3 Duet Striker Paling Mematikan dalam Sejarah MU

MU telah melewatkan pasangan semacam itu di tim sejak Ferguson pensiun. Hingga akhirnya muncul Marcus Rashford dan Anthony Martial

oleh Achmad Yani Yustiawan diperbarui 01 Mar 2020, 19:30 WIB
Gelandang Manchester United, Bruno Fernandes mencetak gol dari titik penalti saat bertanding melawan Club Brugge pada leg kedua 32 besar Liga Europa di Old Trafford, Inggris, Kamis, (27/2/2020). MU menang telak 5-0 atas Club Brugge. (AP Photo/Dave Thompson)

Liputan6.com, Manchester - Manchester United (MU) selalu menjadi rumah bagi beberapa striker fantastis sejak awal berdiri klub. Bahkan di era Liga Premier, ciri khas tim di era Sir Alex Ferguson adalah pencetak gol terbanyak.

Salah satu faktor yang membuat MU sukses seperti itu adalah kemitraan yang kuat di lini serangan. Setan Merah sering memamerkan kerjasama antara dua striker dalam tim; dua pencetak gol dengan kemampuan untuk saling bermain satu sama lain dan mampu mendorong ketakutan kepada lawan.

Namun, MU telah melewatkan pasangan semacam itu di tim sejak Ferguson pensiun. Hingga akhirnya muncul Marcus Rashford dan Anthony Martial di bawah asuhan Ole Gunnar Solskjaermusim ini.

Keduanya mungkin telah meletakkan penanda musim ini seandainya Rashford tidak cedera sejak awal Januari. Rashford sudah mencetak 19 kali sebelum dia absen, sementara Martialmendekati gol terbaiknya untuk United, setelah mencetak golnya yang ke 15 musim ini melawan Watford.

Beberapa duo striker legendaris telah menghiasi MU selama bertahun-tahun, tetapi siapa yang paling mematikan dari mereka semua?


Eric Cantona dan Mark Hughes

3. Eric Cantona pernah menggunakan ban kapten di Manchester United. Dia setahun menjadi pemimpin lapangan pada 1996-1997.(AFP/Gerry Penny)

Eric Cantona menjadi salah satu arsitek dimulainya dominasi MU di Liga Premier, sejak bergabung dengan klub pada November 1992. Tim itu sangat membutuhkan pencetak gol dan pemain Prancis itu ternyata sesuai dengan apa yang diharapkan Sir Alex.

Setelah kedatangannya, Setan Merah kehilangan hanya dua pertandingan di liga dan kemudian mengangkat trofi Liga Premier perdana dan Piala Liga pertama mereka dalam 26 tahun.

Di Old Trafford, Cantona membentuk kemitraan dengan Mark Hughes dan mereka berdua bekerja sama dengan sangat baik untuk menjadi ujung tombak MU.

Pemain asal Wales telah mengubah kariernya setelah bergabung kembali dengan MU dari Barcelona pada musim panas 1988.

Mereka berdua hanya bermain dua setengah musim bersama-sama tetapi berhasil membentuk salah satu kekuatan serangan paling mematikan dalam sejarah klub.

Mereka memenangkan dua gelar Liga Premier, satu Piala FA dan dua trofi Community Shield sebelum Hughes meninggalkan Old Trafford untuk bergabung dengan Chelsea menjelang musim1995/96. Sedangkan Cantona pensiun pada akhir musim 1996/97.


Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo

8. Wayne Rooney (Everton, Manchester United) - 114 Gol. (AFP/Oli Scarff)

Kemitraan antara Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney menerangi Liga Premier selama lima musim sebelum bintang Portugal itu berangkat ke Santiago Bernabeu. Pada saat itu, merekaberdua telah membentuk salah satu dari duo penyerang terhebat dalam sejarah MU.

Awal kemitraan dimulai pada musim panas 2004 ketika Rooney bergabung dengan klub dari Everton. Pada saat itu, Ronaldo telah menyelesaikan musim pertamanya dengan Setan Merahdan telah memenangkan trofi pertama Piala FA.

Pada musim 2006/07, keduanya mencetak 23 gol untuk United. Musim berikutnya, mereka berhasil mencetak 60 gol, dengan Ronaldo 42 gol dan Rooney mencetak 18 gol. Mereka kemudian mencetak 46 gol di musim terakhir sebelum Ronaldo menuju ke Spanyol.

Pada saat itu, mereka berdua telah memenangkan 3 gelar Liga Premier, 2 Piala Liga, satu Community Shield, satu Piala Dunia Klub FIFA dan satu Liga Champions UEFA.


Stan Pearson dan Jack Rowley

Jack Rowley bergabung dengan MU saat berusia 17 tahun pada tahun 1937. Pada waktu bersamaan Stan Pearson membuat penampilan senior pertamanya untuk Setan Merah.

Keduanya menjanjikan masa depan yang cerah. Tapi, kemitraan itu rusak ketika Pearson pergi untuk melayani resimen ke-2 / ke-4 dalam Perang Dunia Kedua. Pearson akhirnya kembali Old Trafford untuk memenuhi takdirnya.

Pada saat itu, Rowley telah berubah menjadi pencetak gol yang sangat cakap. Pearson segera membuat akord dengan rekan senegaranya dan percikan lama kemitraan mereka muncul kembali.

Di bawah pengawasan Sir Matt Busby, United mendapatkan kembali kejayaan mereka yang hilang. Dengan bimbingan yang tepat dari Busby, kemitraan striker Pearson-Rowley berkembang menjadi salah satu yang terbaik di dunia dan mendorong United ke Piala FA 1948.

Pada saat Rowley meninggalkan United pada Februari 1955, ia telah mencetak 211 gol dari 424 penampilan. Dia hanya pemain United ke-4 yang mencetak lebih dari 200 gol untuk klub.

Pearson berhasil 148 gol dari 343 penampilan untuk Setan Merah, sebelum berangkat ke Bury pada tahun 1954.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya