Gereja Betlehem Ditutup Karena Virus Corona

Pihak berwenang Israel dan Palestina telah mengumumkan lockdown atau isolasi wilayah serta keadaan darurat Kota Betlehem di Tepi Barat akibat Virus Corona COVID-19.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 08 Mar 2020, 07:20 WIB
Para peziarah Kristen mengunjungi Church of the Nativity atau Gereja Kelahiran di Kota Betlehem, Tepi Barat, Palestina, Senin (23/12/2019). Gua yang berada di bawah gereja tersebut diyakini sebagai tempat di mana Yesus dilahirkan. (AHMAD GHARABLI/AFP)

Liputan6.com, Yerussalem - Gereja Kelahiran Yesus di Kota Betlehem ditutup tanpa batas waktu atas kekhawatiran wabah Virus Corona. Demikian disampaikan seorang juru bicara gereja, Jeres Qumsiyeh.

Setelah empat kasus dicurigai dilaporkan di sebuah hotel di Kota Betlehem oleh kantor berita AFP, kementerian kesehatan Palestina menyerukan agar gereja-gereja lokal, masjid-masjid dan lembaga-lembaga lain untuk tutup hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Kementerian sebelumnya telah mengumumkan bahwa banyak kasus diduga Virus Corona terdeteksi di sebuah hotel di daerah Betlehem, yang pertama di wilayah Palestina.

Kepala Direktorat Kesehatan setempat, Imad Shahadeh, mengatakan kepada AFP seperti dikutip Minggu (8/3/2020) bahwa sekelompok wisatawan Yunani mengunjungi hotel tersebut pada akhir Februari, dan dua di antaranya kemudian diketahui positif Virus Corona.

"Kami menghormati keputusan pihak berwenang karena keselamatan adalah yang utama," kata pejabat gereja itu, yang tidak bersedia disebutkan namanya, kepada AFP.

Penutupan dilaporkan diumumkan Kamis 5 Maret waktu setempat.

Gereja Kelahiran Yesus biasanya didatangi puluhan ribu pengunjung dan peziaran untuk liburan Paskah bulan depan.

Lebih dari 3.150 kasus Virus Corona telah dilaporkan di Timur Tengah.


Darurat Virus Corona, Lockdown 30 Hari

Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

Mengutip Al Jazeera, pihak berwenang telah mengumumkan lockdown atau isolasi wilayah dan keadaan darurat Kota Betlehem di Tepi Barat.

Menteri Kesehatan Palestina Mai al-Kaila mengatakan pada hari Jumat total 16 kasus penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh virus telah terdeteksi di Tepi Barat, termasuk sembilan kasus baru di Betlehem, menurut kantor berita resmi Palestina, Wafa.

Kementerian pertahanan Israel mengatakan telah memberlakukan tindakan darurat di Betlehem, dengan semua orang "dilarang memasuki atau meninggalkan kota". Ia menambahkan bahwa lockdown itu telah diberlakukan "dalam koordinasi dengan Otoritas Palestina" (PA).

Israel mengendalikan semua pintu masuk ke Tepi Barat, tetapi otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah memiliki otonomi terbatas di kota-kota.

Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh membuat siaran khusus Kamis malam untuk mengumumkan lockdown selama 30 hari, dengan mengatakan langkah-langkah itu penting untuk mengatasi penyebaran meluasi Virus Corona.

 


Semua Kegiatan Umum Dihentikan

Ilustrasi bendera Palestina. (iStockphoto)

Semua kecuali perjalanan penting antara gubernur Palestina sekarang dilarang, sementara semua sekolah dan fasilitas pendidikan akan ditutup, kata Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh.

Taman umum dan lokasi wisata akan ditutup sementara acara olahraga besar, konferensi, dan pertemuan besar lainnya dibatalkan, Shtayyeh menambahkan.

Muhannad Qaisy, seorang warga Betlehem, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa penutupan semacam itu bukan bukan hal baru bagi orang Palestina karena telah terjadi sebelumnya.

"Sejujurnya, kita sudah terbiasa dengan tindakan seperti itu, berada di bawah penutupan, orang-orang tinggal di rumah selama beberapa malam, tetapi untuk alasan yang berbeda, karena kita hidup di bawah pendudukan," kata Qaisy.

Jalan-jalan di Betlehem dan Ramallah hampir kosong pada hari Jumat 6 Maret pagi, dengan sebagian besar toko tutup.

Nida Ibrahim dari Al Jazeera, melaporkan dari Ramallah, mengatakan beberapa orang panik.

"Meskipun para pejabat mengatakan kepada mereka untuk tetap tenang, beberapa orang membeli makanan, air dan membersihkan persediaan karena takut penutupan akan berlangsung lama," kata Nida.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya