Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 90 anggota tercatat dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) Bina Pertani, Kampung Liman Benawi, Kabupaten Lampung Tengah hasilkan Rp 2,5 juta-3 juta per orang tiap bulannya.
KWT Bina Pertani memanfaatkan lahan pekarangan mereka untuk ditanami hortikultura secara hidroponik. Hasilnya, selain digunakan sendiri juga dijual, salah satunya melalui pasar KWR. Sehingga terciptalah perputaran uang disana.
Advertisement
"Kami mulai sejak 2012, dari 12 orang iuran 10 ribu. Awalnya untuk tanam sendiri dan dikonsumsi sendiri. Lama-lama setelah dua tahun, kita sudah mulai produktif kemudian bisa kita jual. Kita ada pasar KWT," Ketua KWT Bina Pertani, Widarni pada Jumat (06/03/2020).
Wirdani menambahkan, kegiatan tersebut merupakan penerapan dari sosialisasi dan penyuluhan dari Dinas Ketahanan Pangan Pertanian setempat.
"Dari Dinas Ketahanan Pangan Pertanian itu kadang ada penyuluhan gitu kan kita bimbingan itu kan, biar kita nambah ilmu, harus gini harus gitu," ujarnya.
Terkait pengembangan produksi, Wirdani menjelaskan KWT tidak pernah meminjam di perbankan, melainkan berasal dari uang kas yang dibayarkan setiap pertemuan sebesar Rp 5 ribu rupiah. Selain itu juga ada dana bantuan desa organik dari Pemerintah Provinsi Lampung.
"Dari provinsi itu kita dapat bantuan desa organik dua tahun. Enggak pinjam ke bank, kita ada tabungan kok," ungkap Wirdani.
Tabungan tersebut nantinya dipinjamkan kepada anggota yang membutuhkan tanpa dikenakan bunga.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Hidroponik Jadi Solusi Bercocok Tanam di Lahan Terbatas
Sistem hidroponik ini banyak digemari karena untuk menanam tumbuhan tidak lagi diperlukan tanah dan lahan yang luas. Terutama di kota-kota besar yang sudah jarang ada lahan kosong yang luas. Hidroponik adalah cara bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah.
Budidaya tanaman ini lebih mengutamakan media air yang di campur dengan nutrisi. Jenis metode yang di gunakan sangatlah beragam antara lain metode NFT, sistem drip dan walter culture.
Dengan memakai cara menanam hidroponik, Anda tidak perlu lagi bingung akan menanam di mana, karena Anda bisa menanam di mana pun. Anda bisa menggunakan bahan bekas dan bisa menggantungkannya di tembok. Selain itu, media bertanam menggunakan air ini bisa mengasah kreativitas Anda untuk mengolah dan menciptakan media baru untuk bercocok tanam.
Hal itu dilakukan oleh pak Ujang, seorang pria pecinta tanaman di tinggal di kawasan Kalipasir, Jakarta Pusat.Sejak akhir 2016, ia mulai merintis tanaman hidroponik di halaman rumahnya. Berkat bantuan salah seorang temannya, pak Ujang mendapat paket tanaman hidpronik dari Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian.
Setelah itu ia mengembangkan usahanya sendiri sampai sekarang. “Tanaman saya hampir semuanya sayuran. Ada sawi, kangkung, selada dan cabai juga ada. Kalau ada yang mau beli ya saya jual. Kadang kalau sudah panen saya kasih ke ibu-ibu di sekitar rumah,” terang pak Ujang pada Liputan6.com, saat ditemui di rumahnya, beberapa hari lalu.
Untuk sayuran biasanya sudah bisa panen dalam waktu satu bulan yaitu sekitar 28-32 hari. Kadang sebelum panen, sejumlah tanaman milik pak Ujang sudah dibeli orang lain, bahkan ada restoran yang membeli tanaman sayuran miliknya. Menurut pria yang juga seorang ketua RT di lingkungan rumahnya ini, becocok tanam dengan sistem hidroponik sangat praktis dan menguntungkan.
“Kita bisa memakai lahan sempit, di mana saja tanaman bisa tumbuh, yang penting ada sinar matahari. Sistem pengairannya juga harus lancar,” tuturnya. Sistem pengairan tanaman jenis ini memang harus terus berjalan secara otomatis selama 24 jam dengan menggunakan tenaga listrik.
Advertisement