Liputan6.com, Jakarta - Mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir sejauh ini menjadi saran terbaik yang dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam mencegah terjadinya penyebaran Virus Corona.
Ini berarti, bentuk desinfeksi lainnya, termasuk penggunaan hand sanitizer tangan, harus menjadi garis pertahanan kedua Anda dan bukan yang pertama.
Baca Juga
Advertisement
"Sanitiser tangan hanya boleh digunakan jika sabun dan air tidak tersedia," kata Dr Edwin Chng, wakil direktur medis di Parkway Shenton, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (6/3/2020).
Namun faktanya, nyaris di seluruh negara yang terdampak Virus Corona sulit ditemukan pembersih tangan tersebut.
Jika Anda pergi ke apotek akhir-akhir ini pasti akan sulit menemukan benda itu. Tak jarang, harganya melonjak tinggi. Bahkan bisa nyaris 10 kali lipat dari harga normal.
Pertanyaannya, haruskah Anda menggunakan cairan pembersih tangan tersebut?
Menurut Dr Chng, membeli hand sanitizer boleh-boleh saja. Namun, ada sejumlah hal yang perlu Anda perhatikan.
Pembersih tangan yang hendak Anda beli setidaknya memenuhi kriteria dari dokter. Yaitu sedikitnya mengandung 60 persen alkohol.
"Pembersih tangan tanpa alkohol atau konsentrasi alkohol yang lebih rendah mungkin tidak bekerja dengan baik untuk banyak jenis kuman, dan hanya mengurangi pertumbuhan kuman daripada membunuh mereka secara langsung."
Namun, sekarang ada banyak barang di pasar yang diberi label 'pembersih tangan'.
Jika konsentrasi alkohol kurang dari 60 persen, maka tidak akan efektif melawan Virus SARS-Co-V-2, yang menyebabkan COVID-19 atau Virus Corona.
Dan harga juga bukan indikasi keampuhan hand sanitizer. Hanya karena suatu produk lebih mahal tidak berarti itu lebih baik daripada cairan pembersih standar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Virus Corona Ancam Dunia
Otoritas di Italia melaporkan kematian baru sebanyak 41 orang dalam satu hari akibat Virus Corona. Dengan angka ini, total kematian akibat Covid-19 di Italia mencapai 148 orang.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (6/3/2020) Italia menjadi negara di Eropa yang dengan angka penyebaran tertinggi.
Jumlah kasus Virus Corona terus melonjak. Mulanya 769 kasus. Dan kini sudah mencapai 3.858 kasus dalam dua minggu terakhir.
Dengan angka terbaru ini, Italia memiliki kematian terbanyak kedua di belakang China, tempat virus baru terdeteksi pertama kali pada akhir tahun lalu.
22 wilayah Italia sekarang telah terpengaruh, dengan data yang menunjukkan virus telah mencapai Lembah Aosta di perbatasan Prancis.
Jumlah pasien COVID-19 yang menerima perawatan intensif juga meningkat menjadi 351 dari 295 pada hari Rabu kemarin.
Pemerintah telah melakukan tindakan yang bertujuan membendung penyebaran Virus Corona yang semakin cepat.
Semua sekolah dan universitas telah ditutup hingga 15 Maret, membuat 8,5 juta siswa berada di rumah.
Pertandingan sepak bola dan acara olahraga lainnya juga dihentikan. Pemerintah Italia juga meluncurkan rencana penyelamatan ekonomi € 7,5 miliar (US $ 8,4 miliar) untuk menangani dampak virus baru.
Advertisement