Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sudah membantu satu siswa SMP Negeri (SMPN) yang menempati rumah tidak layak serta berjuang menghidupi dirinya sendiri.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Surabaya, Febriadhitya Prajatara menuturkan, Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya sudah memberikan bantuan uang Rp 1,5 juta kepada siswa berinisial DA tersebut.
Advertisement
"Juga ditawari untuk tinggal di rusun atau Liponsos Kalijudan. Tapi anaknya tidak mau," ujar dia seperti dikutip dari Antara, Kamis, 27 Februari 2020.
Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti sebelumnya meminta Pemerintah Kota Surabaya memperhatikan DA, menyatakan kalau Pemerintah Kota tidak segera memberikan solusi tempat tinggal bagi DA, ia berencana menyewakan indekos di dekat sekolah untuk anak laki-laki itu.
Menurut politikus Partai Keadilan Sejahtera itu, DA merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara dan selama ini tinggal bersama seorang kakaknya yang sekolah di SMK. Ayah dan ibu mereka sudah lama berpisah dan tidak ada yang tinggal di rumah yang mereka tempati. Ia menuturkan, anak itu sehari-hari berusaha menghidupi diri sendiri, ayahnya hanya sesekali datang dan memberikan uang sekadarnya.
"Namun saat ditanya DA tidak tahu ayahnya tinggal di mana. Begitu juga keberadaan ibunya, tidak diketahui," ujar dia.
Menurut dia, sekolah sudah menawari DA tinggal di panti tapi anak itu tidak mau.
"Saya kira ini butuh pendekatan ke kakaknya dan kepada ayahnya jika sekiranya ayahnya dapat dihubungi. Yang kedua, karena kebutuhan makan di luar sekolah tidak terpenuhi, saya kira ini perlu diperhatikan oleh DP5A dan Dinas Sosial Surabaya agar DA dapat diintervensi dengan program permakanan agar kebutuhan gizinya terpenuhi," kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Jurus Cegah Penculikan Anak ala Pemkot SURABAYA
Sebelumnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengimbau kepada warga untuk tetap waspada dan tenang serta tidak termakan isu hoaks terkait penculikan anak yang kembali mencuat di berbagai daerah.
Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat BPB Linmas Pemkot Surabaya Eko Yudi memastikan kecamatan dan kelurahan sudah membuat surat edaran yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dan masyarakat melalui RW dan RT setempat. Surat edaran itu sudah disebarluaskan sejak November 2019.
“Waspada harus, tapi harus tetap tenang dan tidak boleh main hakim sendiri,” kata Eko, Selasa, 5 Februari 2020.
Selain itu, Eko memastikan bahwa BPB Linmas sudah menginstruksikan kepada para Kasatgas (Kepala Satuan Tugas) Linmas untuk berkeliling ke sekolah-sekolah, terutama PAUD, TK dan SD. Adapun jumlah Kasatgas Linmas yang bertugas mengawasi sekolah-sekolah sebanyak 154 orang atau setara dengan jumlah kelurahan.
“Kalau jam pulang, saya minta dimonitor. Terutama terhadap sekolah-sekolah yang sifatnya eksklusif, dimana anak-anaknya naik antar jemput,” ucapnya.
Menurut Eko, BPB Linmas juga meminta para petugas keamanan untuk menanyakan setiap tamu yang berkunjung, baik di sekolah maupun perumahan-perumahan. Minimal tentang ingin menemui siapa, kemudian mencatat nomor kendaraannya.
“Kalau ada apa-apa akan ketahuan, tamu yang berkunjung ke rumah siapa, dan nomor kendaraannya berapa? Ini upaya preventif. Untuk perumahan yang menerapkan one gate system mudah pengawasannya,” tuturnya.
Kendati kasus penculikan anak terjadi di luar daerah, akan tetapi kewaspadaan tetap jalan terus. Ia mengibaratkan sedia payung sebelum hujan. Artinya, berjaga-jaga sebelum bahaya datang.
“Segera hubungi 112 apabila terjadi sesuatu di sekitarnya atau langsung menghubungi RT/RW dan kelurahan setempat,” kata Eko.
Sementara, Kabid Sekolah Dasar Dispendik Surabaya Aries Hilmi sudah meminta keamanan dan guru sekolah untuk selalu memastikan keluarga yang menjemput anak-anak. Bahkan, apabila penjemput itu bukan orang yang biasanya menjemput, maka diminta untuk tetap ditahan dulu supaya memastikan keamanan anak.
“Misal, orang itu mengatakan, kalau dirinya disuruh mamanya. Nah, tolong jangan mudah percaya dengan hal-hal semacam ini,” harapnya.
Dinas Pendidikan juga mengadakan pelatihan bekerja sama dengan Polrestabes Surabaya soal antisipasi penculikan anak. Dalam pelatihan itu, pihak keamanan, guru, dan kepala sekolah dilatih untuk mengenali gerak-gerik orang yang mencurigakan.
“Harapan kami pihak sekolah bisa mengetahui gerak gerik orang yang mencurigakan, sehingga lebih gampang antisipasinya,” kata Aries.
Sekolah juga diminta untuk menutup pintu gerbang pada saat jam pelajaran dan boleh dibuka kembali pada saat pulang sekolah.
“Jadi, ketika anak-anak berada di sekolah, sudah kami lakukan antisipasinya. Namun kami juga berharap pihak orang tua juga menjaga anak-anak ketika berada di rumahnya masing-masing,” ujarnya.
Kepala Bidang Kesejahteraan Keluarga DP5A Antok Handiyono mengatakan sudah menggelar berbagai pembinaan di sekolah-sekolah dan juga pembinaan kepada remaja dan keluarga. Pembinaan itu diharapkan dapat membangun kedekatan orang tua dengan anak-anaknya.
“Kami juga selalu menyampaikan kepada pihak keluarga untuk tidak membiarkan anak-anaknya bermain sendirian,” kata Antok.
Dalam setiap pembinaan, anak-anak juga selalu diminta berani menolak pemberian orang yang tidak dikenal. Selain itu, sosialisasi dan pembinaan kepada remaja juga menyasar tentang anggota tubuh mana saja yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh.
“Namun, yang perlu kami garis bawahi adalah peran orang tua juga sangat besar dalam menjaga keamanan dan antisipasi penculikan anak ini, sehingga orang tua harus bersinergi dengan pihak sekolah untuk bersama-sama menjaga anak-anak kita di Surabaya ini,” tuturnya.
Advertisement