HEADLINE: Virus Corona Picu Panic Buying Makanan, Masker, Hand Sanitizer, Bagaimana Meredamnya?

Kepanikan masyarakat terhadap kasus virus Corona membuat harga sejumlah produk kesehatan, terutama masker meroket.

oleh Nafiysul QodarNanda Perdana Putra diperbarui 05 Mar 2020, 00:00 WIB
Antrean pengunjung untuk membayar belanjaan mereka di sebuah pusat perbelanjaan kawasan Kelapa Gading, Jakarta, Senin (2/3/2020). Warga berbondong-bondong membeli bahan-bahan pokok hingga masker dan hand sanitizer setelah dua warga Depok positif terinfeksi virus corona. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mengumumkan dua warga di Indonesia positif virus Corona atau Covid-19. Hal itu lantas memicu kepanikan di masyarakat. Bahkan tak sedikit warga yang panic buying atau melakukan aksi borong kebutuhan pokok.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta masyarakat tidak perlu panik berlebihan hingga memborong kebutuhan pokok dan obat-obatan menyusul adanya kasus virus Corona di tanah air. Dia menjamin, ketersediaan kebutuhan pokok di Indonesia masih cukup.

"Pemerintah menjamin ketersediaan bahan pokok dan obat-obatan, enggak perlu memborong kebutuhan sehari-hari," ujar Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, (3/3/2020).

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga menjamin bahwa ketersediaan masker masih cukup, meski ada jenis-jenis tertentu yang langka. Namun dia memastikan, stok masker cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

"Informasi yang saya terima stok di dalam negeri ada kurang lebih 50 juta masker. Memang pada masker-masker tertentu barangnya langka," kata Jokowi.

Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto juga meminta masyarakat tidak melakukan panic buying, dan tetap berbelanja sesuai dengan kebutuhan. Dia memastikan tidak ada kelangkaan barang di Indonesia.

"Pemerintah akan menjamin ketersediaan pasokan barang, bahan pokok, dan industri pasar pascamasuknya virus Corona," ujar Agus dalam konferensi pers di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (3/3/2020).

Agus mengimbau masyarakat tetap tenang, sebab pasokan bahan pokok akan tetap aman sampai Lebaran atau Idul Fitri 2020 nanti. Pihaknya sudah berkomunikasi dengan para pelaku usaha dan memastikan bahwa belum ada pembatasan impor dari luar negeri.

"Barang tetap masuk, bahkan akan kami perlonggar terutama bahan baku industri, sesuai arahan Presiden. pecuali yang hewan hidup," kata Agus.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir turut memastikan, stok beras aman di tengah merebaknya virus Corona. Hal itu disampaikan Erick saat meninjau gudang beras milik Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Sunter, Jakarta Utara.

"Tapi intinya, bahwa kita ingin masyarakat jelas, kondisi kita aman, pemerintah hadir, ada Coronavirus kalau kita bersatu tidak heboh-heboh, ada jalan keluar," ujarnya di Gudang Bulog, Jakarta, Rabu (4/3/2020).

Menteri Erick mengatakan, sampai saat ini Bulog memiliki stok sebanyak 1,65 juta ton beras di seluruh gudang Indonesia. Beras tersebut juga cukup untuk menghadapi kebutuhan jelang Ramadan.

"Sama juga Lebaran sudah dekat, kita pastikan stoknya ada, panen raya juga cepat kita akan balance. Mengenai distribusi, kita akan terus perbaiki, apakah dengan channel yang selama ini ada, apakah dengan channel modern," jelasnya.

Kepala Satgas Pangan Polri Brigjen Daniel Tahi Monang Silitonga tidak bisa berbuat banyak menyikapi fenomena panic buying di masyarakat. Meski begitu, pihaknya tetap menerjunkan personel untuk memastikan ketersediaan kebutuhan pokok hingga pendistribusiannya ke konsumen berjalan dengan baik.

Selain itu, personel Satgas Pangan Polri juga diterjunkan untuk mengamankan sentra-sentra perbelanjaan yang telah dipetakan. Menurut dia, ada sekitar 12 hingga 15 daerah di kota-kota besar yang mengalami lonjakan pembelian akibat fenomena panic buying.

"Kalau yang mereka membeli berlebihan itu kan memang hak mereka. Tapi kan apabila dilakukan secara terus menerus, kasihan yang lainnya kan, mengakibatkan kepanikan pasar," kata Daniel kepada Liputan6.com, Jakarta, Rabu (4/3/2020).

Namun Satgas Pangan Polri tidak main-main terhadap pihak-pihak yang memanfaatkan situasi ini untuk mengambil keuntungan. "Untuk yang melakukan penimbunan komoditas tertentu, ya kita lakukan penindakan-penindakan," ucap Daniel.

Infografis Panic Buying Akibat Virus Corona (Liputan6.com/Abdillah)

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan, pihaknya sudah mengisi stok barang yang ludes diserbu warga pada Senin 2 Maret 2020 atau sesaat setelah pemerintah mengumumkan dua orang positif Corona (Covid-190.

Fenomena panic buying itu sempat terjadi di sejumlah ritel di kota-kota besar, seperti Jakarta dan Surabaya. Roy menyatakan, pihaknya langsung menghubungi menghubungi penyuplai dan pabrik-pabrik untuk mengisi kekosongan dan menambah produk tertentu.

"Ada penambahan stok tentunya, hanya beberapa produk saja," kata Roy dalam konferensi pers di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (3/3/2020).

Roy memperkirakan, saat terjadi panic buying, terjadi peningkatan penjualan di ritel mencapai 10 hingga 15 persen dari biasanya. Bahan pokok yang banyak dibeli masyarakat saat panic buying yaitu beras dan minyak goreng kemasan.

Namun dia memastikan, saat ini ketersediaan produk-produk tersebut sudah kembali normal. 

Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengimbau, masyarakat tidak panik dalam menyikapi adanya dua warga positif virus Corona. Menurut dia, kepanikan dengan melakukan aksi borong hanya akan memperburuk keadaan. 

"Masyarakat tak perlu panik dalam menyikapi virus Corona. Apalagi dalam hal menggunakan masker dan hand sanitizer. Sebab kepanikan hanya akan mempersulit diri, dan memicu kedua harga produk tersebut melambung tinggi," kata Tulus dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Senin (2/3/2020).

Tulus juga mengimbau kepada para produsen untuk tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan. "Jangan mengeskploitasi masyarakat dengan harga yang gila-gilaan. Mengambil untung secara ugal-ugalan, apalagi di tengah kesulitan, adalah tindakan amoral," katanya. 

YLKI juga meminta pemerintah fokus dan konsisten mengamankan warga yang terpapar dan potensi terpapar virus Corona. Jangan sampai kejadian ini akan meluas seperti di beberapa negara.

YLKI berharap, kasus virus Corona ini menjadi momen pemerintah mengajak masyarakat bertindak promotif preventif, untuk mengutamakan hidup sehat. Bukan hanya meminta masyarakat sekadar cuci tangan dengan sabun, tapi juga tidak merokok.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Ancaman Bui Penimbun Masker

Polisi menggerebek pabrik masker ilegal di Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (28/2/2020). (Liputan6.com/ady Anugrahadi)

Kepanikan masyarakat terhadap kasus virus Corona membuat harga sejumlah produk kesehatan, seperti masker dan hand sanitizer meroket. Stok masker di beberapa toko dan apotek bahkan mulai langka.

Melihat fenomena itu, Presiden Joko Widodo memerintahkan Kapolri Jenderal Idham Azis untuk menindak tegas pihak-pihak yang memanfaatkan momentum virus Corona untuk berbuat curang. Terutama bagi mereka yang menimbun kebutuhan medis. 

"Saya juga sudah memerintahkan Kapolri untuk menindak tegas pihak-pihak yang tak bertanggung jawab yang memanfaatkan momentum seperti ini dengan menimbun masker terutama ini masker dan menjualnya dengan harga yang sangat tinggi. Ini hati-hati perlu saya peringatkan," kata Jokowi di Istana, Jakarta, Selasa (3/3/2020).

Pemerintah juga mengingatkan pihak produsen agar tidak mempermainkan harga masker dan hand sanitizer yang kini tengah diburu masyarakat. Peringatan tersebut juga ditujukan kepada distributor hingga pedagang eceran.

Jika tidak patuh, maka ancaman pidana berupa kurungan hingga denda miliaran rupiah menanti. Adapun regulasi tersebut telah diatur dalam Pasal 107 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.

Dalam pasal tersebut, pemerintah dapat mempidana penimbun barang saat terjadi kelangkaan dengan ancaman hukuman penjara paling lama 5 tahun atau denda maksimal Rp 50 miliar.

"Kita kenakan Undang-Undang Penimbun, UU Perdagangan apabila mereka menyalahgunakan situasi ini. Sanksinya ada penjara ada sanksi denda. Denda ada yang Rp 50 miliar," ujar Kasatgas Pangan Polri Brigjen Daniel Tahi Monang Silitonga.

Selain sanksi pidana dan denda, ia menambahkan, pedagang yang nakal secara administratif izin usahanya juga bisa dicabut. Pemberian sanksi tersebut akan dikoordinasikan dengan Kementerian Hukum dan HAM.

Tak hanya di pasar tradisional, pemantauan juga dilakukan di ranah online. Daniel menyatakan, Satgas Pangan saat ini terus memantau pergerakan harga di pasar online saat isu virus corona tengah kencang.

"Nanti untuk pedagang online kita sedang lakukan pendataan, karena ini sifatnya sangat tersebar di seluruh Nusantara. Kita deteksi akun-akun atau orang yang berdagang melalui media sosial. Tunggu waktunya, karena ini tidak semudah yang diperkirakan," tuturnya.


Harga Masker Mencapai Rp 1,5 Juta

Warga Menyerbu lapak penjual alat-alat kesehatan di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur, Selasa (3/3/2020). Masyarakat memborong masker usai Presiden Jokowi mengumukan 2 WNi positif terjangkit virus Corona.

Warga DKI Jakarta dan sekitarnya berbondong-bondong menyerbu toko-toko alat kesehatan yang menjual masker menyusul kabar dua orang di Indonesia positif virus Corona. Salah satu yang dituju adalah Pasar Pramuka, Jakarta Timur.

Lisa Pradianti, seorang warga asal Cakung mengaku tak mempersoalkan harga masker yang kini naik hingga 10 kali lipat. Menurut dia, lebih baik mencegah dari pada mengobati.

"Mahal juga tak masalah, asal punya (masker) supaya enggak ketularan (tertular virus corona)," ujar dia, Selasa (3/3/2020).

Dia mengaku membelikan masker untuk suaminya yang kerap bepergian ke luar kota lantaran tugas dari kantor. Setelah membaca berita bahwa di Pasar Pramuka masih menyimpan stok masker, dia pun bergegas membelinya.

"(Mencari masker) buat suami. Buat saya pakai juga. Beli di mana-mana habis," kata dia.

Berdasarkan pantauan Liputan6.com, Pasar Pramuka yang menjajakan masker dan obat-obatan ramai dikunjungi pembeli. Lorong-lorong sempit di Pasar ini kian sesak dengan banyaknya warga yang mencari masker.

Sementara tidak semua toko di Pasar Pramuka yang menyediakan masker. Hanya beberapa toko saja yang masih memiliki stok barang yang kini diburu masyarakat di tengah ancaman virus Corona.

Harga masker di Pasar Pramuka yang dipatok pun tak murah, berkisar dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Untuk masker tiga lapis dengan berbagai merk dijual dikisaran harga Rp 300 hingga Rp 350 ribu per-boks dengan isi 50 lembar. Sementara masker N95 dibanderol dengan harga mencapai Rp 1,5 juta.

Menurut Jhony, pemilik kios di Pasar Pramuka mengatakan, stok masker mulai menipis lantaran diserbu pembeli sejak Senin 2 Maret 2020 atau usai Presiden Jokowi mengumumkan adanya dua WNI terjangkit virus Corona.

"Semalam yang ramai. Ini stok sudah mulai menipis. Kalau nanti malam ramai lagi, ya enggak tahu (stok habis atau tidak)," kata dia.

Menurut Jhony, kebanyakan masyarakat membeli masker biasa, seperti merek Sensi Mask yang harganya mencapai Rp 350 ribu per boks.

"Yang jenis N95 sudah langka soalnya mas," kata dia.

Dia mengklaim, harga masker di pasaran mulai merangkk naik sejak Pemerintah China pertama kali mengumumkan warganya terjangkit virus Corona. Masker biasa yang awalnya dibanderol Rp 30 ribu per boks kini naik menjadi sekitar Rp 350 ribu.

Suasana sebuah Pasar Swalayan yang ada di kawasan Tanjung Barat, Jakarta, yang dipadari pengunjung pada Senin (2/3/2020).

Sementara itu, fenomena panic buying juga terlihat di beberapa ritel ibu kota. Masyarakat berbondong-bondong pergi ke swalayan dan memborong kebutuhan pokok di sana, termasuk hand sanitizer untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Seperti yang terlihat di salah satu swalayan di kawasan Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Pantauan Liputan6.com pada Senin (2/3/2020) malam, terlihat kerumunan warga yang memborong bahan makanan.

Hingga pukul 22.30 WIB, mesin kasir masih mencetak nominal penjualan di struk tagihan pembeli. Padahal jika dalam kondisi normal, biasanya pasar swalayan tersebut tutup pukul 22.00.

"Biasanya jam 10 (malam tutupnya)," kata seorang petugas pasar swalayan sambil sibuk merapikan barang.

Meski sudah lewat dari waktu normal, pasar swalayan tersebut belum tutup. Troli-troli berisi barang kebutuhan pokok menggunung dan mengular sepanjang lorong rak barang yang dijual.

Seorang petugas lain mengakui, kondisi pasar swalayan tempatnya bekerja pada Senin malam ini tidak seperti biasanya. "Bahkan kalau libur Sabtu-Minggu biasanya juga enggak seramai ini," ujarnya.

Penuhnya pengunjung dan banyaknya barang yang dibeli dari pasar swalayan tersebut, tentunya berdampak pada lama waktu antrean di kasir hingga berjam-jam. "Saya antre sudah dua jam," tutur seorang pengunjung sambil membantu memasukkan barang belanjaannya ke kantung belanja.

Kepadatan terurai setelah satu-persatu pengunjung menyelesaikan transaksi. Hingga pukul 23.00 WIB pasar swalayan tersebut sudah tampak lowong dan beberapa lampu sudah redup.

Sementara aktivitas jual beli di supermarket di Central Park Mall, Jakarta Barat pada Selasa (3/3/2020), pukul 17.30 WIB terlihat normal. Hanya ada beberapa konsumen yang nampak mendorong troli yang penuh dengan kebutuhan pokok, seperti minyak goreng, telur, mie instan, makanan kaleng siap saji, hingga air mineral dan jus kemasan.

Pantauan Liputan6.com di lokasi, rak-rak sembako terlihat normal. Hanya saja stok mie instan, telur, dan minyak goreng terlihat lenggang. Dikarenakan sehari sebelumnya sudah dibeli oleh konsumen dan belum diisi kembali oleh pihak supermarket.

Selain kebutuhan pokok, beberapa barang seperti masker dan antiseptic atau hand sanitizer, ternyata sudah habis terjual. Berdasarkan informasi, masker dan antiseptic di swalayan itu sudah habis sejak sebulan lalu.

"Kalau masker sama hand sanitizer sudah habis, dari sebulan lalu," ujar salah satu pegawai supermarket.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya