Liputan6.com, Jakarta - Indonesia baru saja mengumumkan ada dua pasien yang positif Virus Corona (COVID-19). Mereka adalah ibu dan anak yang melakukan kontek dengan pasien terinfeksi asal Jepang.
Presiden Joko Widodo meminta supaya masyarakat Indonesia meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan. Menjaga higienitas menjadi kunci pencegahan Virus Corona yang bisa tertular secara fisik.
Baca Juga
Advertisement
Di samping isu kesehatan, ada segudang masalah lain menyangkut Virus Corona, mulai dari oknum yang memborong dan menimbun masker, hingga bermacam isu soal kesehatan.
Ada yang menyebut orang yang sehat dari Virus Corona tak perlu memakai masker, untuk mencegah Virus Corona, pernyataan itu juga diberikan oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Kabar beredar lain menyebut pasien usia lansia lebih rentan kena Virus Corona ketimbang kawula muda.
Agar jelas, berikut lima mitos populer tentang Virus Corona serta faktanya, seperti dilaporkan The Guardian, Senin (2/3/2020).
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
1. Virus Corona Tak Lebih Buruk dari Flu Biasa
Banyak invididu yang terkena Virus Corona akan merasakan gejala sama seperti flu musiman, tetapi secara keseluruhan tingkat kematian flu ini lebih berbahaya.
WHO menyebut tingkat kematian Virus Corona tertinggi di Wuhan ketika virus ini baru terdeteksi.
Bruce Aylward, ketua tim gabungan misi COVID-19 China-WHO, berkata tingkat kematian di Wuhan mencapai 2 persen hingga 4 persen. Namun, di luar wilayah Wuhan laju kematiannya hanya 0,7 persen.
Meski demikian, angka itu tetap di atas tingkat kematian flu tahunan di AS pada kisaran 0,1 persen.
Advertisement
2. Virus Corona Hanya Membunuh Lansia, Anak Muda Santai Saja
Klaim satu ini ada benarnya karena kebanyakan orang yang bukan lansia dan tidak punya penyakit lain tidak akan sakit kritis akibat COVID-19. Masalahnya, Virus Corona punya kemungkinan tinggi untuk mengakibatkan penyakit lain.
Oleh karena lansia memang lebih rentan terhadap Virus Corona, maka penting bagi anak muda untuk mengikuti instruksi karantina apabila kena mengalami gejala virus. Dengan begitu maka virus tak menyebar ke populasi rentan.
Masalah lain adalah risiko kepada para pekerja medis yang terus-terusan terpapar pasien Virus Corona. Hal itu membuat mereka terkena risiko tertular walau masih muda.
3. Soal Masker
Ini adalah isu yang paling sering dibicarakan. Penimbun masker pun bermunculan di berbagai negara.
Haruskah kita membeli masker dengan harga mahal? Jawabannya tergantung.
Pemakaian masker bisa efektif jika seseorang berada dekat orang yang sudah terinfeksi Virus Corona. Mereka yang memakai masker bisa terlidungi hingga lima kali lipat.
Namun, bila sedang sekadar jalan-jalan dan tidak berkontak dekat dengan orang lain, maka masker tidak akan memberikan efek.
Perlu diingat bahwa Virus Corona bisa menyebar lewat bersin atau batuk. Penggunaan masker pun penting bagi yang sakit agar tidak menyebar penyakit ke orang lain.
Advertisement
4. Berdekatan dengan Pasien Virus Corona Selama 10 Menit Bisa Tertular
Ada rumah sakit yang memberikan panduan bahwa penularan penyakit terjadi jika berdekatan selama lebih dari 10 menit ke orang yang bersin atau batuk. Hal ini berbeda dari Virus Corona.
Penularan Virus Corona bisa terjadi dengan menyentuh permukaan yang sudah terkotori virus. Meski demikian, penularan lewat cara ini lebih jarang ketimbang penularan kontak dekat.
5. Vaksin Siap dalam Beberapa Bulan
Ilmuwan sedang bergegas mencari vaksin untuk melawan Virus Corona. Kini, sudah mulai ada pengujian terhadap binatang.
Namun, butuh waktu untuk vaksin untuk bisa diedarkan secara komersil, apalagi ilmuwan perlu melihat efek sampingnya dulu. Belum ada kepastian apakah vaksinnya bisa beredar dalam waktu kurang dari setahun.
Advertisement
6. Jika Sudah Pandemi, Maka Virus Tak Terbendung
Pandemi berarti penyebaran virus di seluruh dunia, tetapi pada praktiknya tidak ada tindakan yang berubah apabila ada deklarasi pandemi.
Faktor penting dalam melawan Virus Corona bukan hanya langsung membasmi virus ini, tetapi meredam penyebaran atau mengurangi memuncaknya virus ini turut penting agar sistem kesehatan bersiap menghadapi banjirnya pasien.