Jangan Suka Pamer Kekayaan di Medsos, Ini Dampak Buruknya

Apa saja dampak buruk pamer apa saja termasuk kekayaan di media sosial? Simak ulasan berikut

oleh Fitriana Monica Sari diperbarui 05 Mar 2020, 06:00 WIB
Ilustraasi foto Liputan6

Liputan6.com, Jakarta Di era sekarang ini adakah yang tidak menggunakan media sosial? Jika ada mungkin hanya segelintir saja. Media sosial bisa bisa diibaratkan seperti pisau bermata dua, di satu sisi berguna untuk memotong sayur, buah-buahan dan lain-lain, di sisi lain dapat membahayakan karena bisa membuat terluka.

Artinya, media sosial bisa berdampak baik jika menggunakannya dengan bijak dan digunakan untuk berbagi informasi. Sebaliknya, media sosial juga bisa berakibat buruk jika digunakan untuk hal-hal negatif, apalagi sampai melanggar norma.

Salah satu hal negatif yang tanpa disadari pengguna sosial media adalah ketika pamer kekayaan. Kadangkala kita lakukan tanpa disadari dengan mengunggahnya di media sosial seperti Instagram, Facebook, dan lainnya.

Media Sosial Bikin Lupa Diri

Memiliki barang mewah atau memiliki kehidupan yang sukses seringkali membuat lupa diri. Lalu, apakah kita tidak boleh membagikan momen kebahagiaan di media sosial?

Sebenarnya sah-sah saja jika memposting pencapaian yang didapat. Akan tetapi, yang perlu diperhatikan adalah niat menunjukkan itu untuk apa. 

Jangan sampai maksud Anda memposting adalah untuk pamer. Sebaiknya jika ingin memposting maka tunjukkan proses yang dilalui untuk mencapai kesuksesan.

Gunakan kalimat yang bijak agar tidak terkesan menyombongkan diri. Dengan begitu, orang bukannya mencaci karena kita dianggap pamer, tapi justru akan merasa termotivasi.

Lalu, apa saja dampak buruk pamer apa saja termasuk kekayaan di media sosial? Simak ulasan berikut, seperti dikutip dari Cermati.com.


1. Menimbulkan Prasangka Buruk

Ilustrasi gosip dan media sosial. (via rcmp-grc.gc.ca)

Salah satu manfaat media sosial adalah untuk sharing kebaikan. Sebisa mungkin apa yang Anda unggah dan apa yang kamu tulis sudah dipikir matang-matang. Karena hal yang Anda unggah ke media sosial bisa jadi multi tafsir bagi yang melihatnya.

Misalnya, jika Anda mengunggah foto saat berada di rumah. Ada orang yang menganggap bahwa kita pamer kekayaan karena di rumah kita banyak perabot mahal.

Adapula yang menganggapnya sebagai motivasi agar mampu meraih pencapaian yang kamu dapat. Kembali lagi, media sosial memang bisa menjadi pisau bermata dua.

2. Terobsesi Terus Pamer Kekayaan Meski Sebenarnya Tak Mampu

Perlu diingat, jangan sampai kamu memamerkan harta di media sosial. Selain itu perbuatan yang buruk ternyata pamer justru membuat kita menjadi boros lo. Kok, bisa ya?

Dikutip dari Careers and Money, sebuah penelitian psikologi seseorang yang sudah sering menunjukkan kekayaan atau pamer dia akan terus terdorong untuk melakukannya. Tanpa mempedulikan kondisi sebenarnya maka dia akan terus ingin menunjukkan apa yang dia punya.

Seseorang yang biasa pamer akan merasa kecanduan tanpa menghiraukan kondisi keuangannya. Tidak begitu menghiraukan apakah kegunaan barang dengan harga yang harus ia bayar sebanding atau tidak. Dia terus ingin terlihat kaya dan merasa harus konsisten menunjukkan ke publik tentang kekayaannya.


3. Terlihat Seperti Orang yang Butuh Pengakuan

Ilustrasi belanja. Sumber foto: unsplash.com/rawpixel.

Jika dikatakan dari sudut pandang manusia, sebenarnya orang yang memamerkan harta, seperti jet pribadi, mobil mahal, barang-barang branded hingga gaya hidup mewah dan sebagainya, sebenarnya mereka ingin mendapatkan pengakuan.

Ingin dipandang dan diakui oleh publik bahwa mereka adalah orang kaya dan sukses. Terutama dilakukan oleh kaum muda yang berhasil dengan pencapaiannya maka dia merasa perlu menunjukkannya ke media sosial.

Perilaku pamer kekayaan ini sebenarnya bisa terjadi dengan berbagai macam latar belakang. Ada yang butuh pengakuan, adapula yang ingin merasa dihormati atau dihargai keberadaannya dan lain sebagainya.

Akan tetapi, kebanyakan analis menyatakan bahwa hal itu terjadi karena ketidakmampuan mereka memahami hubungan sosial dalam cara pandang yang benar.

4. Pura-pura Bahagia

Beberapa orang kaya menunjukkan perilaku pamer uang karena menganggap uang adalah sumber kebahagiaan. Dengan uang mereka dapat membeli barang apa saja yang diinginkan.

Jadi, dengan membeli mobil mewah, tas ratusan juta atau barang-barang lain sebenarnya mereka ingin menunjukkan kepada dirinya sendiri bahwa mereka bahagia. Padahal, kondisi sebenarnya bisa saja tidaklah demikian.


5. Cenderung Jadi Lebih Boros

Ilustrasi belanja (Foto: unsplash.com/JP Valery)

Perilaku seperti inilah yang memicu sifat boros. Tanpa disadari mereka terus menerus membelanjakan uang untuk pengakuan itu tadi.

Kesan yang dibangun di media sosial mereka adalah orang kaya maka merasa harus konsisten menunjukkan kekayaannya. Hal ini yang kemudian memicu untuk terus memamerkan harta agar tetap eksis di dunia maya.

Lain halnya jika yang diunggah dalam media sosial adalah kegiatan berbagi. Misalnya menyumbang untuk panti asuhan, orang-orang yang tidak mampu.

Anda menunjukkan bahwa dengan kekayaan yang dipunya haruslah mendatangkan manfaat bagi orang lain dan bisa membawa kebahagiaan pula bagi orang lain. Dengan begitu unggahan di media sosial Anda juga dapat memotivasi orang lain untuk dapat berbuat kebaikan juga.

Gunakan Media Sosial dengan Bijak

Pada akhirnya akan tetap ada yang berkomentar negatif tentang kebaikan yang diposting di media sosial. Akan tetapi, perilaku berbagi tentu lebih berdampak positif dari sekadar pamer-pamer yang justru akan mengundang reaksi negatif dari pengguna internet lainnya.

Kunci untuk menjadikan media sosial Anda bermanfaat adalah menggunakannya dengan bijak. Hati-hati dengan apa yang Anda unggah. Apalagi saat ini sudah ada UU ITE yang dapat menjerat orang-orang pengguna media sosial yang tidak bijak. Jadi, bijaklah dalam menggunakan media sosial, karena itulah ciri-ciri orang yang cerdas.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya