Produksi Melimpah, Industri Furnitur Justru Sulit Dapatkan Rotan

Di tingkat hulu produksi rotan melimpah namun di hilir atau di industri rotan mengalami kelangkaan bahan baku.

oleh Tira Santia diperbarui 02 Mar 2020, 16:30 WIB
Seorang pekerja membawa rotan untuk dikeringkan untuk diekspor di sebuah bengkel di Banda Aceh (7/1/2020). Aceh merupakan salah satu sentra produksi rotan terbesar di Sumatera. (AFP Photo/Chaideer Mahyuddin)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki, menggelar rapat koordinasi lintas kementerian, pemerintah daerah, industri dan petani untuk mendorong ekspor furniture berbahan baku rotan.

Dalam rapat terungkap ada masalah dalam tata niaga rotan. Di tingkat hulu produksi rotan melimpah namun di hilir atau di industri rotan mengalami kelangkaan bahan baku.

"Artinya ini ada yang missing link karena di hulu produksinya melimpah sementara industri furnitur kekurangan bahan baku, " kata Tete usai rapat koordinasi di gedung Kemenkop dan UKM, Jakarta, Senin (2/3/2020).

Selain itu juga hadir perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dirjen Bea dan Cukai, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Pemerintah Daerah, penghasil rotan, asosiasi pengusaha furniture, petani rotan antara lain dari Kalimantan Selatan dan Sulawesi.

Lanjut Teten, akibat produksi rotan yang melimpah terjadi penyelundupan yang nilainya mencapai 10 ribu ton per bulan. Karena itu, ia menegaskan ada masalah dalam tata niaga rotan yang harus segera diselesaikan.

"Ada yang anomali, industri tidak bisa menyerap seluruh produksi rotan setengah jadi, hanya sekitar 30 persen. Ada kebijakan di hulu dan hilir yang tidak pas. Di hulu harga murah karena produksinya melimpah sedangkan di hilir harganya mahal dengan karena kelangkaan pasokan," ujarnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Daerah Penghasil Rotan

Pengrajin rotan di Pekanbaru tengah membersihkan dan memotong rotan sebelum dibuat beragam produk. (Liputan6.com/M Syukur)

Padahal dirinya telah meminta agar para dinas, pengusaha dan petani dari daerah penghasil rotan segera membuat data yang valid agar dapat diambil kebijakan paling tepat untuk jangka pendek dan jangka panjang.

Ditegaskan petani dan pengolah rotan serta industri furniture harus sama-sama kembang sehingga rotan menjadi komoditi yang menguntungkan.

"Kita harus detilkan lagi datanya supaya bisa membuat kebijakan yang tepat yang menguntungkan bagi kedua pihak, bagi industri furniture dan di hulunya juga bergairah," ujarnya.

Ia menekankan rotan seharusnya jadi produksi unggulan karena Indonesia adalah produsen rotan terbesar dunia. Namun faktanya negara lain menjadi eksportir produk furniture berbahan baku rotan yang cukup besar.

Sementara itu, Deputi Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit menambahkan, penyerapan bahan baku itu rendah karena industri rotan tidak bisa menyerap seluruh jenis produksi rotan. Menurutnya ada jenis rotan tertentu yang tidak bisa terserap oleh industri.

"Masalah data produksi ini yang kemudian diminta Menteri harus secepatnya disampaikan, agar pengambilan kebijakan terhadap tata niaga rotan dapat diputuskan," pungkas Victoria.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya