Cerita Kecemburuan Istri Eyang Prabudilaya di Balik Penamaan Mangkubumi

Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat sekitar, penamaan Mangkubumi tidak lepas dari cerita Eyang Prabudilaya yang makamnya berada di Situ Gede, Tasikmalaya.

Oleh AyoBandung.com diperbarui 07 Mar 2020, 00:00 WIB
Sesepuh masyarakat Jawa Barat Anton Charliyan menunjukan salah satu bekas reruntuhan bangunan keraton Keresidenan Sukapura Tasikmalaya, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Tasikmalaya - Mangkubumi termasuk salah satu Kecamatan yang ada di wilayah Kota Tasikmalaya. Wilayah Mangkubumi, memiliki luas wilayah 23,68 KM dengan kepadatan 3.598 Jiwa per KM persegi. Ada delapan Kelurahan yang berada di bawah Kecamatan Mangkubumi.

Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat sekitar, penamaan Mangkubumi tidak lepas dari cerita Eyang Prabudilaya yang makamnya berada di Situ Gede.

Eyang Prabudilaya merupakan salah satu sosok penyebar Islam di tanah Sukapura. Prabudilaya berasal dari Kerajaan Sumedang Larang. Prabudilaya berkelana dari wilayah Sumedang dan keluar dari kerajaan ke Tasikmalaya untuk menimba ilmu.

Dalam mencari dan mendalami ilmu itu, Eyang Prabudilaya sering bertapa atau mati geni selama berbulan-bulan. Dari kebiasannya itu, muncul sebuah kecurigaan dari dua orang istrinya yang bernama Sekar Karembong dan Sembahdalem.

Kecurigaan kedua istrinya mengarah pada tudingan kepada Eyang Prabudilaya yang mempunyai istri ketiga, karena dalam pengembaraannya ke Tasikmalaya tidak ada kabar berita.

"Karena curiga eyang mempunyai istri lagi, dua istrinya itu bersekongkol untuk menghabisi nyawa eyang dengan cara dibunuh. Eksekutornya itu istri pertamanya Sekar Karembong," papar Abdul Rosad, salah satu tokoh Kecamatan Mangkubumi, Rabu (4/3/2020).

Dalam aksi pembunuhan itu, Sekar Karembong dibantu oleh dua pengawalnya. Setelah dibunuh, mereka kebingungan memakamkan jenazah Eyang Prabudilaya hingga berkeliling wilayah Tasikmalaya termasuk wilayah Mangkubumi saat ini.

"Waktu di wilayah Mangkubumi saat ini, tandu yang membawa dipakai mambawa jenazah patah. Dengan kesaktiannya, Sekar Karembong mengambil tanah dan dijampi-jampi," kata Abdul Rosad.

Tanah yang sudah dijampi-jampi itupun dioleskan ke tandu yang patah, dan tanpa diduga tandu itu tersambung kembali. Perjalanan membawa jenazah itupun berakhir di wilayah bukit yang tidak jauh dari tempat membawa tanah.

"Dilihatnya bukit, yang sekarang ada di Situ Gede. Akhirnya eyang Prabudilaya dimakamkan disitu. Sampai sekarang banyak yang berkunjung untuk ziarah," ucapnya. (AMA/PNJ)

Baca berita menarik lainnya di Ayobandung.

Simak Video Pilihan Berikut:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya