Berbohong Soal Riwayat Perjalanan, Pria Thailand Sebabkan Staf RS Berisiko Terkena COVID-19

Seorang pria Thailand sempat berbohong tentang riwayat perjalanannya, padahal dia dikonfirmasi positif COVID-19

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 27 Feb 2020, 21:00 WIB
Penumpang memakai masker untuk melindungi diri dari infeksi virus corona di dermaga di Bangkok, Thailand (28/1/2020). Ketakutan terhadap virus corona dari China membuat persediaan masker semakin menipis di beberapa pusat penjualan. (AP Photo/Gemunu Amarasinghe)

Liputan6.com, Jakarta Seorang pria di Bangkok, Thailand mendatangi rumah sakit dengan keluhan batuk dan demam. Namun, dia sempat berbohong akan riwayat perjalanannya dan membuat para petugas fasilitas kesehatan berisiko terkena COVID-19.

Pria tersebut merupakan salah satu dari tiga kasus COVID-19 baru di Thailand pada pekan ini. Dia bersama keluarganya baru saja pulang dari Hokkaido, Jepang dan berkontak dengan pasien lain.

Pria ini sempat mendatangi rumah sakit pada 23 Februari lalu dan didiagnosis dengan radang paru-paru untuk kemudian dirawat.

Namun, pasien tersebut tidak mengungkapkan riwayat perjalanan hingga keesokan harinya usai seorang dokter melakukan tes padanya dan dinyatakan positif terinfeksi COVID-19.

"Penyembunyian oleh pasien dan penyangkalan perjalanan ke luar negeri mengakibatkan 30 petugas rumah sakit yang melakukan kontak dekat dengannya berisiko tertular infeksi COVID-19," kata BCare Medical Center dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari South China Morning Post pada Rabu (27/2/2020).

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Menkes Thailand Angkat Bicara

Umat Buddha mengenakan masker saat berdoa bersama di kuil Buddha Wat Dhammakaya, Bangkok (31/1/2020). Pemerintah Thailand mengumumkan 14 orang terkonfirmasi infeksi virus corona.Thailand memiliki jumlah kasus terbesar kedua di luar China. (AFP Photo/Lillian Suwanrumpha)

Dikutip dari Asia One, pasien ini telah dipindahkan ke rumah sakit pemerintah. Sementara staf rumah sakit yang berkontak juga mendapatkan tes dan dinyatakan negatif. Namun, mereka tetap dikarantina secara mandiri di rumahnya masing-masing dan akan diuji lagi setelah masa tujuh sampai 14 hari.

Pihak rumah sakit juga menyatakan telah melakukan pembersihan pada semua area dengan disinfektan. Mereka juga menyatakan menolak masuknya pasien baru untuk sementara.

Kejadian ini mendapatkan sorotan dari Menteri Kesehatan Thailand Anutin Charnvirakul. Menurutnya, pria tersebut berisiko menjadi "penyebar super."

"Kita harus mengkritisi kasus ini, itu menyebabkan banyak masalah pada kita," ujarnya.

Anutin menambahkan, COVID-19 telah diklasifikasikan sebagai penyakit yang mudah menyebar dan berbahaya. Sehingga, setiap orang yang memiliki gejala yang diduga penyakit tersebut, serta baru saja melakukan perjalanan dari negara berisiko tinggi, haruslah melaporkan pada otoritas dalam tiga jam. Mereka yang berbohong soal gejala dan riwayat perjalanan bisa terkena deportasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya