Harga Masker dan Hand Sanitizer Naik Tak Wajar, Tokopedia: Itu Bisa Dilaporkan

Sejak mewabahnya virus corona di sejumlah negara, harga produk kesehatan--terutama masker dan hand sanitizer--di toko online melambung tinggi.

oleh Iskandar diperbarui 03 Mar 2020, 14:53 WIB
Calon penumpang kereta api mengenakan masker saat berada di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (31/01). Dalam rangka pencegahan Virus Corona, PT Kereta Api Indonesia (persero) melakukan sosialisasi kepada penumpang dengan membagi-bagikan masker di stasiun Gambir. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak mewabahnya virus corona di sejumlah negara, harga produk kesehatan--terutama masker dan hand sanitizer--di toko online melambung tinggi.

Bahkan tak jarang, ada beberapa seller nakal yang mematok harga tidak wajar. Kondisi ini pun juga terjadi di Indonesia, terlebih ada dua WNI yang positif virus corona.

Pantauan Tekno Liputan6.com, Selasa (3/3/2020) di beberapa e-commerce, satu pack masker standar isi 50 pieces yang sebelumnya dibanderol Rp 20 ribuan, kini melambung tinggi menjadi Rp 500 ribuan.

Sementara hand sanitizer 50ml yang mulanya dipatok belasan ribu rupiah, kini harganya meroket lebih dari dua kali lipat jadi Rp 50 ribuan.

Menanggapi hal tersebut External Communications Senior Lead Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya, mengimbau masyakarat untuk melaporkan produk-produk dengan harga yang tidak wajar.

"Kami mengimbau masyarakat agar dapat melaporkan produk-produk dengan harga yang tidak wajar, langsung dari fitur Laporkan yang ada di setiap halaman produk," ujar Ekhel melalui pesan singkat.

Ia menuturkan Tokopedia secara aktif terus berupaya memastikan tidak ada kenaikan harga yang tidak wajar, terutama untuk produk masker kesehatan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini


Bersifat USG

Logo Tokopedia. (Liputan6.com/ Andina Librianty)

Ekhel menjelaskan, sebagai upaya untuk menciptakan peluang bagi para penjual di Indonesia, marketplace Tokopedia bersifat user generated content (UGC), di mana setiap pihak dapat melakukan pengunggahan produk di Tokopedia secara mandiri.

"UGC sangat bermanfaat dan memberikan kemudahaan bagi para penjual, namun harus kami sertai dengan aksi-aksi proaktif untuk menjaga norma dan hukum yang berlaku," ucapnya memungkaskan.


Hoaks Virus Corona Banjiri WhatsAp

Petugas medis merawat seorang pasien yang terinfeksi virus corona atau COVID-19 di sebuah rumah sakit di Teheran, Iran, Minggu (1/3/2020). Sejauh ini, Iran mencatat ada 1.501 kasus virus corona dengan 66 korban meninggal. (Koosha Mahshid Falahi/Mizan News Agency via AP)

Di sisi lain, pengguna WhatsApp dibuat panik karena hoaks tentang virus Corona (Covid-19) yang beredar di aplikasi perpesanan milik Facebook ini.

Kasus kepanikan karena hoaks tentang virus Corona ini terjadi di Lagos, ibu kota Nigeria.

Ceritanya, berjam-jam setelah Nigeria mengkonfirmasi kasus virus Corona (Covid-19) pertama, seorang aktivis kesehatan bernama Olumide Makanjuola yang tinggal di Lagos membuka aplikasi WhatsApp dan dibuat panik oleh informasi tersaji di dalamnya.

Mengutip laman The Washington Post, Selasa (3/3/2020), pengguna WhatsApp mengkopi paste dan meneruskan (forward) peringatan yang menyebut penerbangan lokal, hotel, dan sekolah di Kota Lagos kemungkinan sudah terkontaminasi virus Corona.

Dari banyaknya informasi yang beredar, tidak ada satu pun yang sudah terkonfirmasi. Namun demikian, beberapa versi informasi tersebut beredar di grup WhatsApp pribadi dengan jumlah anggota yang cukup banyak.

"Virus ini berada sangat dekat dengan kita, jauh lebih dekat dibandingkan yang kita pikirkan," demikian bunyi pesan-pesan tersebut.

Saat para pemerintah dan para ahli kesehatan berlomba mengatasi wabah virus Corona, mereka juga harus memerangi hoaks di internet yang sulit dikalahkan.


Pemerintah Sulit Mengawasi

WhatsApp (AP Photo/Patrick Sison, File)

Apalagi kini hoaks beredar di WhatsApp, layanan pesan yang paling banyak dipakai dan memiliki enkripsi, sehingga sulit diawasi oleh pemerintah.

Tak hanya pengguna di Nigeria, mereka yang ada di Singapura, Brasil, Pakistan, Irlandia, dan negara-negara lain di dunia juga telah melihat banjir hoaks mengenai virus corona di WhatsApp. Misalnya tentang jumlah orang yang terinfeksi, bagaimana virus ini ditransmisikan, dan ketersediaan pengobatannya.

Pesan dan pesan suara berisi informasi mengenai virus corona ini menyebar ketakutan dan membuat pemerintah di banyak negara cukup pusing dibuatnya, termasuk di Bostwana.

Pemerintah di sana meminta masyarakat untuk lebih selektif menerima dan membagikan informasi di WhatsApp.


Tanggapan WhatsApp

Ilustrasi WhatsApp (iStockPhoto)

Sebelumnya, Facebook selaku induk perusahaan WhatsApp juga telah melakukan penghapusan konten-konten disinformasi terkait virus corona.

Namun tampaknya Facebook tidak bisa memantau WhatsApp dengan cara serupa. Pasalnya, percakapan di WhatsApp telah dienkripsi, artinya pesan hanya bisa dibaca oleh pengirim dan penerima.

Juru Bicara WhatsApp, Carl Woog, menyebut, perusahaan telah bekerja sama dengan pemerintah dan pihak-pihak lain untuk meredakan disinformasi mengenai virus corona yang beredar.

"WhatsApp merupakan alat komunikasi yang penting bagi petugas kesehatan untuk saling berkoordinasi. Kami telah melibatkan Kementerian Kesehatan di seluruh dunia untuk menyediakan cara sederhana bagi masyarakat untuk menerima informasi akurat tentang virus ini," katanya.

(Isk/Why)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya