Liputan6.com, Jakarta - Ban merupakan satu-satunya komponen yang bersentuhan langsung dengan aspal. Keberadaannya sangatlah vital, sehingga ban harus selalu dalam keadaan sehat.
Karena itu, pemilihannya harus sesuai dengan spesifikasi kendaraan, baik kecepatan maupun beban yang ditopang. Dibedakan juga antara ban untuk mobil penumpang dan kendaraan komersial, seperti truk dan pick-up.
Baca Juga
Advertisement
Hal itu diungkapkan oleh Ivan, salah satu tenaga penjual ban Bridgestone di ajang Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GIICOMVEC) 2020 yang digelar pada akhir pekan kemarin.
"Jelas ukurannya beda, kalau truk pasti lebih besar. Bahan yang digunakan, meskipun sama-sama karet, karetnya beda, lebih kuat dan tebal. Karena kalau truk mengangkut beban berat atau pemakaiannya yang berkelanjutan," ujarnya.
Ia pun menjelaskan bahwa prinsip pada kendaraan niaga ialah nilai ekonomis. Karena harganya yang cenderung mahal, sekitar Rp3 jutaan per ban, para pengusaha cenderung memilih jenis ban bias.
"Kalau ban bias itu awet, tapi memang agak keras. Ada juga ban radial, yang malah lebih mahal tapi cepat habis. Karena lebih mengutamakan nilai ekonomis dibanding kenyamanan berkendara, jelas ban bias lebih banyak dipilih para pengusaha," tutupnya.
Sumber: Otosia.com
Paku Menancap di Ban Tubeless, Tambal atau Biarkan Saja?
Ban tubeless memiliki keunggulan tersendiri dibanding ban biasa. Salah satunya adalah ban tak langsung kempis jika paku menancap. Paku memang menjadi musuh utama pengguna jalan, terutama di kota-kota besar.
Ban tubeless mampu bertahan sekitar 1-2 hari karena meminimalisir angin yang keluar. Namun, bukan berarti paku yang menancap dibiarkan saja.
“Banyak orang yang males mencabut paku di ban tubeless-nya. Misalnya ban aslinya luka nih bocor, seharusnya setelahnya jika ketemu toko atau bengkel terdekat. Banyak orang berpikir selagi tidak ada masalah terus saja dipakai kendaraannya. Padahal ini sangat berbahaya,” ungkap Bambang Hermanuhadi, selaku Manager Training PT Sumi Rubber Indonesia.
“Selama baut atau paku itu tidak dipindahkan, tidak digunakan, tidak dicabut, itu dikhawatirkan nyangkut ke batu ke lobang jadi copot. Anginnya bisa hilang mendadak, bannya melintir gak bisa dikontrol akhirnya terguling. Kalau sudah tau ada benda tajam, harus secepatnya dicabut terus tambal. “ tambahnya.
Menurut Bambang, dengan adanya kebocoran pada ban karena paku, hal tersebut bisa menjadi jalur bagi air masuk ke dalam kawat pada bagian telapak ban. Kawat tersebut akan mengandung uap air lalu berkarat.
Advertisement