Muslim di Delhi Gelar Salat Jumat Perdana Usai Bentrok Sektarian Berdarah

Muslim di Delhi melaksanakan salat Jumat di bawah pengawasan polisi, sepekan usai bentrokan yang menewaskan 42 orang dalam kekerasan sektarian terburuk di kota itu dalam beberapa dekade.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Feb 2020, 17:00 WIB
Muslim di daerah Mustafabad, Delhi, salat Jumat di sebuah masjid menyusul kerusuhan sektarian atas undang-undang kewarganegaraan baru India. (Liputan6/AFP)

Liputan6.com, India - Umat muslim di Delhi telah melaksanakan salat Jumat di bawah pengawasan polisi setelah seminggu kerusuhan di mana 42 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka selama kekerasan sektarian terburuk di kota itu dalam beberapa dekade.

Sejumlah orang muslim di timur laut ibu kota India mengadakan ibadah pertama mereka sejak gerombolan bersenjatakan pedang, senjata api datang dan menghancurkan distrik itu pada Senin, 24 Februari 2020 lalu.

Polisi berpatroli di jalan-jalan, dipenuhi pecahan kaca, batu, dan puing-puing lainnya.

"Jika mereka membakar masjid kami, kami akan membangun kembali mereka dan berdoa," kata Mohammad Sulaiman, yang ada di antara sekitar 180 pria yang berdoa di atap masjid yang dibakar dalam kerusuhan.

"Ini adalah hak agama kami dan tidak ada yang bisa menghentikan kami dari mempraktikkan agama kami," demikian dikutip dari The Guardian, Sabtu (29/2/2020).

Lima hari setelah kerusuhan dimulai, rumah sakit masih berusaha mengidentifikasi korban tewas ketika jumlahnya terus meningkat. Warga daerah yang terkena dampak kerusuhan masih mencari kerabat yang hilang.


Ketegangan Sektarian

Masyarakat India mengadakan demonstrasi terkait sahnya RUU yang dinilai anti-muslim. (Source: AP/ Anupam Nath)

Ketegangan antara garis keras Hindu dan Muslim yang memprotes kebijakan pertama pemerintahan Narendra Modi telah dibangun selama berbulan-bulan ketika kekerasan meledak pada Minggu malam, yakni saat kunjungan kenegaraan pertama Donald Trump ke India.

Polisi mengatakan mereka telah menahan lebih dari 600 orang atas kerusuhan itu dan tetap mempertahankan kehadirannya di Delhi timur laut.

Ratusan sukarelawan berdiri di luar masjid utama di lingkungan Mustafabad, di mana beberapa kekerasan terburuk terjadi dan mendesak para penyembah untuk bubar segera setelah shalat. "Ini adalah cobaan. Kita harus bersabar," kata seorang imam setelah memanggil jemaahnya untuk tetap tenang.

Banyak orang di lingkungan itu ketakutan setelah polisi melarang jamaah Muslim datang ke beberapa masjid yang dibakar oleh perusuh Hindu, Senin lalu.


Memblokir Jalan ke Masjid

Para wanita meneriakkan slogan-slogan saat memprotes Undang-Undang Kewarganegaraan di Bangalore, India, Kamis (26/12/2019). Kritikus menilai UU Kewarganegaraan adalah upaya pemerintah Narendra Modi untuk memarginalkan 200 juta Muslim di negara itu. (AP Photo/Aijaz Rahi)

Tidak jauh dari situ, sekelompok penduduk di daerah Shiv Vihar yang didominasi Hindu memblokir jalan menuju salah satu masjid setempat dengan kerangka sepeda motor yang terbakar, yang mereka katakan dibakar oleh umat Islam. "Tidak seorang pun akan diizinkan masuk sampai para perusuh ditangkap," teriak mereka pada kerumunan Muslim yang ingin masuk.

"Kami tidak menginginkan kekerasan," kata Saleem Mirza, ketika polisi mengatakan kepada umat Muslim untuk membubarkan diri guna menghindari masalah baru.

"Kami ingin hidup dalam damai, bekerja untuk anak-anak kami dan hidup normal. Kami berdoa untuk perdamaian bagi semua orang hari ini."

Undang-undang kewarganegaraan baru India telah memicu demonstrasi yang berlangsung selama berbulan-bulan antara demonstran anti-pemerintah dan polisi. Setidaknya 30 orang tewas dalam kekerasan protes tahun lalu, terutama di negara bagian utara Uttar Pradesh.

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea


Saksikan video pilihan di bawah ini:

india rusuh

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya