Jumlah Kasus di Tiongkok Menurun, Waspadai Gelombang Kedua COVID-19 dari Luar China

Kemenkes menjelaskan bahwa pada Selasa, 3 Maret 2020, angka kasus baru COVID-19 di Tiongkok mencapai rekor terendah

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 04 Mar 2020, 11:00 WIB
Peta persebaran Virus Corona COVID-19 di Dunia. Termasuk di antaranya sejumlah negara Asia yang kini Indonesia masuk dalam daftar tersebut. (gisanddata.maps.arcgis.com)

Liputan6.com, Jakarta Angka kasus baru infeksi virus corona atau COVID-19 di Tiongkok menurun. Meski begitu, yang perlu diwaspadai adalah terkait meningkatnya kasus di luar wilayah China Daratan.

"Pada posisi minggu ini, minggu kemarin dan awal-awal ini, angka kejadian COVID-19 di mainland, di Chinanya, sudah mulai cenderung menurun," kata Sekretaris Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Achmad Yurianto.

Dalam konferensi persnya di kantor Kemenkes, Jakarta, Yuri mengatakan peningkatan kasus pada hari Selasa (3/3/2020), adalah rekor yang terendah kemunculan kasus infeksi virus corona sejak bulan Januari. Dia menambahkan, 95 persen kasus berada di dalam provinsi Hubei.

"Yang sembuh semakin banyak. Kemudian angka yang menjadi sakit berat, juga semakin turun," kata dokter yang baru saja diangkat menjadi juru bicara RI terkait penanganan COVID-19 di Indonesia tersebut.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini


Meningkat di Luar Tiongkok

Seorang pria melewati poster seniman Italia TVBOY bergambar Mona Lisa karya Leonardo da Vinci mengenakan masker dan memegang smartphone di Barcelona, Selasa (18/2/2020). Instalasi muncul setelah Mobile World Congress (MWC) 2020 batal digelar karena wabah virus corona yang mencekam. (PAU BARRENA/AFP)

Meskipun begitu, "gelombang kedua" dari infeksi virus yang bernama Sars-CoV-2 ini semakin meningkat di luar Tiongkok.

"Angkanya makin naik dan angka yang makin naik itu, kurang lebih 81 persen itu adanya di Korea Selatan, Jepang, Iran, dan Italia. Yang besar di sana. Selebihnya kecil," kata Yuri.

"Oleh karena itu kita harus hati-hati dengan second wave ini. Tidak ada tanda-tanda turun. Sebarannya semakin cepat," tambahnya. Dia mengatakan, saat ini semakin banyak jumlah negara yang melaporkan kasus infeksi virus corona.

Yuri mengungkapkan, beberapa salah satu penyebab cepatnya penyebaran berdasarkan para ahli juga dikarenakan gambaran klinis COVID-19 yang berubah.

"Beberapa kasus justru menunjukkan gejala yang minimal. Bahkan ada yang mengatakan asimptomatik artinya tanpa gejala, tapi positif. Inilah yang kemudian menyebabkan, orang itu mudah sekali untuk bergerak kemana-mana karena deteksi yang ada di semua pintu masuk negara, deteksi awalnya menggunakan thermal scanner," kata Yuri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya