Liputan6.com, Jakarta Mengajari anak-anak bagaimana cara untuk mengembangkan kekuatan mental bukan tentang anak-anak tidak menangis atau mendorong diri anak sampai batas terakhir.
Tapi tentang bagaimana membesarkan anak dengan keterampilan dan emosional yang dibutuhkan anak untuk menjadi dewasa dan bertanggung jawab.
Advertisement
Salah satu cara terbaik untuk membantu anak-anak mengembangkan ketahanan adalah dengan melepaskan kebiasaan mengasuh yang tidak sehat dengan merampas kekuatan mental anak-anak yang mereka butuhkan untuk berpikir, merasakan, dan melakukan yang terbaik.
Berikut tujuh cara mendidik yang harus dihilangkan jika ingin anak –anak mempunyai mental yang kuat, seperti mengutip laman businessinsider, Senin (16/3/2020).
1. Meminimalkan Perasaan Anak
Ketika mengatakan, “jangan khawatir, bukan masalah besar.” Biarkan anak-anak justru mengetahui sesuatu hal untuk merasakan berbagai macam emosi. Kuncinya adalah bagaimana mengelola emosi.
Pesan yang lebih sehat adalah dengan mengatakan, “ Saya tahu kamu takut sekarang, tapi saya tahu kamu lebih kuat daripada rasa takutmu.”
2. Menyerah pada Perilaku Buruk
Jika menyerah berarti mengajarkan cara yang efektif untuk memenuhi keinginan anak. Menyerah saat mudah saat anak merengek pada saat tidak punya waktu dan tenanga untuk menyelesaikan masalah.
Tetapi memberikan apa yang diinginkan dapat mengajarkan anak bahwa berperilaku buruk adalah cara yang efektif untuk mendapatkan sesuatu.
Jika ingin membesarkan anak-anak yang kuat secara mental, patuhi batas kemampuan dan ajari anak-anak bahwa mereka dapat mengatasi ketidaknyamanan mereka dan belajar cara-cara yang lebih sehat untuk mengelola emosi mereka.
3. Terlalu Membebani Anak
Mungkin dengan menghabiskan banyak uang untuk anak dan memberikan semua hal yang tidak didapatkan pada masa kecil kepada anak merupakan hal yang baik dan lucu.
Tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa sesuatu yang berlebihan akan tidak sehat, seperti makan yang berebihan. Jika anak-anak selalu mendapatkan semua yang diinginkan, maka anak-anak kehilangan belajar keterampilan hidup yang berharga, seperti disiplin diri.
Anak-anak juga akan lebih cenderung tumbuh menjadi materialistis, yang terkait dengan penurunan tingkat kebahagiaan di masa dewasa.
Tetapkan batasan pada apa diberikan kepada anak dan biarkan anak tahu bagaimana rasanya mengalami kekecewaan, dan ajari anak cara bekerja untuk hal-hal yang diinginkan.
4. Mengharapkan Kesempurnaan
Menaruh ekspektasi yang tinggi kepada anak memang baik, tetapi jika terlalu tinggi bisa menjadi senjata tersendiri, Mungkin berharap hasil yang maksimal dari anak-anak seperti pada olahraga dan akademis membuat anak-anak yang cenderung tidak dapat berhasil berhenti mencoba.
Selain itu, anak-anak juga cenderung berjuang dengan masalah harga diri karena mereka akan merasa tidak cukup baik. Sebaiknya, bantu anak-anak mencapai tujuan dan pastikan semua tujuan realistis. Gunakan kesalahan, kegagalan, dan kemunduran untuk mengajarkan keterampilan hidup yang penting.
5. Memberi Anak-anak Kekuatan untuk Mengambil Keputusan
Hanya beberapa dekade yang lalu, sebagian besar orang tua mengadopsi sikap "anak-anak harus dilihat dan tidak didengar". Fokusnya adalah pada ketaatan. Sementara sejak itu penting untuk menunjukkan bahwa kita menghargai pendapat anak-anak.
Walaupun dengan mendengar pendapat anak dapat menunjukkan menghargai pendapatnya, tapi teteap posisikan diri kita sebagai pemimpin.
Kalau tidak, anak bisa tumbuh dengan rasa cemas dan tidak bertanggung jawab. Jelaskan bahwa kita memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi pemimpin yang baik, pemimpin yang mendengarkan semua orang , tetapi pada akhirnya membuat keputusan berdasarkan kebijaksanaan dan keahlian.
6. Berdiri di Atas Konsekuensi
Meskipun sulit melihat anak gagal, tetapi berdiri di antara anak dan konsekuensi alami dari perilaku anak-anak dapat merugikan anak.
Terkadang hal terbaik yang dapat dilakukan untuk membantu anak-anak membangun otot mental adalah menyingkir. Beri kesempatan kepada anak untuk melenturkan otot sendiri dan berurusan dengan akibatnya ketika tidak berhasil.
7. Melawan Pikiran Negatif Anak
Tidak ada yang salah dengan meyakinkan anak bahwa akan baik-baik saja ketika yakin tidak akan lulus matematika atau khawatir tidak membuat tim. Tetapi, jangan membuat anak bergantung untuk melawan self-talk negatif.
Dengan terus-menerus berkata, "Oh, Sayang, kamu akan baik-baik saja," tidak mengajari anak cara mengembangkan monolog batin yang lebih sehat.
Penting bagi anak-anak untuk belajar bagaimana merespons keraguan diri sendiri. Anak-anak perlu belajar bahwa seharusnya tidak memercayai semua yang dipikirkan.
Ketika melihat anak-anak berpikir negatif berlebihan, ajari anak untuk "berdebat sebaliknya." Ketika anak berpikir, "Saya akan menjadi anak terburuk di tim bola basket," tanyakan kepada anak, "Apa bukti bahwa Anda mungkin bukan yang terburuk?" Mengumpulkan bukti dapat membantu mereka mengembangkan pandangan yang lebih realistis dan seimbang.
Reporter : Tiara Sekarini
Advertisement