Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah mengevakuasi 238 warga negara Indonesia (WNI) dari ancaman virus corona di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Sejatinya, ada 241 WNI yang siap dievakuasi dan telah menunggu tim penjemput di bandara. Namun, tiga orang lainnya tidak bisa diangkut pulang ke Tanah Air.
Tiga WNI yang berstatus mahasiswa tersebut tidak lolos pemeriksaan kesehatan di bandara. Salah satunya Humaidi Zahid (28), warga Payaman, Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, yang saat ini menempuh studi S2 di Central China Normal University (CCNU), Wuhan.
Advertisement
Setelah tertinggal pesawat tim evakuasi, Humaidi dikembalikan ke Kampus CCNU. Hingga saat ini, dia memilih bertahan seorang diri di salah satu kamar asrama mahasiswa CCNU di tengah kondisi kota yang terisolasi akibat wabah virus corona atau COVID-19.
"Alhamdulillah sehat. Kalau kondisi kesehatan baik-baik saja, cuma ya mental ini kadang naik turun, namanya berada di dalam kondisi seperti ini, entah musibah atau apa ini enggak tahu saya," ujar Humaidi saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis 27 Februari 2020 malam.
Humaidi menceritakan, dia tertinggal di Wuhan lantaran saat dijemput tim evakuasi pada 2 Februari lalu, dirinya sedang batuk ringan. Dia bersama dua mahasiswa lainnya terpaksa ditahan sementara dan dicek kondisi suhu tubuh dan kesehatannya hingga tiga kali dalam waktu sekitar satu setengah jam sebelum akhirnya dilepas.
Namun takdir berkata lain. Saat dirinya dilepas petugas kesehatan bandara, pesawat tim evakuasi telah terbang meninggalkan Kota Wuhan. Humaidi pun dikembalikan ke kampus dan tinggal di asrama mahasiswa yang mulai sepi hingga saat ini.
"Kan waktu itu semua harus isi formulir, di kolom kesehatan saya centang kolom batuk. Harapannya ya enggak mau ngerepotin temen-temen, barang kali nanti di pesawat dapat tempat duduk khusus," ucap alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Terima Takdir
Humaidi enggan menyalahkan siapa-siapa. Dia sadar, ini memang sudah menjadi jalan hidupnya. "Ada temen sebelah saya yang merasa kayak (suhu badannya) panas, tapi tidak mengisi kolom. Entah kenapa saya kok mengisi kolom batuk. Mungkin memang takdirnya," katanya sedikit tertawa.
Sejak tertinggal di Wuhan, pemerintah melalui KBRI di Beijing terus memantaunya, begitu pula kampus asalnya, Unesa. Pihak kampus juga menjamin kebutuhan logistiknya selama tinggal di asrama mahasiswa CCNU.
Humaidi tidak banyak berharap. Dia hanya mengajak berdoa agar Wuhan kembali pulih dari wabah virus corona. Dia menyatakan siap dipulangkan ke Tanah Air kapan saja, tapi tidak berharap lebih.
"Kalau nanti saya terlalu berharap tapi yang ditunggu enggak datang-datang, malah stres sendiri saya. Mending saya coba ikhlas menjalani hari-hari di sini. Itu lebih baik menurut saya," ucap alumni Pesantren Darul Ma'arif Payaman ini.
Advertisement