Liputan6.com, Pekanbaru - Sebelas provinsi di Pulau Sumatra dan Kalimantan yang menjadi langganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai memakai Dashboard Lancang Kuning. Penerapan aplikasi bernama Lancang Kuning Nusantara ini diharap mendeteksi dini titik api agar tidak menimbulkan kabut asap.
Penggunaan aplikasi ini dimulai serentak pada Senin siang, 9 Maret 2020, setelah diluncurkan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Idham Azis, Gubernur Riau Syamsuar, dan Kepala BNPB Letjen Doni Monardo. Kegiatan berlangsung di Balai Serindit, Jalan Diponegoro Pekanbaru.
Baca Juga
Advertisement
Panglima dan Kapolri langsung menguji aplikasi Lancang Kuning Nusantara. Keduanya secara bergantian menghubungi personel di lokasi kebakaran lahan. Anggota yang dihubungi melaporkan secara langsung situasi di lokasi beserta penanganannya.
Kepada seorang personel yang menjabat Kapolsek di Kabupaten Siak, Kapolri juga memberikan semangat dan meminta menjaga kesehatan selama memadamkan api. Dia juga menjanjikan personel tadi untuk sekolah lebih tinggi jika bekerja dengan baik.
"Kamu udah sekolah belum, sudah sekolah PTIK, nanti saya sampaikan ke Kapolda agar diperhatikan," ucap Idham setelah berkomunikasi video call bersama Kapolsek tadi.
Dalam arahannya, Kapolri mengajak 11 Polda rawan karhutla yang menerapkan aplikasi ini sungguh-sungguh menangani kebakaran lahan. Diapun memerintahkan anggota di lapangan bersinergi dengan TNI dan instansi lainnya agar bertindak meminimalisir terjadinya kabut asap.
"Saya mau setelah pulang dari sini (Pekanbaru), semuanya direalisasikan. Yang saya tahu tidak ada keberhasilan tanpa kebersamaan dan kekompakan," kata Idham.
Idham kembali mengingatkan arahan Presiden Joko Widodo terhadap jajarannya terkait penanggulangan kebakaran lahan. Di mana akan ada reward dan sanksi kepada personel yang bersungguh-sungguh bekerja memadamkan titik api.
Idham menyatakan berjalan lurus dengan perintah Presiden tadi. Diapun tidak mau banyak berteori dalam penanganan kebakaran lahan karena menurutnya perlu tindakan nyata di lapangan.
"Saya yang jelas-jelas saja, capek pakai teori. Kalau kerja baik saya reward, kalau tidak baik saya singkirkan. Saya akan carikan jabatan terbaik untuk Pak Agung (Kapolda Riau), di mana yang terbaik setelah pindah nanti," tegas Idham.
Sebagai informasi, Dashboard Lancang Kuning merupakan ide Kapolda Riau Irjen Agung Setya sebagai deteksi dini titik api. Kapolri ketika ke Riau pada Februari lalu mendampingi Presiden melihat langsung pola kerja aplikasi ini.
Diapun memerintahkan 11 Polda, di antaranya Aceh, Sumatra Utara, Jambi, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat hingga Kalimantan Timur membuat aplikasi ini. Perwakilan Polda itu sudah belajar beberapa pekan di Riau.
"Saya sangat respect dengan Kapolda Riau, sebagai pimpinan Polri saya apresiasi terkait apa yang telah diperbuat. Saya perintahkan 11 Kapolda belajar ke Riau," katanya.
Deteksi, Identifikasi, dan Padamkan Api
Terpisah, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, aplikasi ini memberikan data hotspot dan informasi pendukung lainnya. Misalnya arah angin hingga potensi awan untuk menyemai garam hujan buatan.
Hadi menerangkan, langkah pertama aplikasi ini adalah deteksi dini karena mampu memantau titik panas sebagai indikasi kebakaran lahan dari jarak jauh. Titik panas yang tertangkap satelit merupakan real time atau setiap waktu.
"Dulu petugas sering terlambat mendapatkan keberadaan titik panas karena satelit berputar enam jam sekali. Sekarang real time di manapun titik panas berada," kata Hadi.
Setelah deteksi, petugas terdekat di lokasi yang terpantau aplikasi ini akan melakukan identifikasi. Apakah titik panas tadi sesuai data aplikasi untuk selanjutnya dikategorikan mulai dari tingkat rendah, sedang, dan tinggi.
Setelah teridentifikasi, langkah berikutnya adalah eksekusi atau pemadaman. Personel terdekat akan dikerahkan termasuk peralatan seperti pompa hingga helikopter water bombing.
"Petugas di lapangan harus satu visi, satu komando sehingga setiap titik api bisa dipadamkan dengan baik," ucap Hadi.
Salah satu kendala aplikasi ini adalah jaringan komunikasi karena tidak semua daerah punya jaringan telepon bagus. Dengan demikian diperlukan komunikasi cadangan seperti radio agar koordinasi antara pengendali aplikasi dan petugas di lapangan lancar.
"Mari evaluasi apa kekurangan di lapangan sehingga aplikasi ini benar-benar bermanfaat mencegah kebakaran. Aplikasi ini wajib dimiliki daerah rawan karhutla," kata Hadi.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement