Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda memprediksi Surabaya, Jawa Timur alami hujan pada Senin (9/3/2020).
Mengutip instagram @infobmkgjuanda, Surabaya akan alami hujan disertai petir pada sore hari pukul 16.00 WIB. Sedangkan pada siang hari pukul 13.00, Surabaya akan alami hujan lokal. Sementara Itu, pada malam hari pukul 19.00-22.00 WIB, Surabaya akan cenderung berawan.
Suhu akan berada di kisaran 25-33 derajat celsius dengan kecepatan angin 30 KM per jam. Kelembapan sekitar 60-95 persen.
Mengutip laman BMKG Juanda, cuaca di Surabaya alami hujan lokal dengan suhu 32-33 derajat celsius di sejumlah wilayah di Surabaya. Kelembapan udara sekitar 60 persen dengan arah kecepatan angin 30 KM per jam dari arah barat.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, BMKG Juanda juga merilis peringatan tiga harian di wilayah Jawa Timur untuk mewaspadai hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang sesaat pada siang hingga sore hari antara lain di Surabaya, Sidoarjo, Jombang, Magetan, Trenggalek.
Kemudian di Kabupaten Blitar, Kota Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, Kota Malang, Kabupaten Pasurua, Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, Pamekasan, Sampang dan Sumenep.
Lalu pada malam hari di wilayah Pacitan, Kabupaten Blitar, Kabupaten Probolinggo. Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
BMKG: Puncak Musim Hujan hingga Maret
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan cuaca ekstrem di Indonesia akan berlangsung hingga Maret 2020.
"Kalau menurut prediksi BMKG untuk wilayah Indonesia terjadinya cuaca ekstrem tidak serempak, silih berganti. Rata-rata puncak musim hujan Februari-Maret, khusus DIY dan Jateng berlangsung pada Januari-Februari," kata Kepala BMKG Dwikora Karnawati di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa 11 Februari 2020.
Selanjutnya, ujar dia, di kisaran April-Mei sudah memasuki musim kemarau, transisinya adalah pancaroba.
"Untuk ancaman bencananya beda lagi, bukan longsor atau banjir tetapi angin puting beliung. Imbauan kami agar ini bisa diwaspadai oleh seluruh pihak," kata dia.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Semarang Tuban Wiyoso mengatakan lebih awalnya cuaca ekstrem yang menjangkau Jawa Tengah dibandingkan wilayah lain karena cuaca di Jawa lebih didominasi oleh pengaruh angin monsun.
"Ini terjadi pada kurun waktu Desember-Februari, puncaknya Januari-Februari. Angin monsun sendiri merupakan angin yang bertiup dari Asia ke wilayah Indonesia. Seperti angin darat, yaitu angin laut tetapi skala musiman, ini dipengaruhi oleh posisi matahari," kata dia seperti dikutip dari Antara.
Advertisement