Ingin Lawan Virus Corona Pakai Vaksin Flu, Ide Donald Trump Bikin Juragan Obat Kaget

Saran Donald Trump membuat kaget para bos-bos perusahaan pengobatan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 05 Mar 2020, 10:00 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menunjuk sambil makan bersama para tentara di Pangkalan Udara Bagram, Afghanistan, Kamis (28/11/2019). Kunjungan dadakan Trump pada hari Thanksgiving tersebut mengejutkan pasukan AS yang bertugas di Afghanistan. (AP Photo/Alex Brandon)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mencari tahu apakah Virus Corona (COVID-19) bisa dilawan dengan vaksin flu biasa. Gagasan itu Trump lontarkan saat bertemu para pejabat kesehatan dan bos perusahaan pengobatan AS.

"Tidakkah Anda berpikir bahwa hal itu (vaksin flu) bisa memberi dampak atau banyak dampak ke Corona?" tanya Trump seperti dikutip dari situs White House, Rabu (4/3/2020).

Begitu mendengar saran Donald Trump, para pejabat menjawab dengan nada kaget. Pasalnya jelas bahwa ide Trump tidaklah mungkin karena Virus Corona adalah jenis baru.

"Tidak," respons Leonard Schleifer, CEO Regeneron Pharmaceuticals.

Ucapan Schleifer didukung oleh Anthony Fauci yang menjabat sebagai kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular.

"Kemungkinan tidak," ucap Fauci.

Trump pun membuang gagasannya. "Kemungkinan tidak. Itu berbeda," ucapnya.

CEO Regeneron datang bersama delegasi perusahaan pengobatan lainnya seperti Mikael Dolsten dari Pfizer, CEO Moderna Stephane Bancel, dan CEO CureVac Daniel Menichella.

Dalam pertemuan pada Selasa kemarin, Trump sempat mengharapkan agar vaksin Virus Corona cepat tersedia dalam beberapa bulan.

Tetapi para pejabat kesehatan pemerintah dan pemimpin perusahaan pengobatan menyebut vaksin tak bisa cepat-cepat dikembangkan karena malah berbahaya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Bahaya Jika Buru-Buru

Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

CEO Regeneron Leonard Schleifer menyebut bahwa berbahaya jika kehadiran vaksin diburu-buru. Sebab, hasilnya malah memperparah pasien.

"Vaksin perlu diuji karena ada preseden vaksin membuat penyakit lebih parah," ujar Schleifer. "Dan Anda pasti tidak mau buru-buru dan mengobati satu juta orang dan membuat 900 ribu pasiennya malah makin parah," ujarnya.

Presiden Trump akhirnya paham. "Itu adalah ide bagus," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya