Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyinggung situasi ekonomi global yang masih dibayang-bayangi ketidakpastian karena berbagai faktor.
Mulai dari perang dagang Amerika-China, konflik geopolitik, Brexit, hingga merebaknya COVID-19, atau yang dikenal sebagai virus Corona.
Perry bilang, padahal awalnya perang dagang Amerika-China yang mulai redup meningkatkan optimisme bahwa ekonomi dunia akan membaik.
"Awal Februari ada pencerahan. Tapi baru muncul, redup lagi gara-gara Corona. Sekarang (virus Corona) nyebar ke AS, Italia," ujar Perry di kantornya, Senin (09/03/2020).
Baca Juga
Advertisement
Ditambah hari ini, harga minyak anjlok 30 persen, menyentuh level USD 31,02 per barrel. Ini adalah angka terendah sejak Februari 2016.
"Inilah contoh-contoh globalisasi menurun, tapi digitalisasi semakin cepat," kata Perry.
Sementara harga minyak mentah AS West Texas Intermediate turun 27 persen menjadi USD 30 per barel, level terendah sejak Februari 2016. Harga minyak WTI berada di jalur terburuk harian sejak Januari 1991 selama Perang Teluk.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sri Mulyani Beberkan Dampak Virus Corona ke Masyarakat
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengingatkan kepada seluruh eselon I dan II Kementerian Keuangan untuk turut menjaga kondisi ekonomi Indonesia secara bersama-sama. Hal itu dia sampaikan saat melantik sejumlah eselon I dan II di Aula Mezzanine, Kementerian Keuangan, Jakarta.
Sri Mulyani mengatakan, perubahan dan dinamika lingkungan ekonomi global saat ini begitu sangat cepat. Hal itu terjadi karena merebaknya virus Corona di berbagai negara yang sekarang sudah menyebar lebih dari 100 negara dengan intensitas dan tingkat penyebarannya yang tinggi.
"Itu adalah dinamika dan perkembangan yang harus mampu Anda baca. Itu artinya apa? untuk Indonesia, untuk masyarakat kita, untuk perekonomian kita untuk kondisi sosial, politik kita dan pada akhirnya ke keuangan negara kita," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin (9/3).
Baca Juga
Bendahara Negara ini menambahkan, adanya virus Corona ini turut membuat masyarakat dihinggapi rasa ketidakamanan. Peristiwa tersebut kemudian memunculkan disrupsi di sisi produksi maupun dari sisi permintaan.
"Jadi yang tadinya orang pergi keluar untuk makan tidak makan di luar. Orang tadinya travelling tidak travelling, orang tadinya melakukan kumpul-kumpul sesama alumni tidak kumpul itu semuanya akan mempengaruh dimensi dan orang yang tadinya berproduksi mengimpor karena kemarin jalur impor lumpuh dari RRT," jelas dia.
Sri Mulyani melanjutkan peristiwa sekarang ini memang tidak semua solusinya bisa mengandalkan keuangan negara. Namun di satu sisi keuangan negara juga memiliki peran penting.
Oleh karena itu, kata dia, jangan sampai peranan penting keuangan negara diminimalkan karena kepemimpinan yang tidak baik di jajaran Kementerian Keuangan.
"Dalam konteks inilah pengelolaan APBN 2020 harus betul-betul ditingkatkan kemampuan kita, kewaspadaan kita ketelitian kita untuk bisa menggunakan instrumen APBN itu sebagai salah satu sumber solusi apabila APBN harus menghadapi tekanan kita tidak boleh ikut menjadi bagian yang sakit," jelas dia.
Advertisement
Minimalisir Dampak Virus Corona
Sri Mulyani mengatakan, dalam upaya meminimalisir dampak virus corona tersebut tidak hanya menjadi tanggungjawab dirinya dan juga jajaran eselon I.
Namun seluruh jajaran Kementerian Keuangan juga secara bersama-sama wajib membantu dalam merespon dari sisi kebijakan fiskal maupun lainnya.
"Ini adalah problem kita semua di jajaran kepemimpinan Kementerian Keuangan Indonesia. Jadi jajaran Kementerian Keuangan harus mampu memiliki kemampuan membaca dan merespon menggunakan instrumen yang kita miliki, dan kemudian muncul kreativitas untuk bisa menjadi bagian dari solusi," kata dia.
"Hari-hari ini kita akan berfokus kepada apa yang menjadi resiko besar dari masyarakat negara dan perekonomian kita dan kita harus berfokus bagaimana memitigasi risiko itu meminimalkan dampaknya," sambung dia.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com