Fakta dan Asal Mula Slenderman: Sosok Mistis dari Internet

Legenda Slenderman adalah produk dari budaya internet.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 08 Mar 2020, 21:00 WIB
Ilustrasi Slenderman

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta dibuat geger atas pembunuhan yang dilakukan seorang remaja. Pembunuhan ini berbeda dari kasus lain, sebab anak itu mengaku terpengaruh film-film horor seperti boneka Chucky dan Slenderman

Polisi masih mendalami kasus ini serta memeriksa gambar-gambar serta dokumentasi dari pelaku. Hasilnya, pelaku suka menggambar karya bernuansa horor.

Boneka Chucky sudah terkenal di kalangan pecinta horor tahun 1980-an. Generasi milenial dan orang tua mereka pun pasti akrab dengan Chucky yang film-filmnya sering tayang di TV. 

Yang menjadi sorotan kemudian adalah sosok Slenderman. Siapa itu Slenderman? 

Slenderman adalah makhluk gaib yang kurus dan sangat tinggi (slender berarti ramping) serta mengenakan kemeja formal. Makhluk ini tidak memiliki wajah.

Tidak sulit melacak jejak asal mula Slenderman. Pasalnya, makhluk ini muncul di dunia digital, sehingga otomatis jejak digitalnya masih ada.  

Berdasarkan laporan Tech Crunch, Minggu (8/3/2020), Slenderman adalah karya dari seniman Eric Kudsen yang memakan nama samaran Victor Surge di internet. Tanggal lahir Slenderman adalah 8 Juni 2009 di situs forum SomethingAwful.

Pada situs itu ada sebuah thread yang mengajak para pengguna memposting karya mereka yang bernuansa paranormal. Victor Surge pun mengirimkan Slenderman. 

Makhluk itu kemudian viral di internet dan memiliki kisahnya sendiri, yakni makhluk penebar teror yang menghabisi nyawa orang atau mempengaruhi orang lain untuk melakukan kejahatan, serta penculik anak-anak.

Sebetulnya dari mana inspirasi karakter Slenderman? Berikut penjelasannya:

Simak video pilihan berikut:


Inspirasi King, Lovecraft, dan Legenda Urban

Ilustrasi film horor (Foto: Unsplash,com/Nathan Wright)

Kreator Slenderman mengakui bahwa makhluk ini terinspirasi dari karya-karya sastra karangan Stephen King dan H. P. Lovecraft. Video game dan web series horor turut memberi inspirasi.

Stephen King terkenal dengan beragam novel horor seperti It dan The Shining, sementara Lovecraft terkenal atas karya monsternya, yaitu Cthulhu. Keduanya adalah penulis kebangsaan Amerika Serikat. 

"Saya kebanyak mendapat influence dari H.P. Lovecraft, Stephen King (terutama cerpen-cerpennya), penggambaran sureal dari William S. Burroughs, dan beberapa games genre survival horor; Silent Hill dan Resident Evil," ujar Victor Surge seperti dikutip Tech Crunch.

Karya Stephen King berjudul The Mist disebut sebagai salah satu inspirasi utama. Ada pula inspirasi dari web series horor berjudul That Insidious Beast karya Zack Parson yang juga dibuat di forum SomethingAwful.

Legenda urban seperti Boogeyman dan makhluk bernama The Rake yang badannya juga tinggi adalah inspirasi lain dari makhluk ini. Berbagai elemen itu diracik oleh Surge untuk membuat Slenderman.


Adaptasi

Slenderman (Sumber: IMDb)

Popularitas Slenderman di kalangan anak muda pun tercium oleh pengembang game. Hantu ini sempat diadaptasi ke video game internet, salah satunya berjudul Slender: The Eight Pages yang populer pada 2012. 

Presmis game itu sederhana, yakni pemain harus mencari delapan halaman kertas yang disebar di hutan atau bangunan kosong yang merupakan wilayah favorit Slenderman.

Puncaknya, Slenderman diangkat ke layar lebar pada 2018. Sosok Slenderman diperankan oleh aktor Javier Botet yang pernah muncul di film-film horor ternama seperti The Conjuring 2, The Insidious, dan It.

Namun film itu sama sekali tidak populer di box office maupun di kalangan kritikus film.


Slenderman dan Geger Percobaan Pembunuhan di AS, 2014

Morgan Geyser dan Anissa Weier mengaku membunuh demi Slenderman ( Waukesha County Police Department)

Karakter itu juga disebut-sebut menginspirasi kasus percobaan pembunuhan yang mengguncang Amerika Serikat 2014 silam. Dua gadis tanggung berusia 12 tahun tega menikam teman sebayanya sebanyak 19 kali di sebuah hutan di Milwaukee. Beruntung, korban selamat.

Anissa Weier and Morgan Geyser yang masih remaja dibekuk atas kasus percobaan pembunuhan terhadap Payton Leutner yang juga berusia belia.

Meski ditusuk 19 kali, ajaibnya Payton selamat. Pisau yang ditusukkan ke tubuhnya tak mengenai organ vital. Ia yang kepayahan merangkak ke luar dari hutan ditemukan dan diselamatkan seorang pengendara sepeda.

Kepada polisi, para pelaku mengaku monster itu yang menyuruh mereka membunuh. Mereka merencanakan serangan itu selama berbulan-bulan, untuk memuaskan Slenderman.

Pada Sabtu nahas itu, dua pelaku tersebut berpesta stroberi dan donat bersama korban. Setelah itu mereka menuju taman, lalu ke hutan. 

Di antara pepohonan, Anissa berseru pada Morgan, "Kitty sekarang! Mengamuklah, jadilah gila!"

"Kami tak pernah menyangka ia bisa meyakini hal itu (Slenderman) nyata," kata ibu Morgan Geyser, Angie.

Menurut dua pelaku, Slenderman adalah pelindung dan predator dan mereka ingin membunuh teman mereka untuk menenangkan monster itu.

Setelah membunuh, mereka berpikir bisa kabur ke istana milik Slenderman.

Ayah Morgan Geyser, yang menderita gangguan skizofrenia --  kondisi yang juga dialami putrinya -- menceritakan perjuangannya berurusan dengan gangguan mental.

"Meskipun Anda tahu tak ada iblis di kursi belakang, (rasanya seperti) ada iblis di kursi belakang," kata dia.

Sementara, orang tua korban Payton Leutner mengatakan, butuh waktu seumur hidup bagi putri mereka untuk pulih secara emosional.

Nominator Academy Award Irene Taylor Brodsky membuat film dokumenter dari kasus tersebut. Ia bermaksud menunjukkan kekuatan dan pengaruh fenomena internet seperti meme Slenderman --menyelami sudut gelap dunia maya di mana mereka yang berpikiran rapuh bisa tersesat di dalamnya.

 

 

Disclaimer: Redaksi memahami bahwa sebuah peristiwa pembunuhan bisa disebabkan oleh lebih dari satu faktor. Oleh karenanya, isi artikel ini hanya sebatas memberikan informasi, bukan semata-mata mengarahkan pembaca untuk menjadikannya referensi dan alasan tunggal atas sebuah kasus yang tengah marak beberapa waktu terakhir.

Redaksi juga memahami betapa pentingnya suatu persoalan psikologis yang diderita seseorang, dan oleh karenanya, kami meminta pembaca untuk peka dan bersimpati jika menemukan kerabat yang mengalaminya.

Kami mengingatkan kepada pembaca betapa pentingnya peran orang tua dalam mengawasi keseharian anak, termasuk, dalam penggunaan teknologi internet dan platform digital lain sehari-hari. Kami juga mengingatkan pentingya agar bersikap bijak dan kritis dalam menerima segala informasi yang Anda dan anak Anda terima.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya