Strategi Pertamina Terus Turunkan Impor Minyak

PT Pertamina (Persero) terus berupaya menekan angka impor minyak dan gas (migas).

oleh Athika Rahma diperbarui 08 Mar 2020, 17:00 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) terus berupaya menekan angka impor minyak dan gas (migas). Sebagaimana diketahui, kebutuhan migas Indonesia masih tergantung dari suplai negara lain.

Meskipun angka impor migas tercatat turun, Pertamina tetap melanggengkan sejumlah langkah menurunkan impor migas. Dikutip dari data yang diterima Liputan6.com, Minggu (08/03/2020), ada beberapa strategi yang disusun Pertamina.

Pertama, maksimalisasi lifting minyak mentah (crude) domestik akan terus dilakukan. Program maksimalisasi MM Domestik yang dilakukan pada 2019 tercatat meningkatkan volume pengolahan MM Domestik hingga 17,2 persen.

"Program Maksimalisasi MM Domestik meningkatkan volume pengolahan sebesar 35,7 juta barel atau naik 17,2 persen dibanding 2018," demikian tertulis dalam data tersebut.

Disebutkan juga, peningkatan MM Domestik tersebut membuat devisa negara hemat hingga USD 2,29 miliar (mengacu rata-rata harga minyak Brent per 2019 yaitu USD 64,3 per barel).

Kedua, gasifikasi batu bara. Pertamina bersama PT Bukit Asam akan mengkonversikan batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai bahan bakar gas alternatif yang memiliki beberapa kelebihan.

"Lebih bersih, kandungan CO2 dan nitric oxide emissions lebih kecil, ramah lingkungan dan mengurangi impor LPG," demikian tertulis dalam data.

Adapun, impor LPG nasional masih mengalami kenaikan secara berkala, dari 5,5 MMSCFD pada 2018 menjadi 5,7 MMSCFD pada 2019.

Ditargtekan, proyek gasifikasi batu bara ini bisa on-stream pada 2023 mendatang.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Biorefinery Project

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Yang terakhir yaitu Biorefinery Project, yang dapat dilakukan melalui 3 strategi, yaitu Co-processing, Conversion dan Standalone.

Di dalam Co-processing, Refined Bleach Deodorized Palm Oil (RBDPO) diolah dengan cara dicampur fossil feed di kilang existing. Untuk strategi Conversion, minyak mentah (CPO atau Crude Palm Oil) diolah 100 persen dengan modifikasi kilang existing.

Kapasitas olahnya diperkirakan sekitar 6 ribu barel per hari atau 0,3 juta ton per tahun, namun investasi yang dibutuhkan tidak begitu besar.

Berbeda dengan langkah Standalone yang membutuhkan dana besar dan harus kerjasama dengan pihak lain.

"Dengan Standalone, CPO diolah 100 persen dengan membangun kilang gas baru (grass root) dengan kapasitas olah CPO hingga 20 ribu barel per hari atau 1 juta ton per tahun," demikian bunyi keterangan yang tertulis.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya