Liputan6.com, Jakarta - Setahun yang lalu, petaka melanda maskapai Ethiopian Airlines. Pesawat jenis Boeing 737-800 MAX (juga disebut sebagai 737 MAX 8) jatuh di Bishoftu, sebelah tenggara Addis Ababa.
Pesawat yang jatuh pada Minggu 10 Maret 2019 pagi itu menjadi pemicu grounded Boeing 737 MAX di sejumlah negara di dunia.
Advertisement
Mengutip CNN, burung besi dengan nomor penerbangan ET 302 itu rencananya akan terbang menuju Nairobi (Kenya), dengan membawa 149 penumpang dan 8 awak kabin yang seluruhnya dikonfirmasi tewas.
Pesawat kehilangan kontak pada pukul 08.44 waktu setempat setelah lepas landas pukul 08.38 dari Bandara Internasional Bole di ibu kota Ethiopia, kata maskapai Ethiopian Airlines dalam sebuah pernyataan.
Semua 157 orang di dalamnya dikabarkan tewas.
Pemerintah Ethiopia menyatakan belasungkawa terdalamnya kepada keluarga korban yang kehilangan orang yang mereka cintai dalam insiden tersebut, menurut keterangan dari kantor Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, di Twitter.
Sementara itu, Ethiopian Airlines telah mendapatkan reputasi sebagai salah satu maskapai penerbangan terbaik di Afrika. Maskapai ini memiliki catatan keamanan yang bagus dan armada pesawat terbaru di benua tersebut, menurut situs webnya.
Boeing 737-800 MAX adalah jenis pesawat yang sama dengan Lion Air JT 610 asal Indonesia yang jatuh di Tanjung Pakis, Karawang, beberapa saat setelah lepas landas pada 29 Oktober 2018. Empat bulan sebelum petaka Ethiopian Airlines.
Kecelakaan besar terakhir yang melibatkan pesawat penumpang Ethiopian Airlines adalah pada Januari 2010, ketika penerbangan dari Beirut, tiba-tiba jatuh, serta menewaskan 83 penumpang dan tujuh awak.
1 WNI Jadi Korban
Kementerian Luar Negeri RI memastikan bahwa ada satu Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines ET 302.
Hal ini disampaikan setelah Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mendapatkan informasi dari KBRI Addis Ababa.
"KBRI Addis Ababa telah mendapatkan informasi dari kantor Ethiopian Airlines bahwa terdapat satu WNI yang menjadi korban dari kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines yang menuju Nairobi dari Addis Ababa," ujar Juru Bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir dalam sebuah pernyataan yang diterima oleh Liputan6.com, Minggu 10 Maret 2019.
Pemerintah Indonesia, melalui Kemlu mengatakan siap memberikan segala bantuan yang diperlukan keluarga WNI yang jadi korban.
Satu orang WNI yang tewas dalam targedi jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines, dikonfirmasi sebagai Harina Hafitz, salah seorang staf pada Program Pangan Dunia (WFP) yang berbasis di Roma, Italia.
Dalam kutipan surat bela sungkawa yang diterima oleh Liputan6.com pada Senin 11 Maret, Direktur WFP David Beasley mengatakan bahwa terdapat 7 orang anak buahnya yang tewas dalam tragedi nahas pada Minggu pagi.
Direktur WFP David Beasley mengatakan bahwa pihaknya telah menghubungi seluruh keluarga staf WFP yang menjadi korban jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines.
"Kami akan melakukan semua yang dimungkinkan secara manusiawi untuk membantu keluarga korban," katanya.
Beasley juga mengatakan bahwa WFP menyediakan penasihat hukum yang ditempatkan di markas besarnya di Roma per hari Senin ini.
Ditambahkan oleh Beasley, bahwa Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guteres, menyampaikan bela sungkawa mendalam terhadap seluruh korban tragedi Ethiopian Airlines, khususnya bagi keluarga besar WFP.
Dukungan serupa juga disampaikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal Amina Mohammed, Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore, dan Komisaris Tinggi UNHCR Filippo Grandi.
Advertisement
Boeing 737 MAX Grounded, Dicekal Dunia
Tragedi Ethiopian Airlines pada 10 Maret 2019 yang menewaskan 157 orang, memicu pencekalan seluruh armada Boeing 737 MAX di dunia. Sebanyak 371 pesawat pun akhirnya dikandangkan.
Dikutip dari BBC, Kamis 14 Maret 2019, langkah pencekalan operasional Boeing 737 MAX dilakukan setelah penyelidik menemukan bukti baru di lokasi kecelakaan fatal Ethiopian Airlines.
Federal Aviation Administration (FAA) atau Administrasi Penerbangan Federal mengatakan bukti baru serta data satelit yang baru disempurnakan mendorong keputusan untuk sementara melarang operasional jet tersebut.
FAA memiliki tim yang menyelidiki bencana di lokasi kecelakaan Ethiopian Airlines yang bekerja sama dengan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional.
Dan Elwell, pejabat administrator FAA, mengatakan pada hari Rabu: "Menjadi jelas bagi semua pihak bahwa pola penerbangan Ethiopian Airlines sangat mirip dan armada berperilaku sangat mirip dengan penerbangan Lion Air."
Dia menambahkan bahwa "bukti yang kami temukan di darat menunjukkan pola penerbangan sangat mirip dengan Lion Air".
Pengumuman pencekalan ini dilakukan setelah sejumlah negara memutuskan penghentian operasional Boeing lebih dulu, termasuk Inggris, Uni Eropa, China, India, dan Australia.
Di mana saja operasional Boeing dicekal pascatragedi Ethiopian Airlines? Berikut ini daftar lengkapnya.