Solopos - Klaten - Warga Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Klaten, mengukuhkan diri sebagai desa cikal bakal angkringan, Rabu (26/2/2020). Salah satu alasan pengukuhan dimaksudkan agar tak ada lagi klaim ihwal asal-usul pencetus angkringan.
Pengukuhan diri disimbolkan dengan pembangunan monumen angkringan. Monumen angkringan yang dikelilingi taman itu didirikan di lahan milik desa yang berada di tepi sungai Dukuh Sendang.
Baca Juga
Advertisement
Kepala Desa Ngerangan, Sumarno, mengatakan pembangunan monumen itu memanfaatkan dana desa serta bantuan keuangan khusus (BKK). Total anggaran yang sudah dialokasikan senilai Rp350 juta.
"Harapan kami legalitas cikal bakal angkringan tidak diklaim wilayah lain," kata Sumarno saat ditemui di sela-sela peresmian monumen.
Selain itu, pendirian monumen tersebut bertujuan untuk membangkitkan kebanggaan warga Ngerangan dengan desa mereka.
"Untuk mendukung para pemuda yang tidak sekolah atau selesai sekolah tidak merasa malu lagi meneruskan usaha sebagai pedagang angkringan," tutur dia.
Pendirian monumen tersebut juga dimaksudkan untuk mendongkrak wisata di Ngerangan. Salah satu kawasan wisata yang dikembangkan yakni restoran dengan menu utama hidangan yang tersaji pada angkringan. Restoran itu rencananya dibangun di samping monumen.
Camat Bayat, Edy Purnomo, mengatakan monumen sebagai bentuk apresiasi kepada para pengusaha angkringan. "Biar mereka tidak merasa bahwa pekerjaan yang dilakukan pekerjaan kecil. Berdagang angkringan itu menjadi profesi yang saat ini sudah menjamur ke seluruh Indonesia dengan asal mula dari Ngerangan," tutur dia.
Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengatakan monumen angkringan menjadi pengingat remaja Ngerangan ihwal asal-usul mereka. "Menjadi pengingat anak muda tidak boleh malu potensi yang dimiliki dari tanah kelahiran mereka. Dari angkringan bisa menyejahterakan masyarakat terutama di sisi selatan Klaten," tutur dia. (AMA/PNJ)
Baca berita menarik Solopos.com lainnya, di sini: