Politikus PKS Pertanyakan Transparansi Virus Corona di Indonesia

Bukhari meminta pemerintah pusat agar memastikan Indonesia aman dari virus corona. Tidak hanya pihak Menteri Kesehatan, Presiden Jokowi harus mempublikasi kepada masyarakat.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Mar 2020, 11:41 WIB
Liu (kiri) mengantar makanan untuk para petugas medis di sebuah rumah sakit di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Rabu (26/2/2020). Liu bertekad akan bertahan hingga wabah virus corona COVID-19 berakhir. (Xinhua/Cheng Min)

Liputan6.com, Jakarta Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bukhari Yusuf mempertanyakan kondisi Indonesia yang saat ini belum terserang virus corona. Namun beberapa negara, seperti Arab Saudi dan Singapura melarang warga negara Indonesia (WNI) untuk masuk.

Sebab itu dia meminta pemerintah pusat agar memastikan Indonesia aman dari virus corona. Tidak hanya pihak Menteri Kesehatan, Presiden Jokowi harus mempublikasi kepada masyarakat.

"Justru ini yang kami pertanyakan. Tentunya dengan konteks kesehatan jangan didominasi aspek politik. Ini benar-benar pemerintah harus sampaikan kepada masyarakat. Seharusnya Presiden sampaikan: saya nyatakan Indonesia masih zero," kata Bukhari di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (1/3/2020).

Dia menjelaskan, tidak ada yang ingin virus corona ada di Indonesia. Tetapi masyarakat harus mencegah lebih dini. "Poin agar lebih cermat serta hati-hati kepada publik," ungkap Bukhari.

Anggota Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang hingga kini belum terpapar virus corona (Covid-19).

Padahal, negara-negara tetangga lainnya seperti Singapura, Malaysia, Australia, Filipina, hingga Vietnam disebut telah melaporkan kasus virus corona. Bahkan, Singapura menjadi negara terbanyak dengan 98 kasus virus asal Wuhan, China.

Hermawan pun mengungkapkan tiga kemungkinan yang membuat belum adanya kasus virus corona di Indonesia. Pertama, dia menduga bahwa pasien positif corona tak melaporkannya ke rumah sakit.

"Kedua, apakah ini failed detection-nya," kata Hermawandi Kawasan Jakarta Pusat, Sabtu (29/2/2020).

Ketiga, adanya ketidakcocokan antara standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan program yang dikembangkan Indonesia. Sehingga, virus corona tak terdeteksi.

 

Reporter: Intan Umbari Prihatin 

Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya