Liputan6.com, Jakarta Jumlah animasi yang tayang di bioskop terbilang kecil jika dibandingkan dengan film live-action. Apalagi, film animasi produksi dalam negeri. Hal ini dibenarkan Dimas Danang dan Niken Anjani, bintang film Riki Rhino.
Seperti diketahui, dalam Riki Rhino, Niken Anjani mengisi suara Nina sementara Dimas Danang menghidupkan karakter Master.
Baca Juga
Advertisement
Lewat Riki Rhino, Dimas Danang dan Niken Anjani hendak memberi tahu penonton bahwa animasi Indonesia mencapai level yang baru. Karenanya, animasi produksi dalam negeri layak didukung.
Kemajuan Signifikan
Indonesia sebenarnya memiliki banyak bakat di bidang animasi. Karena industri film Tanah Air sedang berkembang, banyak bakat luar biasa yang akhirnya direkrut studio animasi luar negeri.
“Karena lagi berkembang, industri animasi harus didukung pencinta film Indonesia. Kalau enggak didukung, ya enggak akan mencapai kemajuan signifikan,” ujar Dimas Danang saat berkunjung ke kantor Showbiz Liputan6.com.
Advertisement
Timbal Balik dari Penonton
“Kalau tidak ada timbal balik dari penonton, buat apa dibikin? Intinya kita butuh penonton,” imbuhnya di Jakarta, baru-baru ini. Pendapat Dimas Danang dibenarkan pemain Riki Rhino lainnya, yakni Hamish Daud.
Ia menyebut proses pembuatan Riki Rhino hampir delapan tahun. Film ini dibuat dengan pesan khusus bahwa banyak satwa langka hampir punah.
Kesannya Berat Banget
Senada dengan Hamish, Niken Anjani yang mencetak box office lewat film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini menambahi, “Tema satwa langkah mau punah kesannya berat banget makanya dibuat animasi dengan penceritaan sederhana dan bahasa yang mudah dipahami oleh anak-anak Indonesia.”
Niken Anjani menyebut Riki Rhino mengajak anak-anak belajar soal habitat spesies hingga buang sampah pada tempatnya.
Advertisement
Menaruh Nyawa
“Intinya belajar dalam suasana yang fun dengan begitu anak-anak lebih mudah dipahami,” beber Niken Anjani. Dimas Danang menyambung, jika satwa punah maka kita enggak punya apa-apa lagi.
“Menyampaikan pesan lewat film animasi juga enggak mudah. Pekerjaan terberat yakni menaruh jiwa atau nyawa dalam gambar bergerak. Kita hanya punya suara untuk menghidupkan sebuah tokoh,” pungkasnya.