Liputan6.com, Banyumas - Dua pasien terdeteksi suspect virus Corona alias Covid 19. Keduanya diisolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas.
Satu pasien mulai diobservasi sejak Selasa sore. Adapun pasien kedua, mulai diisolasi keesokan harinya, Rabu sore. Dua pasien ini masing-masing dirujuk dari RS Dadi Keluarga dan RS DKT, Purwokerto.
RSUD Banyumas menyatakan bahwa kedua sampel dua pasien suspect virus Corona ini telah dikirimkan ke Laboratorim Kemenkes, Jakarta. Dalam 48 jam, hasilnya bisa diketahui, negatif atau positif virus Corona.
"Cuma hari Sabtu kan Jakarta libur ya. Tapi coba kita nanti tetap hubungan lewat telepon," kata Wakil Direktur RSUD Banyumas, Noegroho Harbani, Kamis, 5 Maret 2020.
Baca Juga
Advertisement
Pemerintah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah pun meminta warga mewaspadai kemungkinan mewabahnya virus Corona. Salah satu upayanya, yakni dengan menerbitkan surat edaran (SE) pemantauan dan pencegahan virus Corona.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, Sadiyanto mengatakan warga juga diminta untuk aktif melaporkan jika mengetahui ada informasi orang yang mengalami gejala terpapar virus Corona, seperti demam, mual, muntah, dan sesak napas.
"Kami juga terus menyosialisasikan terkait virus Corona dan langkah pencegahannya. Harapannya setiap kantor pelayanan publik punya tempat cuci tangan atau hand rub, yang praktis," kata Sadiyanto.
Dia juga meminta agar masyarakat tak panik menghadapi virus Corona. Sebab, tiga pasien suspect Virus Corona yang diobeservasi di RSUD Margono pada Februari lalu negatif Corona. Pun dengan pasien di RSUD Banyumas yang belum tentu terpapar virus Corona.
"Baru menunjukkan gejala. Jadi perlu diwaspadai tetapi jangan panik," ucapnya.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Bukan Daerah Rendaman, Kenapa Leptospirosis Muncul di Banyumas?
Di luar virus Corona, Sadiyanto juga meminta agar masyarakat mewaspadai penyakit yang biasa muncul pada musim hujan. Dua penyakit itu yakni, penyakit kencing tikus alias leptospirosis dan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Dia bilang leptospirosis harus diwaspadai karena dalam beberapa tahun terakhir penyakit yang ditularkan lewat kencing tikus ini telah menyebabkan 14 orang di Banyumas meninggal dunia.
"Itu angka kumulatif ya. Dari tahun ke tahun. Kalau angka per tahunnya saya tidak hapal," dia mengungkapkan.
Dia menjelaskan, leptospirosis ditularkan lewat tikus. Terlebih pada musim banjir dan rendaman seperti pada musim hujan. Karenanya, warga mesti menjaga kebersihan lingkungannya.
Kalau pun bukan rendaman, dia bilang warga tetap mesti waspada. Sebab, penyakit ini tak hanya mewabah di wilayah banjir. Terbukti, dua kecamatan bebas rendaman pun ada yang terjangkit penyakit ini.
"Kita itu ada kecamatan yang bukan daerah rendaman, salah satunya itu Somagede dan Cilongok, itu kan bukan daerah banjir, tapi leptospirosis muncul," jelasnya.
Leptospirosis berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan populasi tikus. Hasil pemeriksaan epidemologi di dua kecamatan ini, diduga masyarakat belum memperhatikan sanitasi, terutama alat-alat memasak dan makan. Selain itu, penyimpanan bahan makanan pun belum aman dari jangkauan tikus.
Ia juga mengimbau agar masyarakat berusaha mengurangi populasi tikus. CaranyaA dengan gropyokan massal. Namun, menurut dia, cara paling efektif adalah dengan kebersihan lingkungan. Pasalnya, baik tikus sawah, pohon, maupun tikus rumahan bisa menjadi vektor penyakit ini.
Informasi yang dihimpun, terjadi peningkatan kasus Leptospirosis yang sangat signifikan pada 2019 di Banyumas. Pada tahun 2016 terjadi 26 kasus leptospirosis.
Kemudian pada 2017 meningkat menjadi 66 kasus, tahun 2018 sebanyak 55 kasus. Angka ini kemudian naik signifikan pada 2019 dengan 150 kasus. Adapun pada 2020, terjadi empat kasus leptospirosis hingga Februari lalu.
Advertisement