Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan, usaha mikro membutuhkan partner atau kemitraan agar mereka bisa terhubung dalam ekosistem. Pasalnya usaha mikro yang jumlahnya puluhan juta itu, jika berusaha sendiri tak akan mampu memenuhi permintaan pasar secara continue dan dalam volume yang besar.
"Jumlah usaha mikro itu 63 jutaan mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan sampai warung yang namun sesuai namanya usahanya mereka kecil kecil, di sektor pertanian, lahan merekapun sempit. Jadi dibutuhkan startup baru yang bisa jadi partner usaha mikro untuk bisa terhubung dalam ekosistem" kata Menkop dan UKM Teten Masduki, dalam acara pendaftaran Grab Ventures Velocity (GVV) angkatan 3, di Jakarta, Selasa (3/3/2020).
Advertisement
Dalam acara itu, ia menceritakan, dalam kunjungannya ke sejumlah daerah seperti di Papua, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Sumatera, banyak usaha mikro dengan hasil komoditas yang memiliki nilai tinggi semisal kopi, umbi-umbian, kepiting, furniture, maupun buah tropis.
"Namun pasokannya dalam skala kecil, dan ini membutuhkan kemitraan yang bisa menghubungkannya dengan market yang membutuhkan supply dalam jumlah besar dan teratur," ungkapnya.
Karena itu lanjut Menteri Teten, pihaknya mendukung dan memberikan apresiasi atas inisiatif Grab Indonesia dalam memunculkan startup baru, yang bisa memberikan manfaat pada usaha-usaha mikro agar bisa naik kelas atau scale up.
Kendati begitu, kini Kemenkop juga sudah menulai menggandeng startup dalam mengangkat usaha mikro, yang kebetulan sebagian juga alumnus GGV yaitu TaniHub dan Sayurbox, keduanya sektor pertanian serta Aruna di sektor perikanan. Sedangkan untuk usaha mikro warung, Kemenkop dan UKM juga bekerjasama dengan Warung pintar, dan Grab kios.
Menurut Menteri Teten Masduki, yang masih sangat dibutuhkan dalam mengangkat usaha mikro terhubung dengan ekosistem adalah, para seller (penjual) di market place yang bisa aktif mencari offtaker atau pembeli
Meningkatkan Kualitas Startup
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi, mengatakan Grab yang sudah beroperasi 6 tahun di Indonesia, cukup memahami apa saja tantangan dan kebutuhan perusahaan startup di Indonesia.
"Melalui GGV kami harap bisa meningkatkan kualitas startup Indonesia dan sehingga bisa menjadi Unicorn baru san menjadikan Indonesia sebagai startup terbesar di Asia Tenggara, " kata Neneng.
Neneng menjelaskan, di Indonesia kini ada 2.193 startup atau urutan ke lima terbesar dunia setelah Amerika Serikat (46 ribu startup), India (6.000), Inggris (4.900) dan Kanada (2.400).
Ia menjelaskan dari dua angkatan GVV sebelumnya telah mendorong pertumbuhan 15 startup, yang 10 diantaranya merupakan startup Indonesia, diantaranya adalah TaniHub, Qoala, Tamasia, Porter, Sayurbox dan Pergiumroh. "Mereka telah mampu memberdayakan lebih dari 117 ribu usaha mikro," kata Neneng.
Sedangkan untuk GGV angkatan 3 yang pendaftarannya dibuka sampai akhir Maret 2020 ini dibagi dalam dua track yaitu, restoran value-add service dan usaha logistik.
Advertisement