Awas, Kurang Makan Buah dan Sayur Bikin Lebih Gampang Cemas

Mereka yang makan kurang dari tiga porsi buah dan sayuran per hari memiliki peluang lebih tinggi didiagnosis dengan gangguan kecemasan.

oleh Komarudin diperbarui 06 Mar 2020, 04:05 WIB
Ilustrasi buah-buahan (Dok.Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Kurang makan buah dan sayuran dapat meningkatkan risiko peningkatan gangguan kecemasan. Penelitian di Kanada terbaru telah menemukan bahwa makan kurang dari tiga porsi buah dan sayuran per hari berisiko tinggi mengalami gangguan kecemasan.

Dipimpin oleh para peneliti dari Universitas Politeknik Kwantlen di British Columbia, studi baru mengamati data yang dikumpulkan dari 26.991 pria dan wanita berusia antara 45 dan 85 tahun yang mengambil bagian dalam Studi Longitudinal Kanada tentang penuaan.

Dari data tersebut, para peneliti menemukan bahwa partisipan yang makan kurang dari tiga porsi buah dan sayuran per hari memiliki setidaknya 24 persen peluang lebih tinggi didiagnosis dengan gangguan kecemasan.

Temuan ini, yang diterbitkan dalam International Journal of Environmental Research dan Public Health, juga menunjukkan bahwa ketika kadar lemak total peserta meningkat 36 persen, kemungkinan gangguan kecemasan meningkat lebih dari 70 persen. Menurut para peneliti, sebagian bisa dijelaskan akibat kurangnya buah dan sayuran dalam makanan.

"Peningkatan lemak tubuh dapat dikaitkan dengan peradangan yang lebih besar. Penelitian yang muncul menunjukkan bahwa beberapa gangguan kecemasan dapat dikaitkan dengan peradangan," jelas penulis utama Karen Davison.

Para peneliti juga menemukan bahwa selain diet dan ukuran lemak tubuh, tingkat gangguan kecemasan di antara para peserta juga tampaknya terkait dengan jenis kelamin, status perkawinan, pendapatan, status imigran dan beberapa masalah kesehatan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Gangguan Kecemasan Perempuan

Ilustrasi kecemasan (Dok.Unsplash)

Sementara satu dari sembilan wanita memiliki gangguan kecemasan, hanya satu dari 15 pria telah didiagnosis dengan kecemasan. Sebanyak 13,9 persen peserta lajang didiagnosis dengan kelainan dibandingkan dengan 7,8 persen dari mereka yang hidup dengan pasangan.

Tingkat kecemasan hampir dua kali lipat terjadi di antara mereka (perempuan) yang berpenghasilan di bawah 20 ribu dolar AS atau Rp282 juta per tahun dibandingkan dengan peserta yang lebih kaya. Sementara tingkat kecemasan di antara mereka yang memiliki tiga atau lebih kondisi kesehatan adalah 16,4 persen dibandingkan dengan tiga persen di antara mereka yang tidak memiliki kondisi kronis dan 6,4 persen imigran ke Kanada memiliki gangguan kecemasan dibandingkan dengan 9,3 persen peserta yang lahir di Kanada.

Hasilnya tidak mengejutkan bagi para peneliti, dengan para peneliti sebelumnya yang menunjukkan bahwa wanita lebih rentan terhadap gangguan kecemasan daripada pria, sementara faktor-faktor seperti kemiskinan dan nyeri kronis dapat membuat stres dan situasi yang menghasilkan kecemasan berada di dalamnya.

"Diperkirakan 10 persen populasi global akan menderita gangguan kecemasan yang merupakan penyebab utama kecacatan," kata Davison.

"Temuan kami menunjukkan bahwa pendekatan komprehensif yang menargetkan perilaku kesehatan, termasuk diet, serta faktor sosial, seperti status ekonomi, dapat membantu meminimalkan beban gangguan kecemasan di kalangan orang dewasa paruh baya dan lebih tua, termasuk imigran," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya