Yenny Wahid Tak Ingin Ada Diskriminasi Gender di Garuda Indonesia

Yenny Wahid sangat menyayangkan dengan adanya pelecehan yang dialami oleh awak kabin Garuda Indonesia yang sebenarnya mereka bekerja profesional, bermartabat, dan terhormat.

oleh Tira Santia diperbarui 27 Feb 2020, 18:45 WIB
Co-Founder Wahid Fondation Yenny Wahid saat menghadiri Forum Nusantara bersama UN Women, Jakarta, Jumat (8/2). Forum membahas geliat perempuan di desa membangun deteksi dan respons terhadap isu intoleransi dan radikalisme. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Komisaris Independen PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Yenny Wahid, berharap di Garuda Indonesia tidak terjadi diskriminasi gender antara awak kabin perempuan dengan laki-laki. Ia ingin pegawai perempuan bisa menduduki jabatan yang strategis di Garuda Indonesia.

"Kami sudah menyelenggarakan silaturahmi awak Kabin perempuan di Garuda. Intinya, bahwa semua orang di Garuda harus merasa aman dan nyaman, dan mereka harus bekerja secara profesional dan dilindungi oleh aturan," kata Yenny dalam konferensi pers Direksi dan Komisaris PT Garuda Indonesia, di Gedung Garuda Indonesia, Jakarta, Kamis (27/2/2020).

Artinya tidak ada pegawai yang mengabdi lama, tapi tiba-tiba terkalahkan oleh pegawai baru yang cepat naik jabatan tapi sebenarnya pegawai itu tidak memenuhi kualifikasi. Maka dari itu, ia berharap tidak ada perlakuan khusus antara suka dan tidak disukai. Melainkan betul-betul menggunakan kualifikasi berdasarkan kriteria yang jelas.

"Spesifik yang perempuannya itu bahwa saya menginginkan tidak ada diskriminasi gender, tidak ada kejadian-kejadian yang dianggap diskriminasi gender, kasus-kasus pelecehan, dan sebagainya. Jadi semua setara, memang awak kabin kita ada sekitar 3600 orang, dan 90 persennya perempuan,"Katanya.

Memang persoalan yang banyak muncul yakni terkait pegawai Garuda Indonesia yang perempuan, "Kita tetep di sana ada kesetaraan gender yang diusung, saya juga ingin mendorong supaya lebih banyak lagi sumber daya manusianya yang berjenis kelamin perempuan, yang menduduki posisi-posisi yang lebih strategis lagi. Makannya saya dorong lebih banyak lagi perempuan," tegasnya.

Ia pun menyakini bahwa perempuan Indonesia itu hebat, hanya saja belum dikasih kesempatan untuk lebih berani berekspresi. "Tapi saya juga menguatkan agar perempuan-perempuan di Garuda Indonesia kalau melihat ada peluang jangan ragu untuk mengambilnya, ini persoalannya perempuan itu suka ragu-ragu dalam mengambil peluang," ujarnya.

Karena menurutnya, perempuan juga harus bisa menunjukkan kinerjanya, tidak perlu ragu untuk mengembangkan kemampuan, dengan mengambil tantangan dan jabatan strategis lainnya Di perusahaan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pelecehan

Seragam Pramugari Garuda Indonesia rancangan Anne Avantie (Dok. Anne Avantie)

Menyoroti hal itu, Yenny sangat menyayangkan dengan adanya pelecehan yang dialami oleh awak kabin Garuda Indonesia yang sebenarnya mereka bekerja profesional, bermartabat, dan terhormat, tapi malah mendapatkan perlakuan negatif berupa pelecehan, baik oleh penumpang, pihak perusahaan, maupun yang lainnya.

"Itu sangat melecehkan sekali pramugari, satu kasus terjadi tapi yang kena semua, banyak sekali awak kabin kita yang profesional, perempuan-perempuan terhormat dan martabat, tapi mereka jadi korban pelecehan oleh penumpang, karena mereka dianggap semua imagenya sama," jelasnya.

Oleh karena itu, perusahaan terus menyikapi adanya kasus-kasus yang terkait, dengan memperbaiki kinerja perusahaan. "Nah kalau ada masukan berikan ke Garuda kalau ada yang menyalahi norma dan etika, akan kami berikan sanksi jelas, karena memang ada pasal dalam aturan perusahaan, bahwa semua karyawan dituntut untuk memberikan yang baik," ujarnya.

Sementara itu, Yenny tidak mempermasalahkan jika terjadi cinta lokasi (cinlok) antara awak kabin Garuda Indonesia dengan pegawai lainnya, yang terpenting tidak berpengaruh negatif terhadap kinerja, dan tidak berdampak terhadap konflik kepentingan bahwa tidak akan ada penyalahgunaan kekuasaan yang terjadi.

"Cinlok itu terjadi disemua institusi dan banyak banget, tapi yang namanya perasaan tidak bisa diregulasi, yang boleh diregulasi adalah hubungan antara asmara tidak memperngaruhi kinerja dan tidak berdampak konflik kepentingan, tidak akan ada penyalahgunaan kekuasaan yang terjadi, hanya gara-gara si A pacaran sama si B," ujarnya.

Begitupun, jika ada orangtuanya seorang pilot dan anaknya pilot, ia tak mempermasalahkan hal itu, yang terpenting apabila sang Ayah tidak melakukan perlakuan spesial dibandingkan dengan yang lainnya. "Selama semuanya profesional tidak masalah," pungkasnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya