Cemas Akan Virus Corona, IMF dan Bank Dunia Adakan Meeting Virtual

Pejabat IMF dan Bank Dunia tak mau ambil risiko di tengah wabah Virus Corona COVID-19.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 04 Mar 2020, 10:33 WIB
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva. Dok: Twitter @KGeorgieva

Liputan6.com, Washington, D.C. - IMF dan Bank Dunia membatalkan pertemuan musim semi mereka (spring meetings) di Washington, D.C. akibat Virus Corona (COVID-19). Sebagai gantinya, kedua institusi keuangan itu mengadakan pertemuan virtual.

Dilaporkan CNBC, Rabu (4/3/2020), IMF dan Bank Dunia akan memperkuat kapabilitas IT dan koneksi virtual mereka dalam mengadakan konsultasi kebijakan serta dalam berbagai analisis. Pertemuan virtual ini adalah kesepakatan bersama.

"Mengingat bertambahnya kekhawatiran kesehatan terkait virus ini, Manajemen dari IMF dan Grup Bank Dunia dan Dewan Eksekutif mereka telah setuju untuk menerapkan rencana gabungan untuk mengadaptasi Pertemuan Musim Semi IMF-Bank Dunia 2020 ke dalam format virtual," ujar kedua institusi dalam pernyataan gabungan.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dan Presiden Bank Dunia David Malpass yakin format digital ini efektif dari segi efisiensi dan kesehatan di tengah wabah Virus Corona.

"Dengan format yang diadaptasi ini, kami percaya bahwa negara-negara anggota kita akan bisa secara efektif berkomunikasi dalam isu-isu ekonomi global di pertemuan musim ini ini," ujar mereka.

Pertemuan musim semi 2020 diadakan pada 17-19 April mendatang. Biasanya, pertemuan musim semi IMF dan Bank Dunia melibatkan 10 ribu pejabat pemerintah, jurnalis, pebisnis, dan perwakilan rakyat sipil.

Peserta yang berasal dari 189 negara diajak ke markas IMF dan Bank Dunia di Washington, D.C. Di tengah wabah Virus Corona, otomatis hal itu menambah risiko penularan karena virus ini tertular dengan kontak dekat. Internal IMF dan Bank Dunia juga membahas risiko penularan.

Pertemuan antara IMF dan Bank Dunia dilaksanakan setahun dua kali di musim semi dan musim gugur. Secara tradisi, Bank Dunia dikelola Amerika Serikat dan IMF dikelola Eropa.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Sri Mulyani Sebut Dampak Virus Corona ke Ekonomi Lebih Besar dari Perang Dagang

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat rapat konsultasi dengan DPR di Ruang Pansus B, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (16/12). Rapat membahas program Omnibus Law dan RUU Prolegnas Prioritas tahun 2020 terkait keuangan dan perkembangan makro fiskal dan keuangan negara. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa penyebaran Virus Corona (Covid-19) akan memberikan dampak ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan ketegangan perdagangan global. Itu karena virus asal Wuhan, China, itu menghantam berbagai lini ekonomi, baik dari sisi industri, perdagangan, investasi dan pariwisata.

Ini diungkapkan Sri Mulyani dalam akun Facebook resminya pada Februari lalu.

"Pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan mengalami peningkatan karena perbaikan kondisi keuangan global dan berkurangnya ketegangan perdagangan, dibayangi oleh risiko ketegangan geopolitik, ketidakpastian kebijakan dan Covid-19 (Virus Corona)," tulis dia.

Dia mengungkapkan, dalam pertemuan G20 hari ini, negara-negara G20 menyampaikan simpati kepada masyarakat dan negara yang terdampak Virus Corona, khususnya China. Negara-negara ini juga menyepakati perlunya komitmen global untuk mengatasi dampak Virus Corona, baik dalam pencegahan penyebarannya maupun munculnya virus serupa di masa depan.

Dia menyebut, negara-negara G20 berkomitmen untuk menggunakan semua alat kebijakan guna mencapai pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang dan inklusif, serta tahan terhadap downsize risk.

Sementara di Indonesia, reformasi struktural juga terus dilanjutkan untuk meningkatkan potensi pertumbuhan. Kebijakan fiskal harus fleksibel dan ramah pertumbuhan, sementara kebijakan moneter harus terus mendukung kegiatan ekonomi dan mampu memastikan stabilitas harga, konsisten dengan mandat bank sentral.

"Perdagangan internasional dan investasi juga harus ditingkatkan karena merupakan mesin penting pertumbuhan, produktivitas, inovasi, penciptaan lapangan kerja dan pembangunan," jelas dia.

Siri Mulyani memastikan jika kebijakan global dalam menangani risiko turunnya ekonomi global juga menjadi perhatian utama Indonesia.

Pemerintah menggunakan berbagai instrumen untuk menjaga daya beli masyarakat antara lain dengan bauran kebijakan ekonomi dan fiskal.

"Kementerian Keuangan mendorong percepatan belanja efektif dan tepat sasaran serta berbagai insentif sebagai stimulus khususnya di sektor pariwisata yang terkena dampak besar dari virus Corona," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya