Presiden Jokowi Sebut Ekonomi Digital Harus Mampu Atasi Masalah Krusial

Presiden Jokowi menuturkan, di era ekonomi digital saat ini Indonesia seharusnya tidak sekadar menjadi pasar dan penonton.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 27 Feb 2020, 15:26 WIB
Ilustrasi digital marketing. Dok: oracle.com

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti peran ekonomi digital yang menurutnya harus mampu mengatasi berbagai masalah krusial. Pernyataan ini diungkapkannya saat menghadiri acara Digital Economy Summit yang digelar Microsoft.

Jokowi menuturkan, di era ekonomi digital saat ini, Indonesia seharusnya tidak sekadar menjadi pasar dan penonton. Menurutnya, ekonomi digital harus mampu turut mendorong produk dalam negeri.

"Artinya, ekonomi digital kita harus mendorong produksi dalam negeri ini laku terjual. Jangan barang impor yang dipasang di marketplace," tuturnya saat berbicara di Jakarta, Kamis (27/2/2020).

Selain itu, ekonomi digital harus mampu menciptakan lapangan kerja, mendorong ekspor, hingga menurunkan defisit neraca dagang. Jokowi pun menyebut produsen layanan digital mampu memberikan dampak luas bagi masyarakat.

"Produk digital juga harus berkontribusi memecahkan persoalan-persoalan krusial di masyarakat, misalnya meningkatkan akses pendidikan masyarakat yang tidak mampu dan terpencil, termasuk pendanaan usaha mikro," ujarnya menjelaskan.

Untuk itu, Presiden Jokowi mengatakan pemerintah akan melakukuan perbaikan ekosistem digital. Beberapa perbaikan itu meliputi kemudahan sumber pendanaan, mentoring, mempermudah ekosistem kerja sama, serta regulasi dan birokrasi yang kondusif.

 


Startup di Indonesia Masih Kurang

Presiden Joko Widodo atau Jokowi memimpin rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (30/10/2019). Rapat terbatas perdana dengan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju itu mengangkat topik Penyampaian Program dan Kegiatan di Bidang Perekonomian. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam kesempatan tersebut, Presiden juga menyinggung soal ekosistem startup yang ada di Indonesia. Dia mengatakan Indonesia masuk dalam daftar lima besar di dunia startup paling aktif, di bawah Amerika Serikat, India, Inggris, dan Kanada.

"Kita memiliki 2.193 startup, tapi itu juga belum cukup. Indonesia masih memiliki potensi pasar yang besar," tuturnya. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah pengguna internet di Indonesia yang kini mencapai 171 juta.

Oleh sebab itu, menurut Jokowi, potensi semacam ini harus dapat dimanfaatkan. Terlebih, data menunjukkan Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi digital paling cepat.

"Pada 2015, nilai ekonominya USD 8 miliar, tahun 2019 mencapai USD 40 miliar. Diproyeksi tahun 2025, kita akan memiliki USD 133," ujar mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

(Dam/Ysl)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya