Stop Bikin Masker dan Hand Sanitizer Sendiri, Cuci Tangan Lebih Baik

DIY masker "secara paradoks tidak melindungi dan justru meningkatkan risiko infeksi jika orang menyentuh wajah mereka dan memiliki perlindungan yang salah

oleh Fitri Syarifah diperbarui 05 Mar 2020, 23:00 WIB
Ilustrasi mencuci tangan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Penyebaran Virus Corona benar-benar membuat sebagian besar orang khawatir. Mungkin Anda juga  semakin sering melihat orang menggunakan masker atau hand sanitizer (cairan antiseptik) kemana-mana.

Lalu ketika orang-orang mendengar kabar masker kehabisan stok maka bermunculan ide-ide membuat masker sendiri. Ada yang dari tisu basah yang sebelumnya viral, ada yang dari bahan kain, ada juga yang dari tisu toilet, karet, dan lain-lain.

"Saya tidak yakin bahwa membuat masker sendiri di rumah adalah hal yang bijaksana untuk dilakukan", ujar Amesh A. Adalja, M.D., senior di Johns Hopkins Center for Health Security.

DIY masker "secara paradoks tidak melindungi dan justru meningkatkan risiko infeksi jika orang menyentuh wajah mereka dan memiliki perlindungan yang salah," ujar Adalja.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) bahkan tidak merekomendasikan penggunaan masker di luar kebutuhan (dalam kasus ini merupakan petugas kesehatan). Hal ini karena COVID-19 merupakan virus yang menyerang pernapasan yang menular dari orang ke orang dengan jarak 6 kaki atau sekitar 2-3 meter.

"Terlebih, masker berbahan tisu atau kain bukan jenis yang terbukti efektif," menurut CDC. Adapun jenis masker yang efektif mengurangi paparan partikel droplet yaitu disebut dengan masker/respirator N-95.

Tanpa masker yang benar-benar pas, tertutup rapat, bahkan dengan N-95, terlebih buatan sendiri justru meningkatkan risiko infeksi. Intinya, jangan pernah membuat DIY masker medis dengan serampangan, mengutip dari Men's Health.

Bagaimana dengan cairan antiseptik buatan?

 

Simak Video Menarik Berikut Ini:


Sama saja seperti masker

Pengunjung membeli sabun pencuci tangan sebagai alternatif akibat habisnya hand sanitizer di sebuah pusat perbelanjaan di Kelapa Gading, Jakarta, Senin (2/3/2020). Warga berbondong-bondong membeli bahan-bahan pokok setelah dua warga Depok positif terinfeksi virus corona.(merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Sama seperti kasus masker yang mengalami kelangkaan, hand sanitizer juga semakin sulit ditemukan. Di Amazon, swalayan, berkali-kali terjual habis.

"Jumlah permintaan dapat menyebabkan kelangkaan barang di beberapa toko dan kami mengisi kembali sesegera mungkin," ujar perwakilan CVS Pharmacy kepada CNN.

Hasilnya, muncul DIY hand sanitizer yang menjadi viral di media sosial. Padahal, mencuci tangan adalah langkah terbaik mencegah tertular penyakit COVID-19, yang diakibatkan coronavirus. Bagaimanapun CDC menyarankan menggunakan hand sanitizer yang mengandung minimal 60% alkohol (etanol/etil-alkohol) jika tidak ada sabun.

Resep populer yang menyebar online termasuk kombinasi alkohol, minyak esensial, dan gel lidah buaya. Namun, sebaiknya Anda tidak berharap metode ini efektif dan aman, ujar Birnur Aral, PhD, direktur Health, Beauty and Environmental Sciences di Good Housekeeping Institute.

Misalnya, resep populer yang viral menyarankan menggunakan 2/3 cangkir 99% alkohol (isopropil-alkohol) atau etanol (etil-alkohol atau alkohol) sebagai bahan aktif antimikroba yang menghasilkan 66% bahan aktif. Namun, bedanya produk yang lulus aturan FDA memiliki keefektifan dan keamanan yang teruji, ujar Aral.

Aturannya menentukan tingkat minimum isopropyl-alkohol yaitu 70% di hasil akhirnya atau minimum 60% etil-alkohol. Jadi, jika Anda menggunakan isopropil-alkohol sebagaimana dianjurkan dalam resep, yaitu 2/3 cangkir, hadil akhirnya harus mencapai target minimum, yaitu 70%, catat Aral. Begitupun jika etanol yang ingin digunakan maka harus mencapai tingkat minimumnya sebagaimana disarankan oleh FDA, yaitu 60%.

Beberapa racikan menambahkan minyak tertentu, namun jumlahnya tidak cukup untuk membunuh virus, tambah Aral.

"Mereka (minyak esensial) ditambahkan sedikit ke racikannya dan kontribusi mereka terhadap kemanjuran melawan antimikroba bisa diperdebatkan," ujarnya. "Ini seharunya menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kita bukan apoteker dan kita harus meninggalkan pembuatan hand sanitizer, yang dianggap obat-obatan OTC menurut FDA, kepada ahlinya."

Dr. John Whyte, MD, kepala petugas medis WebMD, mengatakan pengukuran yang sembarang atau gegabah akan menyebabkan hasil yang buruk.

"Kekhawatiran terbesar saya adalah bahwa orang tidak mengikuti arahan dengan tepat, sehingga membuat versi buatan mereka kurang efektif, atau mungkin tidak efektif," katanya.

Jadi, mencuci tangan adalah metode yang paling efektif untuk melindungi dari penyebaran virus.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya