Bank Indonesia dan Bank of Korea Perpanjang Kerja Sama Bilateral Swap

Bank Indonesia dan Bank of Korea menandatangani perpanjangan kerja sama bilateral currency swap arrangement (BCSA).

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 05 Mar 2020, 13:15 WIB
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia dan Bank of Korea menandatangani perpanjangan kerja sama bilateral currency swap arrangement (BCSA) senilai KRW10.7 triliun atau Rp115 triliun yang berlaku efektif mulai tanggal 6 Maret 2020 sampai dengan 5 Maret 2023 dan dapat diperpanjang atas kesepakatan kedua belah pihak.

Penandatanganan dilakukan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dan Gubernur Bank of Korea, Juyeol Lee.

“Perjanjian tersebut merefleksikan penguatan kerja sama keuangan antara BI dan BOK, sekaligus menunjukkan komitmen kedua bank sentral untuk menjaga stabilitas keuangan di tengah berlanjutnya ketidakpastian di pasar keuangan global," kata Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (5/3/2020).

Kerja sama BCSA ini memungkinkan swap mata uang lokal antara kedua bank sentral.

Sebagaimana perjanjian sebelumnya, tujuan kerja sama Bank Indonesia dan Bank of Korea ini adalah untuk mendorong perdagangan bilateral dan memperkuat kerja sama keuangan yang bermanfaat bagi pengembangan ekonomi kedua negara.

Secara khusus, kerja sama ini juga akan menjamin penyelesaian transaksi perdagangan dalam mata uang lokal antara kedua negara sekalipun dalam kondisi krisis, guna mendukung stabilitas keuangan regional.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Tiga Strategi Bank Indonesia Stabilkan Nilai Tukar Rupiah

Teller menunjukkan mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia melihat kondisi pasar keuangan global sedang meradang akibat wabah virus Corona. Banyak investor global di seluruh negara mencabut investasinya.

Dalam keadaan ini, Bank Indonesia menyatakan akan terus tetap berada di pasar. Demi menstabilkan pasar, nilai tukar rupiah dan pasar keuangan untuk obligasi pemerintah.

"Kita melakukan triple intervensi di tiga aspek, yaitu spot, DNDF, maupun pembelian SBN," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Komplek Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (28/2/2020).

Bank Indonesia melakukan intervensi di spot dengan menjual valas untuk mengendalikan pelemahan nilai tukar rupiah. Intervensi untuk menstabilkan nilai tukar rupiah melalui forward, yaitu melalui Domestic Non-delivery Forward.

Intervensi juga dilakukan melalui pembelian SBN yang dilepas oleh investor asing.

"Mereka melepas, BI membelinya. Termasuk juga bank-bank, perbankan dalam negeri, mereka juga membeli SBN yang dilepas oleh asing," kata Perry.

Tahun ini secara keseluruhan year to date sudah ada Rp 100 triliun lebih yang dibeli dari pasar sekunder sampai tanggal 27 Februari 2020. Sekitar Rp 78 triliun dibeli sejak akhir bulan Januari seiring dengan menyebarnya virus Corona.

"Oleh karena itulah kenapa memang yield SBN 10 tahun mengalami peningkatan. Yang semula sebelum Corona, sekitar 6,56 persen, hari ini 6,95 persen untuk yield SBN 10 tahun," kata Gubernur Bank Indonesia itu.

 


Selalu Ada di Pasar

Gubernur BI Perry Warjiyo bersiap Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (20/6/2019). Rapat memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Namun, pelemahan ini tidak terjadi besar-besaran seperti yang dialami negara-negara lain. Untuk itu Bank Indonesia berkomitmen terus menjaga komitmen untuk menstabilkan pasar, nilai tukar rupiah dan pasar keuangan. Khusunya untuk SBN.

Strategi triple intervention dengan melakukan spot, DNDF, dan pembelian SBN ini menjelaskan pelemahan nilai tukar rupiah maupun kenaikan yield SBN 10 tahun lebih rendah dari negara-negara lain.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya