Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku senang lantaran Purchasing Managing Index (PMI) manufaktur Indonesia meningkat. Sebab karena adanya virus corona atau (COVID-19) kapasitas produksi yang berawal dari China berbelok ke Indonesia.
"Saya senang laporan PMI purchasing manager index naik. Dari Tiongkok belok ke kita, China anjlok jadi 35 persen, kita di atas 50 persen. Pembelokan artinya kapasitas produksi kita bertambah," kata Jokowi saat membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan di Istana Negara, Rabu (4/3).
Dengan adanya kenaikan tersebut hal ini jadi peluang. Dia pun meminta suplai bahan baku terpenuhi. Lalu difokuskan prosedur supplay direlaksasi dan disederhanakan
"Kalau ada tambahan pesanan, kemudian suplai bahan baku enggak ada percuma, mau ngerjain apa. Ini ada peluang, ada kesempatan," ungkap Jokowi.
Baca Juga
Advertisement
"Jadi namanya impor bahan baku berilah betul-betul perhatian," lanjut Jokowi.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China, Indeks manajer pembelian (purchasing managers’ index/PMI) sektor manufaktur jatuh ke level 35,7 pada Februari dari level 50 di bulan sebelumnya.
Kemudian, data yang dirilis IHS Markit juga mencatat indeks PMI Caixin Manufacturing anjlok ke level 40,3 pada Februari, dari level 51,1 pada bulan Januari.
Penurunan tersebut tajam lantaran banyak perusahaan tutup atau beroperasi di bawah kapasitas. Disusul pembatasan yang diberlakukan sebagai tanggapan terhadap wabah virus corona.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jurus Menperin Genjot Kinerja Industri Manufaktur
Menteri perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan ingin melakukan pendekatan Top Down untuk mengembangkan industri manufaktur di Indonesia.
Sebelumnya ia sedikit pesimis karena dari anggaran yang ditetapkan pemerintah untuk Kementerian Perindustrian (Kemenperin) alami penurunan dari Rp 3,6 triliun menjadi Rp 2,92 triliun.
Kendati begitu, ia kini optimis bahwa dana tersebut bisa memadai untuk mengembangkan industri manufaktur. Selama menjabat sebagai menteri selama 3-4 bulan, dia berpikir sebagai menteri tidak hanya menghasilkan pengeluaran yang terkait dengan Undang-undang dan lain sebagainya, melainkan lebih dari itu.
"Tapi 3-4 bulan di Menperin memang tidak bisa output hanya hal-hal yg berkaitan dengan Undang-undang saja, diperlukan lebih dari itu, saya menyampaikan saya sudah berdikusi dengan berbagai pihak di mana pemikiran saya mengatakan, bahwa kebijakan pembangunan dari industri ingin bagus," kata Agus dalam acara Kick-off pelaksanaan anggaran Kementerian Perindustrian (Kepemperin) 2020, di Kementrian Perindustrian, Jakarta, (13/1/2020).
Menurutnya diperlukan pendekatan Top Down, yakni perencanaan pembangunan yang segala keputusan penting, dan jenis kegiatannya ditentukan dahulu oleh pemerintah.
Sehingga diperlukan anggaran untuk menciptakan kawasan industri yang sederhana. Dengan begitu, diharuskan mendukung industri manufaktur di Indonesia supaya berkembang.
"Pengembangan kawasan industri bisa dilakukan dengan top down, dengan membantu pelaku industri dalam mencari sumber daya bahan bakunya, itulah kebijakan-kebijakan yang akan kami dorong," ungkapnya.
Advertisement
Tarif Investor di Kawasan Industri
Secara paralel, ia ingin melakukan pendekatan top down dengan kawasan industri, yang bertujuan mengundang daya tarik Investor agar kawasan industri tersebut tumbuh.
"Bisa saja ada kawasan yang mengundang daya tarik investornya kurang," ungkapnya.
Sehingga pihaknya bisa mendorong pengelompokan-pengelompokan industri mana yang akan pihaknya dorong, calon investor yang bagus akan dibantu dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan Kementerian.
"Konsekuensinya memang anggaran, kita melangkah bersama-sama pada tahun 2021, agar industri bisa lebih cepat dan terarah," jelasnya.
Ia pun meyakini dengan dimulainya anggaran tahun 2020, bisa menjadi motor penggerak industri, dan membangun sinergi dalam membangun industri nasional.