Liputan6.com, Jakarta Analis Bursa sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat bisa terdepresiasi ke level 14.500 per dolar AS akibat mewabahnya virus corona. Salah satunya disebabkan oleh banyaknya dana asing yang ditarik keluar dari Indonesia.
"Kalau seandainya terus keluar dari Pasar Indonesia, yang terjadi rupiah akan terus mengalami pelemahan. Bisa saja dia akan kembali ke 14.500 per dolar AS. itu sangat mungkin sekali dalam hitungan hari," kata Ibrahim kepada Liputan6.com, Jumat (28/2/2020).
Advertisement
Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), jumlah dana asing yang keluar dari Indonesia sejak awal 2020 telah mencapai angka Rp 30,8 triliun. Menurut Ibrahim, hal tersebut mengindikasikan bahwa pasar modal dalam negeri juga terus melemah.
"Itu terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN), obligasi yang sebesar Rp 26,2 triliun, dibanding saham yang hanya Rp 4,1 miliar. Artinya apa? Di bulan Februari ini dana asing yang keluar dari pasar modal cukup luar biasa," sebutnya.
Jika penyebaran virus Corona belum juga dapat teratasi dalam waktu dekat, Ibrahim menyatakan bahwa itu akan berakibat pada kurs rupiah yang semakin terpuruk.
"Iya, pasti. Karena kita tahu WHO pun juga mengatakan bahwa virus corona ini berpotensi menjadi pandemik. Kita tahu bahwa penyebaran virus corona ini menurut WHO di luar dugaan," ucap dia.
Berdasarkan data Bloomberg, pada Jumat ini rupiah dibuka di angka 14.060 per dolar AS dan ditutup 14.317 per dolar AS.
Tiga Strategi Bank Indonesia Stabilkan Nilai Tukar Rupiah
Sebelumnya, Bank Indonesia melihat kondisi pasar keuangan global sedang meradang akibat wabah virus corona. Banyak investor global di seluruh negara mencabut investasinya.
Dalam keadaan ini, Bank Indonesia menyatakan akan terus tetap berada di pasar. Demi menstabilkan pasar, nilai tukar rupiah dan pasar keuangan untuk obligasi pemerintah.
"Kita melakukan triple intervensi di tiga aspek yaitu spot, DNDF, maupunn pembelian SBN," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Komplek Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (28/2/2020).
Bank Indonesia melakukan intervensi di spot dengan menjual valas untuk mengendalikan pelemahan nilai tukar rupiah. Intervensi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah melalui forward, yaitu melalui Domestic Non-delivery Forward.
Intervensi juga dilakukan melalui pembelian SBN yang dilepas oleh investor asing.
"Mereka melepas, BI membelinya. Termasuk juga bank-bank, perbankan dalam negeri, mereka juga membeli SBN yang dilepas oleh asing," kata Perry.
Tahun ini secara keseluruhan year to date sudah ada Rp 100 triliun lebih yang dibeli dari pasar sekunder sampai tanggal 27 Februari 2020. Sekitar Rp 78 triliun dibeli sejak akhir bulan Januari seiring dengan menyebarnya virus corona.
"Oleh karena itu lah kenapa memang yield SBN 10 tahun mengalami peningkatan. Yang semula sebelum corona, sekitar 6,56 persen, hari ini 6,95 persen untuk yield SBN 10 tahun," kata Gubernur Bank Indonesia itu.
Advertisement