Jokowi Minta Menterinya Fokus Atasi Dampak Perdagangan Akibat Corona

Dampak virus corona banyak dirasakan, dengan melambatnya kinerja di berbagai sektor baik perdagangan maupun investasi.

oleh Tira Santia diperbarui 04 Mar 2020, 15:40 WIB
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju menerima Sekretariat Jenderal Rabithah Al Alam Al Islami (World Muslim League), Sheikh Mohammed bin Abdulkarim Al Issa, di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Rabu (26/2/2020). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) minta rapat kerja para menteri hari ini untuk fokus pada pasokan barang-barang bahan pokok, aktivitas impor dan ekspor, dan berharap semua pihak bisa saling bahu membahu kerja sama untuk menghadapi permasalahan perdagangan akibat merebaknya virus corona.

"Saya minta raker (rapat kerja) hari ini fokus ke situ saja, gak usah ke mana-mana bicaranya. Karena sekali lagi suplai barang harus cukup. Kita dihadapkan, sebentar lagi pada yang namanya puasa ramadhan. Tantangan yang kita hadapi saat ini betul-betul sangat tidak mudah. Dulu kita berpikir menyelesaikan satu saja sudah pusing, urusan perang dagang," kata Jokowi dalam pembukaan Rapat kerja di Istana Negara, Jakarta, Rabu, (4/3/2020).

Perang dagan belum selesai sekarang muncul virus corona, yang itu menambah sulitnya ekonomi dunia, sulitnya politik global yang menjadikan tidak menentu," lanjut dia.

Karena menurutnya dampak dari merebaknya virus corona ini banyak dirasakan, dengan melambatnya kinerja di berbagai sektor baik perdagangan maupun investasi.

"Kita harapkan ini bisa, meskipun ada tekanan yang sangat berat seperti ini, kita harus bisa menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada. Tetap fokus berkerja, menjaga optimisme, memanfaatkan peluang," ujarnya.

Ia pun menilai keadaan ini tidak normal, maka dari itu ia meminta kepada seluruh pihak yang terkait seperti menteri, asosiasi yang bersinggungan dengan perekonomian. Supaya bisa mencari terobosan-terobosan yang sederhana untuk menyeimbangkan kelancaran aktivitas ekonomi baik secara makro, ekspor, maupun impor.

"Karena kita tahu kerusakan disrupsi ini sudah mengenai titik-titik semua. Titik supply kena, demand kena, produksi kena. Kena semua, jadi hati-hati. Jangan anggap ini hal biasa," tegasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Aktivitas Impor

Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan 2020 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (4/3/2020). Jokowi mengingatkan jajaran Kemendag agar segera mencari jalan keluar dari krisis yang disebabkan oleh virus corona (covid-19). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Selain itu, menurutnya terkait impor, Jokowi meminta supaya saat melakukan aktivitas impor tidak ada kesulitan. Karena bahan baku yang dibutuhkan Indonesia itu berasal dari impor, apalagi dengan negara China yang saat ini suplai bahan baku Indonesia banyak dari China.

"Kita tahu industri yang ada di Tiongkok sudah berhenti. Padahal suplai bahan baku kita banyak dari sana. Sudah di sana sulit, masuk ke sini sulit. Hati-hati policy kebijakan yang berkaitan dengan ini,Saya kasih contoh bahan baku industri garam, bahan baku industri gula untuk makanan dan minuman. Jangan sampai ada industri yang mengeluh urusan ini," ujarnya.

Serta masih banyak produk bahan pokok lainnya yang tidak bisa ia sebutkan satu persatu, namun yang terpenting rutinitas suplai bahan baku yang sulit masuk ke Indonesia jangan dipersulit lagi. Meskipun banyak kebutuhan bahan pokok naik, Ia menegaskan harus siap mempersiapkan bahan baku maupun bahan pokok.

"Jangan sampai dalam situasi demand yang tersirupsi, suplai terdisrupsi, produksi terdisrupsi kita gak merespon dan anggap biasa-biasa saja. Yang saya sering marah kepada menteri, dirjen gara-gara hal seperti ini. Tidak hanya di kementerian perdagangan karena urusan bukan hanya menteri perdagangan," ujarnya.

Demikian ia menegaskan kembali kepada jajaran kementerian, dan lainnya untuk fokus kepada bagaimana relaksasi, melonggarkan, mempercepat prosedur yang sebelumnya sangat lama dan berbelit-belit, untuk di sederhanakan.

Situasi ini tidak normal, jangan anggap ini situasi normal. Situasi sangat berbeda karena corona ini, sangat berbeda. Tadi saya ingatkan karena corona ini demand rusak, suplai rusak produksi rusak. Demand termasuk di dalamnya tentu saja konsumsi dan investasi. Investasi mau masuk karena ad corona ngerem. Hati-hati," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya