, Indonesia justru identifikasi virus baru. Virus tersebut yaitu Jiwasraya.

Hal tersebut dikatakan oleh Chairman dan Founder CT Corp, Chairul Tanjung (CT). Menurutnya permasalahan dari kasus gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya (Persero) menimbulkan permasalahan-permasalahan baru lainnya.

"Sekarang kita di tanah air mendapatkan virus baru yang namanya virus Jiwasraya," kata CT dalam CNBC Indonesia Economic Outlook 2020, di Ritz Carlton, SCBD, Rabu (26/02/2020) kemarin.

Meski demikian, CT yakin bahwa Indonesia sebagai bangsa besar semestinya bisa melewati tantangan dan krisis tersebut.

"Di era pimpinan Jokowi yang kedua, masalah yang kita hadapi harus mampu kita atasi. Apalagi ini merupakan periode kedua pemerintahan, tentu sudah piawai dan banyak hal yang akan lebih baik yang bisa kita hadapi," ujar CT.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Virus yang Serang Industri Asuransi

Ilustrasi Jiwasraya (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Pada kesempatan yang sama, hal senada juga dikatakan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso. Ia mengibaratkan kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero) seperti virus yang menyerang industri asuransi nasional.

"Kasus Jiwasraya seperti virus. Ini berdampak bagi ekosistem keuangan kita. Kalau kita peduli, ya bagaimana solusi kedepan agar masyarakat percaya pada sektor keuangan," jelas Wimboh.

Wimboh menerangkan bahwa konstribusi Jiwasraya sangat kecil, hanya 1 persen terhadap aset investasi di industri keuangan non bank (IKNB). Kendati demikian, hal tersebut terlanjur jadi polemik di masyarakat dan mengakibatka pertumbuhan industri asuransi menurun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya