Bukan 3, Ternyata Ada 4 Mahasiswa Indonesia yang Tertinggal di Wuhan

Seorang mahasiswa bahkan tak sampai di bandara. Bus tim evakuasi gagal mencapai lokasi WNI yang berada di pelosok China itu.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 29 Feb 2020, 08:45 WIB
Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan dievakuasi tiba di Bandara Internasional Tianhe, Wuhan, Hubei, China, Sabtu, (1/2/2020). Sebanyak 245 WNI di Wuhan, China, direncanakan tiba di Bandara Hang Nadim, Batam, pagi ini, Minggu (2/2/2020). (foto:Duta Besar RI di Beijing)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah telah mengevakuasi ratusan warga negara Indonesia (WNI) dari Kota Wuhan, China terkait wabah virus corona atau COVID-19 pada 2 Februari 2020 lalu. Namun dari total 245 WNI yang terdata, hanya 238 orang yang bisa dibawa pulang ke tanah air.

Tujuh orang sisanya masih tertinggal di Wuhan. Pemerintah kala itu menyebut, tiga WNI yang berstatus mahasiswa itu tertahan lantaran tidak lolos pemeriksaan kesehatan di bandara. Sementara sisanya menolak pulang karena alasan pribadi.

Namun ternyata bukan hanya tiga mahasiswa yang tertinggal. Mereka yang ingin pulang ke tanah air tapi gagal sejatinya berjumlah empat orang. Sementara yang memutuskan bertahan di Wuhan dan tidak mau dievakuasi berjumlah tiga orang.

"Itu keliru. Bukan empat yang memutuskan bertahan, tapi tiga orang. Sebenarnya ada empat mahasiswa di sini yang ingin pulang," ujar Humaidi Zahid saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis 27 Februari 2020 malam.

Humaidi yang akrab disapa Omed ini merupakan mahasiswa asal Desa Payaman, Solokuro, Lamongan, Jawa Timur yang menempuh studi S2 di Central China Normal University (CCNU), Wuhan. Dia tertinggal di Wuhan lantaran tidak lolos pemeriksaan kesehatan bersama dua mahasiswa lainnya.

Sempat tertahan beberapa jam di bandara, Omed dan dua temannya lantas dikembalikan ke asrama mahasiswa. Kini, mereka hanya menghabiskan waktunya di asrama hingga hari yang ditunggu-tunggu untuk bisa pulang ke Indonesia datang.

Omed menceritakan nasib satu rekannya yang bahkan tak sampai dijemput tim evakuasi ke bandara pada 2 Februari lalu. Saat Kota Wuhan diisolasi atau lockdown pada 23 Januari 2020, mahasiswa asal Batam, Kepulauan Riau yang tak disebut namanya itu tengah berada di luar kampus.

"Jadi kebetulan teman saya ini sedang main di tempat temannya, daerahnya pelosok sekali. Nah, bus tim evakuasi ini tidak bisa menembus ke daerah itu karena ada blokade-blokade di beberapa tempat. Bus penjemput akhirnya meninggalkan dia," katanya.

Hingga kini, satu mahasiswa yang tak sempat dijemput tim evakuasi itu masih bertahan di daerah terpencil. Jaraknya dari kampus cukup jauh, sekitar satu jam perjalanan menggunakan kereta cepat. "Itu baru sampai kotanya. Masih jauh lagi ke pelosok. Saya lihat fotonya, rumahnya itu kayak di tengah-tengah sawah gitu," ucap Omed.

Sementara otoritas setempat terus meningkatkan keamanan. Sebelumnya, para mahasiswa masih boleh keluar area kampus, meski terbatas. Namun terhitung sejak 2 Februari 2020, pihak kampus menutup akses keluar masuk.

Meski begitu, Omed menyebut, kebutuhan logistik seperti makanan, obat-obatan, dan masker untuk dirinya dan dua mahasiswa lainnya yang tinggal di asrama aman karena dipenuhi pihak kampus. Namun tidak dengan satu temannya lagi yang masih terisolasi di luar kampus.

"Ketika tanggal 2 (Februari) itu gagal pulang, KBRI sebenarnya cepat tanggap. Kita dibuatkan grup khusus dengan KBRI untuk empat orang yang pengin pulang tapi enggak bisa. Yang tiga itu kan memang memutuskan stay di Wuhan, jadi tidak dimasukkan," kata Omed.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Harapan Omed

Sejumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan dievakuasi berpose bersama di Bandara Internasional Tianhe, Wuhan, Hubei, China, Sabtu, (1/2/2020). Sebanyak 245 WNI di Wuhan akan dievakuasi ke Indonesia terkait merebaknya virus corona di kota tersebut. (foto:Duta Besar RI di Beijing)

Pemerintah Indonesia, melalui KBRI di Beijing terus memantau perkembangan para WNI yang tertinggal di Wuhan hingga kini. Meski intensitas perhatiannya tak sebesar sepekan pertama sejak gagal pulang pada 2 Februari.

Namun komunikasi dengan keluarga tidak pernah putus. Dukungan keluarga dan teman-teman Omed juga terus mengalir, tidak hanya sebatas melalui sambungan telepon.

Selain Omed yang aktif membagikan kegiatannya melalui akun media sosial, setiap harinya pasti ada saja dukungan untuknya yang juga diunggah di media sosial. Bahkan sampai ada tagar #omedjiayou (Omed semangat) - you're never walk alone. Tagar tersebut tentunya bertujuan untuk mendukung Omed secara psikis.

Suhu tubuh Omed senantiasa dipantau. Saat ini suhu tubuh Omed berkisar 36 derajat celsius dan dinyatakan negatif virus corona. Harapan Omed untuk bisa kembali bersama keluarga sangat besar. Saat ini dia tidak hentinya berdoa, agar semua yang dialaminya segera berlalu.

"Saya mencoba ikhlas di sini (Wuhan), saya mencoba menerima meski saya juga ingin ada di tengah keluarga. Saya harap semua segera berlalu,” ujar Omed.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya