Liputan6.com, Jakarta Terkait virus corona (COVID-19), Ikatan Dokter Indonesia (IDI) merekomendasikan agar pengiriman sampel spesimen yang dikirim dari rumah sakit di Indonesia terjaga dengan baik. Hal ini bertujuan hasil diagnosis pasien yang dilihat dari spesimen dapat berkualitas.
"Rekomendasi kami kepada pemerintah, memastikan sample handling yang baik agar spesimen yang dikirim dari berbagai rumah sakit di Indonesia terjaga, sehingga apapun hasil pemeriksaan akan dipercaya semua pihak," ujar Ketua Satgas Kewaspadaan dan Kesiagaan COVID-19, Zubairi Djoerban saat konferensi pers di Kantor PB IDI, Jakarta, Kamis (5/4/2020).
Advertisement
Pengambilan spesimen dengan swab tenggorok, dahak, endotrachea, bilasan brochoalveolar, dan darah yang diambil dua kali. Suhu spesimen disimpan pada suhu 4 derajat Celsius, maksimal 48 jam sebelum dikirim ke laboratorium.
Dalam COVID-19, spesimen dikirim ke Litbangkes. Untuk mendukung pemeriksan spesimen, perlu tambahan laboratorium.
"Menambah jumlah laboratorium untuk mampu melakukan pemeriksaan deteksi COVID-19," lanjut Zubairi.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Perluas Skrining di Bandara dan Pelabuhan
Zubairi menambahkan, pengiriman sampel spesimen ke laboratorium harus virusnya masih hidup. Jika penyimpanan spesimen tidak sesuai prosedur, maka perlu diambil ulang.
Ketersediaan alat swab harus sesuai dengan standar. Spesimen pun harus disimpan di dalam Viral Transport Medium (VTM) agar tetap hidup.
Selain itu, skrining di bandara dan pelabuhan perlu diperluas. Upaya ini memastikan seluruh penumpang yang berasal dari luar negeri tidak ada gejala yang mengarah ke COVID-19.
"Bila terdapat demam, sebaiknya lakukan swab tenggorok atau pemeriksaan sputum (tanpa menunggu bukti terdapat pneumonia pada foto toraks) untuk dilakukan pemeriksaan coronavirus dengan PCR," tambah Zubairi.
Baca Juga
Advertisement