Liputan6.com, Jakarta - Gara-gara virus corona, sektor pariwisata Indonesia anjlok. Wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia khususnya asal China menurun drastis. Padahal, wisman dari negara tirai bambu itu termasuk nomor 2 terbesar setelah wisman Malaysia.
Demi memulihkan keadaan, pemerintah memberikan insentif di sektor pariwisata. Berbagai cara telah dilakukan seperti potongan harga tiket pesawat hingga penginapan. Sektor ekspor-impor juga bakal mendapatkan insentif agar tetap terus beroperasi.
Advertisement
Sektor investasi juga diprediksi mengalami penurunan di triwulan pertama ini. Namun, hal ini tak lantas membuat Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) ikut-ikutan memberikan insentif pada para investor.
"Enggak ada (insentif) standar," kata Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia di Kantor BKPM, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Jumat (6/3).
Mantan Ketua HIPMI ini menilai pemberian insentif justru merugikan negara. Negara tidak mendapatkan untung dari pemberian bantuan tersebut.
"Jangan terlalu diumbarlah insentif itu. Negara lama-lama enggak dapat apa-apa," ungkap Bahlil.
Bahlil percaya diri, skema promosi dan strategi yang ada saat ini masih bisa mendapatkan realisasi investasi yang setara. Sehingga tak perlu ada insentif untuk pencarian modal asing untuk Indonesia.
"Kami masih cukup yakin apa yang kami lakukan bisa kasih solusi," kata Bahlil.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Investasi China
Memang kata Bahlil, China merupakan negara terbesar kedua yang banyak berinvestasi di Indonesia. Akibat covid-19 ini, realisasi investasi pun menurun.
Namun dia tak kehabisan akal. BKPM pun melakukan ekspansi pencarian investasi ke negara lain. Misalnya, ke Singapura, Malaysia, Jepang Korea hingga negara-negara di Eropa.
Lagi pula, beberapa negara seperti Jepang, Korea ,Iran dan Italia baru mengeluarkan kebijakan pelarangan orang datang beberapa waktu. Terlebih hanya di kota-kota tertentu.
"Yang lain boleh masuk yang penting mendapatkan, surat kesehatan pada pejabat setempat," kata Bahlil.
Lain hal lanjutnya dengan China yang menutup akses. Sehingga, proses negosiasi dengan negara selain China tetap berjalan sesuai rencana .
"Saya yakini kalau terkena corona enggak boleh masuk, kalalu enggak terkena (virus corona) boleh (masuk)," kata Bahlil mengakhiri.
Advertisement