Liputan6.com, Riyadh - Seorang pangeran Arab Saudi dikabarkan ditahan pada Sabtu 7 Maret 2020, menurut the New York Times yang melaporkan adanya gelombang penangkapan anggota senior kerajaan Saudi oleh Putra Mahkota, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) sepanjang akhir pekan ini.
Penangkapan pada Sabtu menjadikan jumlah anggota senior kerajaan yang kabarnya diciduk Pangeran MBS menjadi total 4 orang, setelah tiga orang sebelumnya ditahan pada Jumat 6 Maret 2020.
Menurut the Times, penangkapan pada Sabtu menjerat mantan kepala intelijen militer, Pangeran Nayef bin Ahmed, demikian seperti dilansir pada Minggu (8/3/2020).
Baca Juga
Advertisement
Figur lain yang ditangkap sebelumnya meliputi beberapa anggota senior kerajaan, seperti; Pangeran Ahmed bin Abdulaziz, ayah Pangeran Nayef dan saudara lelaki penuh Raja Salman yang masih hidup. Penangkapan ayah dan anak itu mengejutkan keluarga kerajaan karena kedekatan Pangeran Ahmed dengan raja sejauh ini tampaknya memberikannya kekebalan terhadap kemarahan putra mahkota.
Dua lainnya yang ditangkap pada Jumat 6 Maret adalah mantan putra mahkota Mohammed bin Nayef, dan Pangeran Nawaf bin Nayef (sepupu Raja Salman).
Putra Mahkota (34), telah mengkonsolidasikan kekuasaannya sebagai penguasa de facto kerajaan Arab Saudi atas nama ayahnya yang sudah tua, Raja Salman (84). Namun penangkapan itu menawarkan bukti baru tentang seberapa jauh pangeran mahkota bertindak untuk mengunci potensi lawan dalam keluarganya, menimbulkan ketakutan baru di dalam barisannya, menurut beberapa orang yang dekat dengan keluarga.
Belum ada konfirmasi resmi langsung atau penolakan terhadap cerita yang diterbitkan di media AS, tetapi urusan istana di Arab Saudi sering kali diselimuti kerahasiaan.
Simak video pilihan berikut:
Upaya Kudeta atau Kekesalan Semata?
Penahanan juga menimbulkan pertanyaan tentang apakah putra mahkota mungkin takut akan adanya rencana kudeta di dalam keluarga, atau bahwa ia mungkin berusaha untuk menutup lawan potensial saat ia bersiap untuk mengambil kekuasaan penuh dari raja yang sudah tua.
Sementara itu, media Israel the Times of Israel menyebut adanya plot kudeta yang gagal sebelum penahanan itu terjadi.
"Pengadilan kerajaan Saudi menuduh dua (dari tiga) orang --di mana salah satunya pernah menjadi penerus takhta-- 'merencanakan kudeta untuk menggulingkan raja dan putra mahkota' dan dapat menghadapi hukuman penjara seumur hidup atau eksekusi," kata The Times of Israel, mengutip the Wall Street Journal --media AS lain yang melaporkan gelombang penahanan tersebut pada Jumat lalu.
Tetapi dua pendukung Putra Mahkota yang dekat dengan istana menegaskan pada hari Sabtu bahwa MBS hanya kehilangan kesabaran dengan anggota keluarga yang telah lama tidak ia percaya.
Narasumber lain yang dekat dengan beberapa pangeran yang ditangkap mengatakan putra mahkota telah mendengar laporan bahwa mereka mengeluh tentang dia dalam pertemuan keluarga dan kehilangan kesabaran dengan mereka. Semua orang yang dekat dengan keluarga atau lingkungan kerajaan berbicara dengan syarat anonim karena takut akan pembalasan.
Tidak ada tanda-tanda transisi kekuasaan yang akan terjadi, the Times melaporkan.
Beberapa orang yang dekat dengan lingkungan kerajaan bersikeras bahwa putra mahkota tidak takut akan kudeta terhadapnya karena dia sudah mengendalikan semua tuas kekuasaan di dalam kerajaan, termasuk militer, pasukan keamanan internal, dan penjaga nasional.
Putra mahkota telah berulang kali menggunakan hak istimewa dan pengaruhnya yang luas untuk mempererat cengkeramannya pada kerajaan, dan ia telah membangun rekam jejak.
Pada 2017, ia menahan ratusan pangeran dan pengusaha kaya di sebuah hotel Ritz-Carlton Riyadh yang ia ubah menjadi penjara. Dia menuntut agar mereka menyerahkan sejumlah besar kekayaan mereka sebagai bagian dari apa yang ia gambarkan sebagai tindakan keras terhadap korupsi.
Advertisement